Oleh :
KELOMPOK 6/ Kelas A2A
DENPASAR
2020
Alzheimer dan Parkinson
I. Alzheimers
Penyakit Alzheimer adalah penyakit degeneratif otak dan penyebab paling umum dari
demensia. Hal ini ditandai dengan penurunan memori, bahasa, pemecahan masalah dan
keterampilan kognitif lainnya yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan
kegiatan sehari-hari. Penurunan ini terjadi karena sel-sel saraf (neuron) di bagian otak yang
terlibat dalam fungsi kognitif telah rusak dan tidak lagi berfungsi normal.
1. Predementia: Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan kognitif ringan, defisit memori,
serta apatis, apatis.
2. Demensia onset awal Pada Alzheimer tingkat ini terjadi gangguan bahasa, kosakata, bahasa
oral & tulisan, gangguan persepsi, gangguan gerakan, terlihat bodoh, kurang inisiatif untuk
melakukan aktivitas.
3. Dementia moderat Pada Alzheimer tingkat ini terjadi deteriorasi progresif, tidak mampu
membaca & menulis, gangguan long-term memory, subtitusi penggunaan kata (parafasia),
misidentifikasi, labil, mudah marah, delusi, Inkontinen system urinaria.
4. Dementia tahap lanjut (advanced) Pada Alzheimer tingkat ini terjadi tidak dapat mengurus
diri secara mandiri, kehilangan kemampuan verbal total, agresif, apatis ekstrim, deteriorasi
massa otot & mobilitas, kehilangan kemampuan untuk makan.
I.1 Gejala
Gejala penyakit Alzheimer bervariasi antara individu. Gejala awal yang paling umum
adalah kemampuan mengingat informasi baru secara bertahap memburuk. Berikut ini adalah
gejala umum dari Alzheimer:
a. Hilangnya ingatan yang mengganggu kehidupan sehari-hari.
c. Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang akrab di rumah, di tempat kerja atau di waktu
luang.
g. Lupa tempat menyimpan hal-hal dan kehilangan kemampuan untuk menelusuri kembali
langkah-langkah.
a. Usia Faktor risiko terbesar untuk penyakit Alzheimer adalah usia. Kebanyakan orang
dengan penyakit Alzheimer didiagnosis pada usia 65 tahun atau lebih tua. Orang muda
kurang dari 65 tahun juga dapat terkena penyakit ini, meskipun hal ini jauh lebih jarang.
Sementara usia adalah faktor risiko terbesar.
b. Riwayat Keluarga Riwayat keluarga dengan keluarga yang memiliki orangtua, saudara atau
saudari dengan Alzheimer lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit daripada
mereka yang tidak memiliki kerabat dengan Alzheimer's. Faktor keturunan (genetika),
bersama faktor lingkungan dan gaya hidup, atau keduanya dapat menjadi penyebabnya. c.
Pendidikan atau Pekerjaan Beberapa ilmuwan percaya faktor lain dapat berkontribusi atau
menjelaskan peningkatan risiko demensia di antara mereka dengan pendidikan yang
rendah. Hal ini cenderung memiliki pekerjaan yang kurang melatih rangsangan otak.
Selain itu, pencapaian pendidikan yang lebih rendah dapat mencerminkan status sosial
ekonomi rendah, yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gizi buruk
dan mengurangi kemampuan seseorang untuk membayar biaya perawatan kesehatan atau
mendapatkan perawatan yang disarankan.
d. Traumatic Brain Injury (TBI) Trauma Cedera Otak sedang dan berat meningkatkan risiko
perkembangan penyakit Alzheimer. Trauma Cedera Otak adalah gangguan fungsi otak
yang normal yang disebabkan oleh pukulan atau tersentak ke kepala atau penetrasi
tengkorak oleh benda asing, juga dapat didefinisikan sebagai cedera kepala yang
mengakibatkan hilangnya kesadaran. Trauma Cedera Otak dikaitkan dengan dua kali risiko
mengembangkan Alzheimer dan demensia lainnya dibandingkan dengan tidak ada cedera
kepala.
Selama tahap akhir penyakit, pasien mulai kehilangan kemampuan untuk mengontrol
fungsi motorik seperti menelan, atau kehilangan kontrol usus dan kandung kemih. Mereka
akhirnya kehilangan kemampuan untuk mengenali anggota keluarga dan untuk berbicara.
Sebagai penyakit berlangsung itu mulai mempengaruhi emosi dan perilaku seseorang dan
mereka mengembangkan gejala seperti agresi, agitasi, depresi, sulit tidur.
Berikut ini merupakan langkah ataupun tahap pemeriksaan yang dilakukan bagi penderita
Alzheimer, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
a. Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam rehabilitasi, nomor register dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama Penurunan daya ingat, perubahan emosi menjadi sebuah keluhan utama
dari pasien ataupun keluarga untuk diberikan sebuah pelayanan kesehatan
c. Riwayat penyakit sekarang Pada tahap ini, pasien mengeluhkan sering lupa dan hilang
ingatan dengan hal yang baru saja terjadi. Keluarga mengeluhkan perubahan emosi dan
tingkah laku pada pasien saat berada disekitarnya. Hingga pada akhirnya perlu bantuan
keluarga untuk melakukan aktifitas keseharian pasien
e. Riwayat penyakit keluarga Salah satu penyebab juga terdapat dari faktor genetika.
Penyakit tersebut dapat diwariskan atau diturunkan pada anggota keluarga dari pasien
yang mengidap Alzheimer. Pengkajian kesehatan generasi terdahulu dari keluarga
diperlukan untuk melihat komplikasi penyakit dan hal yang mempercepat gerak dari
penyakit tersebut.
2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang meliputi berat badan dan tinggi badan. Selain itu
pemerikasaan juga dilakukan pada: suhu, denyut nadi, tekanan darah, tingkat kesadaran.
Penyakit Alzheimer hingga saat ini memang belum dapat disembuhkan, selain itu belum
adanya obat-obatan yang memiliki keefektivan hasil bagi pasien Alzheimer. Obat-obatan
tersebut hanya mengurangi progresifitas penyakit Alzheimer sehingga hanya memberikan rasa
tenang bagi pasien, sehingga mengurangi perubahan emosi dan perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari. Terapi yang dapat diberikan untuk pasien Alzheimer yaitu terapi farmakologis
dengan penggunaan obat-obatan dan terapi non farmakologis. Terapi farmakologis pada
pasien Alzheimer difokuskan pada tiga domain: mempertahankan fungsi kognitif, perilaku
dan gejala kejiwaan. Sedangkan terapi non farmakologi dilakukan untuk mempertahankan
fungsi kognitif yang masih ada dengan berbagai macam program kegiatan yang dapat
diberikan, antara lain terapi relaksasi dan latihan fisik untuk menyehatkan kerja otak, serta
senam otak.
1. Terapi non-farmakologis
Prinsip prinsip dasar dalam pengobatan pasien dengan Alzheimer meliputi: Kegiatan
yang mencakup mengenai kegiatan dan lingkungan pasien rehabilitasi. Lingkungan yang
dimaksud adalah lingkungan keluarga dan masyarakat serta lingkungan alam. Dalam konteks
kegiatan pada pasien meliputi kegiatan kreatif seperti olahraga, kegiatan keseharian secara
konsisten. Dalam konteks lingkungan yang mencakup keluarga dan masyarakat adalah
menggunakan pendekatan halus pada pasien, berempati pada pasien, serta dalam konteks
lingkungan alam adalah memberikan lingkungan yang aman dan nyaman.
2. Terapi Farmakologis
Perawatan farmakologis merupakan sebuah cara terapi dengan menggunakan obat untuk
memperlambat atau menghentikan suatu penyakit atau mengobati gejalanya. Efektivitas obat
ini bervariasi dari orang ke orang. Namun, tidak ada perawatan yang tersedia saat ini untuk
penyakit Alzheimer, hingga saat ini obat hanya memperlambat atau menghentikan kerusakan
neuron yang menyebabkan gejala Alzheimer dan akhirnya membuat penyakit menjadi fatal.
Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit Alzheimer adalah
rivastigmine, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat obat ini mampu meredakan
gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar dan aktivitas kimia di dalam otak.
Rivastigmine, galantamine, dan donepezil biasanya digunakan untuk menangani penyakit
Alzheimer dengan tingkat gejala awal hingga menengah. Sedangkan memantine biasanya
diresepkan bagi penderita Alzheimer dengan gejala tahap menengah yang tidak dapat
mengonsumsi obat-obatan lainnya. Memantine juga dapat diresepkan pada penderita
Alzheimer dengan gejala yang sudah memasuki tahap akhir.
Setiap orang pastinya tidak ingin ataupun ingin jauh dari berbagai macam penyakit yang
membahayan kesehatan, Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko mengidap penyakit
Alzheimer. Jika seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung, maka dirinya pun
lebih rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah beberapa langkah berikut ini
agar jantung tetap sehat dan terhindar dari risiko terkena penyakit Alzheimer.
a. Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah. Tingkatkan asupan
serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
d. Jika mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk menurunkan berat
badan secara aman.
e. Rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula secara teratur agar Anda
selalu waspada.
f. Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti bersepeda atau
berjalan kaki.
Umumnya, orang-orang yang aktif secara sosial, fisik, dan mental tidak akan mudah
terkena penyakit Alzheimer. Berdasarkan hal tersebut, melakukan kegiatan yang
menyenangkan dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran.
II. Parkinsons
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak
dialami pada umur lanjut dan jarang dibawah umur 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada usia
40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade keenam Penyakit Parkinson yang mulai
sebelum umur 20 tahun disebut sebagai Juvenile Parkinsonism (Perdossi,2013).
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif yang dicirikan dengan gejala
motorik klasik yaitu bradikinesia, rigiditas, dan tremor. Penyakit ini merupakan penyakit
neurodegeneratif tersering kedua setelah demensia Alzheimer. Sindroma ini pertama kali
dikemukakan oleh James Parkinson tahun 1817 sebagai shaking palsy dan dinamakan
paralysis agitans oleh Marshal Hall tahun 1841 (Koutoudis, Ted K., 2010, Cheryl HW. 1999)
Insiden penyakit parkinson di Amerika Serikat sekitar 1 juta orang pada tahun 2010
sedangkan diseluruh dunia penderita mencapai 5 juta orang. Kebanyakan individu yang
mengalami penyakit parkinson berusia lebih dari 60 tahun. Penyakit Parkinson terjadi pada
sekitar 1% individu berusia 60 tahun dan sekitar 4% pada orang yang berusia 80tahun. Karena
harapan hidup secara keseluruhan meningkat, jumlah orang dengan penyakit parkinson akan
meningkat di masa depan (Heyne, Sietske N. 2010).
Penyakit Parkinson atau Parkinson disease (PD) adalah gangguan neurodegeneratif yang
bersifat progesif yang mengenai gerakan atau kontrol terhadap gerakan termasuk bicara dan
memiliki onset yang bersifat insidious (tidak diketahui dengan pasti kapan mulai sakit)
(Koutoudis, Ted K., 2010).
Penyakit parkinson merupakan salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak
ditemukan pada usia lanjut dan jarang terjadi dibawah usia 30 tahun. Prevalensi penyakit
parkinson sekitar 160 per 100.000 populasi. Gejala penyakit ini dapat muncul mulai usia 40
tahun dengan puncaknya pada dekade 6. Penyakit ini banyak ditemukan pada laki-laki jika
dibandingkan dengan perempuan dengan rasio 3:2. Secara keseluruhan seiring dengan
meningkatnya angka harapan hidup, maka insiden dari penyakit neurodegeneratif, temasuk
penyakit parkinson akan meningkat pula (Moghal S, Rajput AH, D’Arcy C, Rajput R. 1994).
II.1 Gejala
1. Tremor
Tremor terjadi biasanya 4-6 Hz tremor, maksimal ketika anggota badan yang diam dan
menurun dengan gerakan sukarela. Hal tersebut biasanya unilateral saat onset. Hal ini
merupakan gejala yang paling jelas meskipun perkiraan 30% pasien memiliki sedikit tremor
jelas, tremor pada penyakit Parkinson sangat khas, karena tremor terjadi pada saat dalam
keadaan istirahat (resting tremor), biasanya dimulai pada tangan dan jari-jari.
2. Kekakuan
3. Bradykinesia/akinesia
4. Postural ketidakstabilan
5. Gangguan postur
Gangguan postur dan kiprah ditandai dengan langkah-langkah singkat saat berjalan
dan kaki hampir tidak meninggalkan tanah.
6. Penurunan swing-arm
7. Bungkuk
Bungkuk merupakan postur badan menjadi maju dan tertekuk. Ketika sudah parah,
kepala dan bahu atas dapat menjadi bengkok di sudut kanan relatif terhadap batang
(camptocormia).
8. Festination
9. Kiprah pembekuan
10. Distonia
Pada sekitar 20% dari kasus, kontraksi otot akan terasa menyakitkan, seringkali
mempengaruhi kaki dan pergelangan kaki terutama kaki fleksi dan inversi kaki. Hal tersebut
dapat mengganggu kiprah, berbicara, dan gangguan menelan.
11. Hypophonia
Hypophonia menyebabkan kualitas suara cenderung lembut, serak, dan monoton. Hal
tersebut diakibatkan oleh gangguan pada lidah sehingga kesulitan dalam mengucapkan
kosakata dengan baik.
12. Kelelahan
Pada sekitar 50% dari kasus, penderita mengalami kelelahan, wajah yang menyerupai
topeng dikenal sebagai hypomimia, dan jarang berkedip.
13. Micrographia
(Integra, 2017).
Faktor risiko lainnya ada hal-hal lain yang membuat seseorang berisiko lebih tinggi
mengembangkan PD. Faktor risiko utama adalah usia, karena PD lebih banyak umum pada
orang dewasa yang lebih tua (> 50 tahun). Pria juga punya risiko PD lebih tinggi daripada
wanita. PD tampaknya mempengaruhi lebih sering Kaukasia daripada orang Amerika
keturunan Afrika atau orang Asia (Integra, 2017).
.
II.3 Penatalaksanaan Terapi
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit Parkinson secara
keseluruhan. Obat yang saat ini tersedia adalah Levodopa, bromokriptin, selegilin,
antikolinergik, dan lain-lain yang baru sampai pada tahap mengurangi gejala atau dapat
memperpanjang waktu bagi penderita untuk bebas dari gejala. Untuk mempertahankan
morbiditasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan sehari-harinya dan
mengikuti terapi fisik dan latihan secara rutin.
2.3.1 Terapi Farmakologi
a. Levodopa
Levodopa merupakan terapi gold standard dalam mengobati penyakit parkinson.
Levodopa merupakan precursor dopamin yang dapat menembus Blood Brain Barrier.
Levodopa umumnya ditambah dengan karbidopa yang merupakan inhibitor dekarboksilase
perifer (PDI). karbidopa menghambat dekarboksilasi levodopa menjadi dopamin dalam
sirkulasi sistemik, sehingga memungkinkan untuk distribusi levodopa lebih besar ke dalam
sistem saraf pusat. Levodopa memberikan manfaat antiparkinson terbesar untuk tanda-tanda
dan gejala motorik, dengan efek samping paling sedikit dalam jangka pendek. Namun untuk
penggunaan jangka panjang levodopa dikaitkan dengan fluktuasi motorik ("wearing-off ")
dan dyskinesia (John CM, Brust MD. 2007., Weintraub D, Cornella CL, Horn S. 2008).
Secara umum efek terapi levodopa untuk memperbaiki rigiditas, akan tetapi kurang
efektif untuk mengatasi tremor dan gangguan keseimbangan. Terapi dengan levodopa
dimulai pada dosis rendah dan dinaikkan dosisnya perlahan-lahan. Beberapa efek samping
dari levodopa antara lain hipotensi, diskinesia, artimia, gangguan gastrointestinal, serta
gangguan pernafasan. Selain itu dapat muncul juga gangguan psikiatrik seperti ansietas,
halusinasi pendengaran, dan gangguan tidur (John CM, Brust MD. 2007., Weintraub D,
Cornella CL, Horn S. 2008).
b. MAO (Monoamine Oxidase)-B Inhibitor
Monoamine oxidase (MAO)-B inhibitor dapat dipertimbangkan untuk pengobatan awal
penyakit. Obat ini memberikan manfaat perbaikan gejala yang ringan, memiliki profil efek
samping yang baik. Menurut penelitian Cochrane, MAO-B inhibitor telah meningkatkan
indikator kualitashidup sebesar 20-25% dalam jangka panjang.Contoh dari MAO-B inhibitor
adalah selegiline dan rasagiline (Koutoudis, Ted K. 2010).
c. Agonis Dopamin
Agonis dopamin bekerja dengan menstimulasi dopamin reseptor di substansia nigra dan
efektif untuk memperlambat munculnya komplikasi motorik seperti diskinesia jika
dibandingkan dengan levodopa. Agonis dopamin dapat digunakan untuk mengatasi gejala
motorik pada tahap awal dan kurang baik untuk mengatasi gejala motorik pada stadium
akhir. Contoh dari agonis dopamin adalah bromokriptin, pramipexole, ropinirole. Efek
samping seperti mengantuk, halusinasi, edema, dan gangguan kontrol impuls (Weintraub D,
Cornella CL, Horn S. 2008).
d. Antikolinergik
Antikolinergik efektif untuk mengontrol tremor pada stadium awal dari penyakit
parkinson, tetapi tidak efektif untuk mengatasi bradikinesia dan instabititas postural. Pada
penyakit parkinson gangguan ekstrapiramidal dapat terjadi akibat kadar dopamin menurun
menyebabkan gangguan keseimbangan antara dopaminergik dengan asetilkolin yang
meningkat. Pemberian antikolinergik akan menyeimbangkan dopamin dan asetilkolin. Obat-
obat ini harus diberikan dengan dosis rendah pada awal dan ditingkatkan perlahanlahan
untuk meminimalkan efek samping, yang meliputi gangguan memori, konstipasi, mulut
kering, dan retensi urin. Antikolinergik yang paling umum digunakan adalah
trihexyphenidyl (Weintraub D, Cornella CL, Horn S. 2008).
e. Amantadine
Amantadine adalah agen antivirus yang memiliki aktivitas antiparkinson. Mekanisme
kerjanya tidak sepenuhnya dipahami, tetapi amantadine diduga mempotensiasi respon
dopaminergik di susunan saraf pusat. Obat ini dapat melepaskan dopamin dan norepinefrin
dari lokasi penyimpanan dan menghambat reuptake dopamin dan norepinefrin. Efek
samping amantadine adalah disorientasi, halusinasi, mual, sakit kepala, pusing, dan
insomnia (Weintraub D, Cornella CL, Horn S. 2008).
DAFTAR PUSTAKA