LP Sol KGD
LP Sol KGD
OLEH:
A. Konsep Dasar
1. Definisi
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak (Suzanne dan
Brenda G Bare, 1997).
SOL disebut juga tumor otak atau tumor intracranial yaitu proses desak ruang
yang timbul didalam rongga tengkorak baik (Satyanegara dalam aplikasi asuhan
keperawatan).
Sol dapat didefinisikan sebagai tumor yang jinak atau ganas baik bersifat
primer atau sekunder, dan juga sebagai massa inflamatorik maupun parasitic yang
berletak pada rongga cranium. Sol juga berupa hematoma, berbagai jenis kista dan
malformasi vaskuler ( Ejaz dkk, 2005).
2. Etiologi
Penyebab tumor sampai saat ini belum diketahui secara pasti, walaupun
telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau
yaitu:
a. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma.
b. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus dengan maksud untuk
mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga
saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
c. Substansi-substansi karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogenik sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik.
3. Patofisiologi
Peningkatan tekanan intracranial adalah suatu mekanisme yang diakibatkan
oleh beberapa kondisi neurologi. Isi dari cranial adalah jaringan otak, pembuluh
darah dan cairan serebrospinal. Bila terjadi peningkatan satu dari isi cranial
mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, sebab ruang cranial keras, tertutup
tidak bisa berkembang.
Peningkatan satu dari beberapa isi cranial biasanya disertai dengan pertukaran
timbale balik dalam satu volume yang satu dengan yang lain. Jaringan otak tidak
dapat berkembang, tanpa berepengaruh serius pada aliran dan jumlah cairan
serebrospinal dan sirkulasi serebral. Space Occupaying Lesion (SOL) menggantikan
dan merubah jaringan otak sebagai suatu peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan
dapat secara lambat (sehari/seminggu) atau secara cepat, hal ini tergantung pada
penyebabnya. Pada pertama kali satu hemisphere akan dipengaruhi.
Peningkatan tekanan intracranial dalam ruang kranial pada pertama kali dapat
dikompensasi dengan menekan vena dan pemindahan cairan serebrospinal. Bila
tekanan makin lama makin meningkat, aliran darah ke serebral akan menurun dan
perfusi menjadi tidak adekuat, maka akan meningkatkan PCO2 dan menurunkan PO2
dan PH. Hal ini akan mnyebabkan vasodilatasi dan edema serebri.
Pathway
5. Klasifikasi
Menurut lokasi tumor:
a. Lobus frontalis
Gangguan mental/ gangguan kepribadian ringan: depresi, bingung, tingkah laku
aneh, sulit memberi argumentasi, gangguan bicara.
b. Lobus oksipital
Kejang, gangguan penglihatan.
c. Lobus temporalis
Tinnitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor,
dan meluasnya edema serebralsekunder serta member informasi tentang sistem
vaskuler.
b. MRI
Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otakdan
daerah hiposisis, dimana tulang menggangudalam gambaran yang menggunakan
CT Scan.
c. Biopsi stereotaktik
Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar
pengobatan seta informasi prognosisi.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan tergantung pada penyebab lesi:
1) Untuk tumor primer, jika memungkinkan dilakukan eksisi sempurna, namun
umumnya sulit dilakukan sehingga pilihan pada radioteraphi dan
kemoteraphi, namun jika tumor metastase pengobatan paliatif yang
dianjurkan.
2) Hematom membutuhkan evakuasi
3) Lesi infeksi membutuhkan evakuasi dan terapi antibiotic
4) Pengobatan lain yang diperlukan meliputi:
a) Dexamatason, yang dapat menurunkan edema serebral.
b) Manitiol, untuk menurunkan peningkatan TIK.
c) Antikoonfulsan, sesuai dengan gejala yang timbul (Sudarwo, 2004).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Head up 30-45˚
Berfungsi untuk mengoptimalkan venous return dari kepala, sehingga akan
membantu mengurangi TIK.
2) Menghindari Terjadinya Hiperkapnia
PaCO2 harus dipertahankan dibawah 40 mmHg, karena hiperkapnia dapat
menyebabkan terjadinya peningkatan aliran darah ke otak sehingga terjadi
peningkatan TIK, dengan cara hiperventilasi ringan disertai dengan analisa
gas darah untuk menghindari global iskemia pada otak .
3) ROM (Range of Motion)
Untuk pasien tirah baring lama.
4) Diet makanan cair melalui NGT.
8. Komplikasi
a. Gangguan fungsi neurologis
b. Gangguan kognitif
c. Gangguan tidur dan mood
d. Disfungsi seksual (Doengoes, 2000).
9. Prognosis
Tergantung pada lokasi dan kemungkinan tumor untuk diangkat, umur pasien,
histology tumor, dan metastasis tumor.
a. Bila lokasi memungkinkan tumor untuk diangkat, maka prognosis baik. Lokasi
seperti hipotalamus dan batang otak sulit diakses, dapat menyebabkan kematian,
meskipun tidak ada bukti histologik adanya keganasan.
b. Semakin lanjut usia pasien, maka semakin buruk prognosisnya, karena semakin
menurunnya kemampuan sel-sel tubuh untuk beregenerasi. Tumor yang ganas
juga memperburuk prognosis akibat cepatnya perkembangan tumor yg dapat
semakin meningkatkan TIK dan memperburuk kondisi pasien.
c. Pada pasien dengan tumor otak sebagai metastasis dari keganasan di organ lain,
maka pasien umumnya meninggal bukan disebabkan karena kerusakan pada otak,
namun akibat keganasan tersebut (Vinay Kumar, 2003).
5. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral b.d kurangnya darah ke jaringan otak, adanya
perdarahan intraventrikel
b. Gangguan rasa nyeri b.d peningkatan TIK.
c. Gangguan kebutuhan nutrisi b.d kurang nutrisi.
d. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (infark
serebri pada batang otak etcause tumor intrakranial temporoparietal dextra
e. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan adanya akumulasi secret
di jalan napas
f. Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring lama, imobilisasi
No Diagnosa Perencanaan
keperawatan
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
7. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari
prilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asukahan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen
perencanaan dari proses keperawatan.
8. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah.
Berikut evaluasi yang diharapkan muncul dalam kasus SOL dari diagnosa dan
intervensi setelah dilakukan implementasi sebagai berikut:
a. Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan cerebral
b. Nyeri berkurang/hilang
Program Studi Profesi Ners
UNIVERSITAS PAHLAWANTUANKU Clara Wulanda
TAMBUSAI S.Kep
c. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
d. Pola nafas efektif
e. Bersihan jalan nafas efektif
f. Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Daftar Pustaka
Batticaca, Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatanpada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan system Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika.
Ningrum, F.Y., 2013. Space Occupaying Lesion (SOL).
http://www.scribd.com/doc/123949291/referat-SOL (diakses pada 9 April 2020).
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
Sari,Yulia. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Ny. Su Dengan Post Craniotomi Tumor
Removal A/I Sol Regio Temporoparietal Dextra Di Ruang General Intensive Care
Unit (Gicu) Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang. Palembang: Universitas
Sriwijaya.