Anda di halaman 1dari 10

Banjir Jakarta Di Kecamatan Kramat Jati

1. Latar Belakang

Banjir Jakarta merupakan banjir yang sering terjadi pada setiap tahun nya

dikarenakan beberapa faktor yang tidak terduga oleh masyarakat jakarta,

banjir jakarta ini meliputi beberapa wilayah jakarta, salah satunya yaitu

wilayah Kecamatan Kramat Jati yang pada tahun 2020 ini terjadi banjir di

kecmatan tersebut.

2. Tujuan

 Agar terlihat faktor apa saja yang membuat wilayah kecamtan

Kramat Jati terendam oleh air.

 Bagaimana cara menaggulangi banjir tersebut.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan ini penyebab terjadinya banjir di

daerah Kecamatan Kramat Jati dengan penyelesaian masalah melihat tata

letak pada wilayah tersebut.

4. Pembahasan

Banjir adalah bencana alam yang sekaligus menjadi permasalahan yang

sering terjadi di wilayah seluruh penjuru dunia. Dan bajir disebabkan oleh

beberapa faktor seperti curah hujan yang tinggi, kondisi drainase, erosi,

sedimentasi dan kapasitas drainase yang tidak memadai untuk menampung

kuantitas air hujan yang turun, ada beberapa faktor manusia yang menjadi

penyebab terjadinya drainase tidak berfungsi secara baik.


 Lokasi Kecamatan Kramat Jati

Lokasi kecamatan Kramat Jati ini ada di daerah Jakarta Timur.

Dimana kecamatan Kramat Jati langsung berbatasan dengan 2 kota

yaitu kota jakarta pusat dan kota jakarta selatan.

 Jalan Dota Tonggara RW 10 dan Jalan Irigasi RW 11

Jalan Dota Tonggara RW 10 dan Jalan Irigasi RW 11 merupakan jalan yang

terdampak oleh banjir yang terjadi pada tahun 2020. Berikut peta jalan Dota

Tonggara.
Jalan tersebut terjadi banjir, banjir ini menyisakan banyak sampah yang

didominasi barang perabotan rumah tangga yang rusak akibat banjir tersebut.

 Data yang perlukan

Data yang diperlukan adalah data lima tahun kebelakang apakah

Kecamatan Kramat Jati sering terjadi banjir atau tidak, agar terlihat

perbedaan peta wilayah banjir, dan agar bisa melihat faktor apa yang

membuat wilayah kecamatan Kramat Jati terendam oleh banjir.


 Pada tahun 2015

Sejumlah kawasan di Jakarta Timur mengalami banjir yang cukup tinggi

tadi malam, Ahad (16/11). Hal tersebut diakibatkan hujan cukup deras

yang melanda kawasan Bogor di hari yang sama.

Kabar jebolnya tanggul di sekitar Kramat Jati, Jakarta Timur, dianggap

menjadi penyebab banjir di wilayah tersebut. Namun kabar itu dibantah

langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Menurut Basuki, tanggul di Kramat Jati bukan jebol melainkan sengaja

dibuka oleh petugas di lokasi. "Tidak jebol, dia membuka pintunya," kata

Basuki saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (16/11).

Menurut Ahok, sapaan Basuki, keputusan membuka pintu air disebabkan

oleh air yang sudah hampir melewati atas tanggul. Jika pintu tidak dibuka

dan air dibiarkan melewati atas tanggul maka kemungkinan tanggul jebol

akan sangat tinggi.

Ahok pun sudah memprediksi bahwa jika tanggul dibuka maka banjir pasti

akan terjadi. Namun dia kembali memberikan "bola panas" pada pemilik

rumah yang ada di tepian sungai.

Ahok mengungkapkan rumah-rumah yang sudah sejajar dengan tepian

sungai mengakibatkan banjir akan sulit untuk dihindari. Oleh sebab itu

Ahok menegaskan hanya ada satu cara agar banjir tidak lagi melanda

masyarakat di daerah tersebut.

"Maka dari itu (harus) normalisasi, tak ada pilihan lain harus bongkar,"

ujar Ahok. Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

DKI Jakarta pada pukul 03.00 WIB, Senin dini hari, melaporkan
Kelurahan Pejaten Timur, Kelurahan Rawajati, dan lokasi depan Pasar

Induk Keramat Jati, Jakarta Timur tergenang banjir dengan ketinggian 50-

60 sentimeter.

"Air mulai masuk ke pemukiman warga di Pejaten Timur tepatnya RT 05,

RW 08 dengan ketinggian 50 sentimeter," demikian pernyataan BPBD

DKI Jakarta melalui akun Twitternya seperti dikutip Antara.

Selain depan pasar Induk Kramat Jati, BPBD DKI juga melaporkan banjir

menggenangi persimpangan Hex di Jalan Raya Bogor, karena jebolnya

pintu air di lokasi tersebut. 

 Pada tahun 2016

Hujan deras yang mengguyur wilayah DKI Jakarta berimbas banjir di

sejumlah lokasi. Salah satunya di Dukuh, Kramatjati, Jaktim.

Informasi dari BPBD DKI, Sabtu (7/5/2016), banjir menggenang kawasan

itu akibat hujan. Informasi akun twitter BPBD DKI soal banjir ini

bersumber dari qlue yang merupakan sarana pelaporan warga lewat

aplikasi.

Hujan deras terjadi sejak siang tadi. Selain banjir, ada juga pohon tumbang

di kawasan Kramatjati. BPBD juga memberikan informasi cuaca hujan

masih terjadi di beberapa lokasi di Jakarta.

 Pada tahun 2017


Permukiman warga di RT 8/RW 1, Jalan Arus, Kelurahan Cawang,

Kramatjati, Jakarta Timur sempat dilanda banjir selama beberapa jam pada

Minggu (12/2/2017) kemarin.

Menurut warga, banjir mulai terjadi pada pukul 20.00 WIB dan mulai

surut pada Senin (13/2/2017) sekitar pukul 02.00 WIB. Ketinggian banjir

mencapai 10 sentimeter.

Meski sempat dilanda banjir, warga menyebut kondisi saat ini jauh lebih

baik ketimbang beberapa tahun silam. Sebab masuknya air ke dalam

rumah tak sampai mengharuskan mereka mengungsi.

"Saya semalam tidur di atas sofa. (Ketinggian banjirnya) cuma se-mata

kaki," ujar salah seorang warga, Muhammad Zaini (67) saat ditemui

Kompas.com, Senin pagi.

Zaini berujar kondisi serupa tak bisa dilakukannya beberapa tahun silam.

Karena dulu, ketinggian banjir di lokasi tersebut bisa nyaris

menenggelamkan seluruh rumah. Ia mengaku masih mengingat saat

rumahnya nyaris tenggelam saat terjadinya banjir besar pada 2012 dan

2013.

Pria yang sudah menempati rumahnya sejak tahun 1980 ini menyebut

dulu ia dan para tetangganya dipastikan mengungsi setiap banjir terjadi di

lokasi tempat mereka tinggal.

"Apalagi banjir lima tahunan, 2007, 2012 sampai ke atas. Cuma atap

yang kelihatan," ujar Zaini sambil menunjuk atap rumahnya.

Penuturan Zaini turut dibenarkan tetangganya, Ibrahim Ismail (67).

Menurutnya, dulu ketinggian minimal banjir bisa mencapai satu meter.


"Paling rendah sedada," kata pria yang sudah tinggal di Jalan Arus sejak

1984 ini.

Baik Ibrahim maupun Zaini menyebut banjir yang terjadi pada Minggu

malam merupakan yang pertama kalinya pada tahun ini. Mereka

menyebut terakhir kali banjir melanda kawasan tersebut pada awal 2016.

 Pada tahun 2018

Banjir merendam sedikitnya enam kelurahan dari empat

kecamatan di Jakarta hari ini. Ketinggian air terpantau 10-

130 cm.

Berdasarkan data dari BPBD DKI Jakarta, Senin (5/2/2018),

empat kecamatan yang dimaksud adalah Kramat Jati,

Jatinegara, Makasar, dan Cakung.

Air mulai memasuki perkampungan warga pada pukul

05.00-06.00 WIB. BPBD Jakarta mencatat tak ada yang

mengungsi akibat kejadian ini.

Di Kecamatan Kramat Jati, banjir merendam Kelurahan

Cawang dan Cililtan. Sedangkan di Kecamatan Jatinegara,

kelurahan yang terendam adalah Kampung Melayu dan

Bidara China.

Kelurahan Cipinang Melayu menjadi satu-satunya

kelurahan yang teredam banjir di Kecamatan Makasar.

Sedangkan satu-satunya kelurahan yang terendam banjir


di Kecamatan Cakung adalah Kelurahan Rawa Terate.

Ketinggian air terparah terpantau di Kelurahan Cawang

dengan 130 cm. Sedangkan di kelurahan lainnya rata-rata

50-60 cm.

 Pada tahun 2019

Banjir Jakarta mengakibatkan ribuan korban. Sayangnya tidak semua

mau ditampung di lokasi pengungsian.

Sebanyak 307 warga dari Kelurahan Cililitan dan Kelurahan Cawang,

Kecamatan Kramat Jati yang terdampak banjir luapan Kali

Ciliwung mengungsi ke Universitas Binawan di Jalan Raya Kalibata.

Ketua Skuad Penanggulangan Bencana Indonesia Relawan DKI, Bait

mengatakan jumlah tersebut hanya segelintir dari total ribuan warga yang

rumahnya sempat terdampak banjir dengan kedalaman sekira dua meter.

"Kalau total warga yang terdampak banjir memang ribuan, tapi kan

enggak semuanya mau mengungsi. Ada juga yang mengungsi di dekat

Masjid dan ke rumah warga yang lebih tinggi," kata Bait di Kramat Jati,

Jakarta Timur, Jumat (26/4/2019).

Bait menuturkan kendala terbesar dalam proses evakuasi bukan karena

kekurangan personel atau perahu rakit, melainkan sikap warga yang

enggan mengungsi.
Meski sudah dibujuk, sejumlah warga tetap enggan mengungsi lantaran

sudah terbiasa menghadapi banjir selama puluhan tahun dengan

ketinggian satu hingga tujuh meter.

"Biar sudah 'dipaksa' juga tetap enggak mau. Kalau mereka enggak

mau mengungsi tapi tetap kita minta kan namanya memaksa. Tapi tetap

saja banyak yang enggak mau mengungsi, baru pas air makin tinggi

mereka mengungsi," ujarnya.

Selain tenda yang didirikan Suku Dinas Sosial Jakarta Timur, warga

mengungsi ke Musala Universitas Binawan yang sejak lama dijadikan

tempat pengungsian bagi warga terdampak banjir.

Bila nantinya jumlah pengungsi bertambah, Bait menyebut Suku Dinas

Sosial bakal mendirikan tenda tambahan di lapangan parkir kampus.

Dari 307 pengungsi di Universitas Binawan, tercatat satu bayi usia dua

minggu membutuhkan perhatian khusus di pengungsian.

 Penyelesaian Masalah

Banjir pada kecamatan Kramat Jati ini, dari tahun 2015 sampai tahun 2020

sering menjadikan kecamatan sebagai langganan banjir tahunan jakarta,

kecamatan Kramat jati ini menjadi salah satu daerah yang dilalui oleh

sungai ciliung dimana kemacatan kramat jati ini langsung berbatasan

dengan bogor yang dimana daerah bogor tersebut memiliki wilayah yang

lebih tinggi di bandingkan wilayah jakarta timur, dan daerah Kramat jati

ini memiliki lebar sungai yang kurang lebar bisa terlihat pada peta lokasi
di atas dimana jalur sungai lebih kecil di bandingkan jalan itu adalah satu

faktor penyebab terjadinya banjir dikecamatan Kramat Jati.

Anda mungkin juga menyukai