Anda di halaman 1dari 4

Bidan Eros mulai menjalani profesi sebagai tenaga kesehatan untuk Baduy

pada 1997. Awalnya ia enggan menjalaninya. Maklum saja, kondisi Baduy benar-
benar terpencil. Ia punya cita-cita melanjutkan sekolah. Namun, karena desakan
berbagai pihak, akhirnya pengabdian menjadi bidan desa di Baduy itu dilakoninya.

Poliklinik desa dan sebuah rumah sudah disediakan pemerintah di Kampung


Kaduketuk, Kanekes, menyatu dengan lingkungan Baduy. Rumah ini didesain
sama dengan rumah Baduy, yang berbentuk panggung dan berbahan kayu. Di
situlah Bidan Eros tinggal dan memberikan pelayanan kesehatan sendiri.

Perjuangannya agar diterima oleh warga Baduy tak mudah. Kampung yang
ia kunjungi adalah Kampung Kaduketuk, yang berjarak tempuh sekitar 1,5 jam
jalan kaki. Dulu jalan yang tersedia hanya setapak, tak ada jalan beraspal walaupun
untuk menuju Terminal Ciboleger. Setiap hari ia harus menempuh perjalanan kaki
selama 5-8 jam menyisir kampung Baduy.

Kedatangannya juga tak mendapat sambutan baik. Ketika ia menampakkan


muka dan memperkenalkan diri, tak seorang pun mau menemuinya. Warga suku
Baduy malah bubar ketika ia duduk di tempat biasa ibu-ibu berkumpul. “Kalau ada
banyak ibu-ibu lihat saya, mereka teriak, eh bidan... bidan…, sien (ngeri),”
ujarnya.

Bahkan salah satu pangiwa, tokoh kampung Baduy yang menjadi ketua RT,
pernah mengacung-acungkan golok kepadanya saat melayani penimbangan bayi di
Polindes. Ia ingat, nama kokolotan itu adalah Sangara. Kini Sangara sudah
meninggal.

Jerih payahnya mulai membuahkan keterbukaan setelah dua tahun terus


melakukan pendekatan. Bidan Eros tahu, ia harus mendekati kokolotan masing-
masing kampung untuk mendapatkan perhatian warga.

Langkahnya berhasil. Satu per satu kampung mulai menerima layanan


kesehatan yang diberikannya. Tetapi terkadang tindakan medis yang mesti dia
ambil berbenturan dengan sejumlah aturan adat. Bidan Eros pun mampu
bernegosiasi dengan pejabat adat.

Sekitar tahun 2005, misalnya, seorang ibu di Kampung Kaduketuk bernama


Kemeli mengandung bayi kembar dan ketubannya pecah. Ia harus dibawa ke
rumah sakit. Namun saat itu bertepatan dengan acara ngalaksa atau bersih
kampung.

Keinginan membawa pergi Kemeli dari kampung harus ditunda sehari,


padahal ketubannya sudah pecah. Bidan Eros pun menjelaskan, jika tak dibawa
saat itu juga, tiga nyawa tak tertolong. Peringatan ini pun dipercaya oleh pangiwa
setempat

Di rumah sakit, ujar Bidan Eros, persalinan Kemeli dilakukan dengan cara
caesar. Menurutnya, inilah operasi medis pertama yang dijalani warga Baduy.

Tak hanya itu, saat penyakit pneumonia, penyakit gangguan pernapasan,


merebak di Baduy Dalam, bantuan berupa infus juga harus berhadapan dengan
keputusan adat. Layanan kesehatan di Baduy Dalam masih dilakukan di leuit
(lumbung). Enam balita harus diinfus.

Penyakit pneumonia memang sering kali menyerang anak-anak. Penyakit ini


akibat asap tungku yang berdekatan dengan tempat tidur mereka.

Keputusan adat tidak memperbolehkan penanganan ini. Awalnya mereka


hanya diizinkan pindah perawatan di dalam rumah. Namun Bidan Eros mendesak
agar diperbolehkan infus. Hasilnya enam anak tersebut akhirnya bisa dirawat dan
kondisinya membaik walau menghabiskan dua infus untuk tiap anak.

Bidan Eros pun memuluskan jalan layanan kesehatan modern di Baduy.


Aturan adat dan sikap adat Baduy kemudian justru memperbolehkan layanan
kesehatan. Sejak 2011, ia mendapat bantuan bidan lain. Kini terdapat tiga bidan
yang melakukan pelayanan.

Suami Bidan Eros, Asep Kurnia, mengaku tak dapat menahan sedihnya tiap
kali mengingat ketekunan istrinya memberikan pelayanan kesehatan kepada warga
Baduy. Asep sering menemani istrinya itu sambil membawa anak tanpa
mempedulikan cuaca. Bahkan gelapnya malam mereka tembus jika harus
melakukan tindakan darurat.

Tiga anak mereka pun mereka ajari memahami Baduy. Ketiganya sudah
mengecap jalur setapak menuju kampung-kampung Baduy sejak belia. “Kalau
boleh saya bilang, pantat ini pun kami pakai untuk berjalan. Lihat saja jalanan
setapak berlumpur, jalan malam-malam, dan senter mati. Kami harus ngelesot,”
ungkapnya.

Namun bergelut dengan Baduy menyadarkan Asep atas aturan adat. Aturan-
aturan tersebut selalu berkembang sesuai dengan pengetahuan dan kebutuhan.
Dulu layanan kesehatan modern dilarang, kini mereka sudah terbuka. Istrinya pun
kini membuka praktek di rumah yang ditinggali. Warga Baduy masih
mempercayakan layanan kesehatan padanya.

Dengan gigih serta penuh perjuangan, ia melayani sekitar 11 ribu jiwa warga
Baduy di 59 kampung di pedalaman Lebak, Banten. Bagi Bidan Ros, berjalan kaki
menuju rumah warga dua hingga tujuh jam adalah hal biasa.

Bidan Ros mengunjungi kampung-kampung Baduy secara berkala. Setiap


kampung, setidaknya dikunjungi sekali dalam 10 hari. Di tiap kampung, ia
memantau perkembangan kesehatan warga, menimbang balita, memeriksa ibu
hamil, memberi penyuluhan tentang masa kehamilan, serta cara merawat bayi
dalam kandungan.

Awalnya, kehadiran Bidan Ros tak dihiraukan lantaran dianggap tidak


diperlukan. Namun, berkat kegigihan dan pengabdiannya, lambat laun Bidan Ros
akhirnya diterima.

Bidan Ros tidak hanya berperan sebagai tenaga kesehatan, tapi juga menjadi
pendidik dan penyambung suara warga Baduy. Kini, warga Baduy bahkan sulit
menerima kehadiran bidan lain selain Bidan Ros.

Pengabdian sekitar 14 tahun ibu dua anak ini di perkampungan Baduy telah
menghasilkan perbedaan. Tak banyak yang diinginkan bidan yang kini berstatus
pegawai negeri sipil golongan II ini selain semakin membaiknya tingkat kesehatan
warga Baduy.
Bidan eros sangat menginspirasi saya karena belia berkata "Jadilah Kartini
yang mampu berkiprah sesuai dengan tuntutan zaman termasuk dalam bidang
kemanusiaan demi bangsa dan umat,"

Dia mengharapkan perempuan Indonesia dapat menjadi perempuan yang


tangguh, meskipun banyak melewati ujian dan cobaan.

Menurut dia, perjuangan yang paling berat yang dalam menembus


ketertupan masyarakat adat Baduy di Provinsi Banten adalah sulitnya meyakinkan,
memberikan pengertian dan mengajak masyarakat untuk paham mengenai arti
kesehatan ibu dan anak, terutama pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Anda mungkin juga menyukai