TUGAS BESAR
STRUKTUR BAJA II
PTS462
Dibuat oleh :
ASTRID PUJA YANTI
M1C117016
Dosen Pembimbing :
M. Nuklirullah, S.T., M.Eng
Asisten Dosen :
Wahyu Ashari
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah
diberikan sehingga laporan Tugas Besar Struktur Baja II ini dapat tersusun hingga
selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari berbagai
pihak baik materi maupun pikirannya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan ini.
Tugas Besar Struktur Baja II ini merupakan suatu hal wajib bagi seluruh
mahasiswa yang mengambil matakuliah Struktur Baja II. Hal ini dilakukan untuk
menerapkan teori yang didapat dalam ruang kuliah diterapkan di lapangan maupun
di laboratorium secara langsung. Penulis berharap laporan praktikum ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca, yang nantinya dapat
memperbaiki atau menambah isi dari laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan
dalam penulisan laporan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .......................................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3. Ruang Lingkup ..........................................................................................2
1.4. Tujuan penulisan........................................................................................3
1.5. Manfaat penulisan......................................................................................3
1.6. Sistematika penulisan ................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
mengingat fungsi jembatan sebagai penghubung antara satu daerah dengan daerah
lain.
Oleh karena itu, diperlukannya penguasaan teknologi jembatan baik dari
aspek perencanaan, peralatan dan material. Dalam perencanaan pembangunan
jembatan dengan bentang panjang maka membutuhkan teknologi struktur jembatan
yang kuat dan ringan sehingga mampu menahan beban-beban yang bekerja pada
jembatan. Material ringan dan struktur kuat yang sering dipakai pada konstruksi
jembatan pada umumnya berupa rangka baja.
Konfigurasi jembatan rangka baja telah banyak dikembangkan untuk
mendapatkan desain yang efisien dari penggunaan meterial yang memiliki kekuatan
optimal, serta indah dari segi estetika. Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis
merancang struktur rangka jembatan yang mengacu pada teori-teori yang telah
diajarkan dalam mata kuliah Konstruksi Baja dan sumber-sumber yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia) yang
digunakan dalam perencanaan konstruksi jembatan di Indonesia dan LRFD (Load
and Resistance Factor Design) tanpa mengesampingkan nilai estetika.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Struktur Rangka Baja
2.1.1 Pengertian struktur rangka baja
Menurut (Supriyadi dan Muntohar, 2007) jembatan adalah suatu bangunan
yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau
menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaannya. Dalam perencanaan
dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan
transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi:
a. aspek lalu lintas
b. aspek teknis
c. aspek estetika .
Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan
batang-batang baja yang membentuk kumpulan segitiga, dimana setriap pertemuan
beberapa batang disambung pada alat pertemuan/simpul dengan menggunakan alat
penyambung (bout,paku keeling dan las lumer).
Jembatan rangka baja adalah strukur jembatan yang terdiri dari rangkaian
batang-batang baja yang dihubungkan satu dengan yang lainnya. Beban dan muatan
yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan pada batangbatang baja
tersebut, sebagai gaya-gaya tekan dan tarik melalaui titik-titik pertemuan batang
(titik buhul). Garis netral tiap-tiap batang yang bertemu pada titik buhul harus saling
berpotongan pada satu titik saja untuk menghindari timbulnya momen skunder.
(Asiyanto, 2008).
Secara umum pondasi yang sering digunakan pada jembatan ada 3 (tiga) yaitu:
a. Pondasi sumuran
b. Pondasi tiang pancang
c. Pondasi borpile
dasar yang dapat digunakan untuk mengenalinya adalah dengan adanya bagian
yang diagonal pada tengah bentang yang membentuk huruf V
Dalam struktur rangka batang ini, berat struktur pada reaksi perletakan akan
berusaha untuk menggulingkan rangka batang tersebut, namun hal ini dapat ditahan
oleh gaya horizontal yang ada pada perletakan. Untuk menghitung gaya– gaya yang
bekerja pada semua bagian, kita dapat membuat sebuah persamaan pada setiap titik
sambung (joint) seperti misalnya jumlah komponen vertikal dari gaya-gaya yang
bekerja pada joint harus sama dengan nol (ΣV = 0), begitu juga dengan arah
horizontal dimana gaya–gaya yang bekerja juga harus sama dengan nol pada setiap
joint. (ΣH = 0)
menguntungkan hal ini dikarenakan batang- batang rangka baja tersebut hanya
menerima gaya aksial tekan atau tarik saja.
Keunggulan dari jembatan rangka tipe ini adalah mampu digunakan untuk
struktur dengan bentang panjang serta desain yang cukup sederhana pada struktur
rangka nya menjadikan jembatan tipe ini memiliki berat yang relatif ringan. Selain
itu, penyaluran beban-beban yang merata antar member-member rangka bajanya.
Sedangkan,
Kelemahan dari jembatan rangka tipe ini adalah tidak bisa bekerja dengan
baik jika beban yang diberikan terpusat. Selain itu, biaya konstruksi yang cukup
banyak dikarenakan penambahan rangka.
Konsep desain dalam metode LRFD ini pada prinsipnya adalah tegangan
yang terjadi dalam setiap elemen struktur harus lebih kecil dari tegangan yang di
ijinkan. Dengan pengertian lain, beban yang bekerja harus lebih kecil dari kapasitas
kekuatan elemen dibagi dengan suatu faktor keamanan safety factor.
LRFD memberikan perbandingan yang lebih spesifik antara beban Q dan
resistensi Rn, seperti persamaan untuk persyaratan mendapatkan keamanan sebagai
berikut:
ϕRn ≥ ∑ γi Qi (2.1)
Dimana :
∑ = Penjumlahan
i = Menunjukan berbagai kondisi
Qi = Pengaruh beban nominal
Yi = Faktor beban terkait beban Qi yang ditinjau
Yi Qi = Kuat perlu, dari kondisi batas yang paling ekstrim
Rn = Kuat nominal, kekuatan elemen yang dihasilkan
ϕ = Faktor tahanan sesuai jenis struktur yang di tinjau
ϕRn = Kuat rencana, kekuatan struktur yang direncanakan
Dimana ruas kiri mewakili resistensi (kekuatan) dari komponen atau sistem,
sedangkan ruas kanan mewakili beban yang diharapkan akan ditanggung sehingga
cenderung memberikan struktur yang lebih aman, Pada sisi kekuatan harga
nominasi resistensi Rn dikalikan dengan faktor resistensi (reduksi kekuatan) ϕ
untuk mendapatkan kekuatan desain. Pada sisi beban berbagai efek beban Qi
(seperti beban mati, beban hidup, dan beban salju) dikalikan dengan faktor-faktor
kelebihan beban γi untuk mendapatkan jumlah ∑ γi Qi dari beban-beban terfaktor.
2.3.1 Konsep pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Besar beban yang
bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan yang berlaku.
Pembebanan gedung berdasarkan SNI 1727-2013 tentang pembebanan minimum
untuk perancangan gedung dan struktur lain.
a. Beban Mati (Dead Load)
Merupakan berat dari semua unsur atau bagian gedung yang bersifat tetap
dan segala unsur tambahan, serta peralatan tetap yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari gedung.
Ru ≤ ϕ Ru (2.9)
b. Berat sendiri
Berat sendiri dari bagian bangunan adalah berat dari bagian tersebut dan
elemen-elemen struktural lain yang dipikulnya. Termasuk dalam hal ini adalah
berat bahan dan bagian jembatan yang merupakan elemen struktural, ditambah
dengan elemen non struktural yang dianggap tetap.
Tabel 2.2 Faktor Beban untuk Berat Sendiri
Jangka waktu FAKTOR BEBAN
KS;;MS KU;;MS
Biasa Terkurangi
Tetap Baja, aluminium 1,1 0,9
1,0
Beton pracetak 1,0 1,2 0,85
Beton dicor 1,3 0,75
ditempat 1,0
Kayu 1,0 1,4 0,7
(Sumber: Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T – 02 – 2005)
c. Berat mati tambahan/utilitas
Beban mati tambahan adalah berat seluruh bahan yang membentuk suatu
beban pada jembatan yang merupakan elemen non-struktural, dan besarnya
dapat berubah selama umur jembatan.
Tabel 2.3 Faktor Beban untuk Beban Mati Tambahan/ Utilitas
Jangka waktu FAKTOR BEBAN
KS;;MA KU;MA
Biasa Terkurangi
Tetap Keadaan umum 1,0(1) 2 0,7
Keadaan khusus 1,0 1,4 0,8
Catatan :
(1) Faktor beban daya layan 1,3 digunakan untuk berat utilitas
(Sumber: Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T – 02 – 2005)
d. Beban Terbagi Rata (BTR)
Mempunyai intensitas q kPa, dimana besarnya q tergantung pada panjang
total yang dibebani L seperti berikut:
L ≤ 30 m : q = 9,0 kPa (2.11)
L > 30 m : q = 9,0 [ 0,5 + 15 / L ] kPa (2.12)
Dengan pengertian:
- q adalah intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang
jembatan.
- L adalah panjang total jembatan yang dibebani (meter).
Hubungan ini bisa dilihat dalam gambar 2.2 panjang yang dibebani L adalah
panjang total BTR yang bekerja pada jembatan. BTR memungkinkan harus
dipecah menjadi panjang-panjang tertentu untuk mendapatkan pengaruh
maksimum pada jembatan menerus atau bangunan khusus.
1. Bila lebar jalur kendaraan jembatan kurang atau sama dengan 5,5 m, maka
beban “D” harus ditempatkan pada seluruh jalur dengan intensitas 100 %.
2. Apabila lebar jalur lebih besar dari 5,5 m, beban “D” harus ditempatkan
pada jumlah lajur lalu lintas rencana (nl) yang berdekatan (tabel 2.5),
dengan intensitas 100 %. Hasilnya adalah beban garis ekuivalen sebesar nl
x 2,75 qKN/m dan beban terpusat ekuivalen sebesar nl x 2,75 pKN, kedua-
duanya bekerja berupa strip pada jalur selebar nl x 2,75 m.
3. Jalur lalu lintas rencana yang membentuk strip ini bisa ditempatkan
dimana saja pada jalur jembatan. Beban “D” tambahan harus ditempatkan
pada seluruh lebar sisa dari jalur dengan intensitas sebesar 50 %.
4. Luas jalur yang ditempati median harus dianggap bagian jalur dam
dibebani dengan beban yang sesuai, kecuali apabila media tersebut terbuat
dari penghalang lalu lintas yang tetap.
Gambar 2.17 Faktor Beban Dinamis BGT untuk Pembebanan Lajur “D”
(Sumber: Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T – 02 – 2005)
Transien 1 1,8
(Sumber: Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T – 02 – 2005)
Semua elemen dari trotoar atau jembatan penyeberangan langsung memikul
pejalan kaki harus direncanakan untuk beban nominal 5 kPa. Luas yang
dibebani adalah luas yang terkait dengan elemen bangunan yang ditinjau.
Untuk jembatan, pembebanan lalu lintas dan pejalan kaki jangan diambil secara
bersamaan pada keadaan batas ultimit. Apabila trotoar memungkinkan
digunakan untuk kendaraan ringan atau ternak, maka trotoar harus
direncanakan untuk bisa memikul beban hidup terpusat sebesar 20 KN.
i. Gaya rem
Tabel 2.6 Faktor Beban Akibat Pembebanan untuk Pejalan Kaki
Jangka Faktor beban
Waktu K s;tb K u;tb
Transien 1 1,8
(Sumber: Standar Pembebanan untuk Jembatan RSNI T – 02 – 2005)
Besarnya gaya – gaya di arah memanjang jembatan, akibat gaya rem dan
traksi, harus ditinjau untuk kedua jurusan lalu lintas. Pengaruh ini
diperhitungkan senilai dengan gaya rem sebesar 5% dari beban jalur D yang
dianggap ada pada semua jalur lalu lintas, tanpa dikalikan dengan faktor beban
dinamis dan dalam satu jurusan. Gaya rem tersebut dianggap bekerja horisontal
dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1,8 m di atas
permukaan lantai kendaraan. Beban lajur D disini jangan direduksi bila panjang
bentang melebihi 30 m, digunakan rumus 1: q = 9 kPa.
Gaya rem tidak boleh digunakan tanpa memperhitungkan pengaruh beban
lalu lintas vertikal. Dalam hal ini dimana beban lalu lintas vertikal mengurangi
pengaruh dari gaya rem (seperti pada stabilitas guling dari pangkal jembatan),
maka Faktor Beban Ultimit terkurangi sebesar 40% boleh digunakan untuk
pengaruh beban lalu lintas vertikal. Pembebanan lalu lintas 70% dan faktor
pembesaran di atas 100% BGT dan BTR tidak berlaku untuk gaya rem.
BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN
3.1 Kriteria Desain
Perencanaan struktur rangka baja ini menggunakan metode LRFD, berikut ini
adalah gambar rencana jembatan rangka baja beserta kriteria perencanaan pada
struktur rangka baja dengan data sebagai berikut :
5m
8x6m
Gambar 3.1 Struktur Rangka Baja
Direncanakan struktur rangka jembatan (hanya rangkanya saja) seperti pada
gambar untuk lalu lintas jembatan dengan data sebagai berikut:
a. Bentang Jembatan :8 x6m
b. Tinggi Rangka :5m
c. Lebar Trotoar dan Lantai Kendaraan : 1,00 + 7,00 + 1,00 m
d. Mutu baja : BJ 44
1. Tegangan Putus Minimum (fu) : 440 MPa ≈ 4400 kg/cm2
2. Tegangan Leleh Minumum (fy) : 280 MPa ≈ 2800 kg/cm2
e. Code : SNI 1725:2016 (Pembebanan untuk
Jembatan)
f. Beban Hidup : Sesuai SNI 1725: 2016
g. Beban Mati : Beban terpusat P pada tiap buhul
sebesar 15000 Kg Berat sendiri
rangka q asumsi sebesar 500 kg/m
h. Berat sambungan : 10 % dari berat rangka
P = 15000 Kg
qbs = 500 Kg/m
q sambungan = 10% x qbs = 50 Kg/m +
q (qbs + q sambungan) = 550 Kg/m
2. Perhitungan beban hidup
Berdasarkan code SNI 1725: 2016, beban hidup dalam merencanakan
rangka utama jembatan rangka adalah beban lalu lintas berupa lajur “D”.
Beban lajur (D) terdiri dari dari beban terbagi rata (BTR) dan beban garis
terpusat (BGT). BTR pada code ini memiliki besaran q kPa dengan
besarnya q tergantung pada panjang total yang dibebani L, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jika L ≤ 30 m:
q = 9,0 kPa ..................................................... (3.1)
Jika L > 30 m:
15
q = 9 x (0,5 + ) kPa .................................... (3.2)
L
= 7,312 kPa
Jadi, berdasarkan panjang total yang dibebani pada soal adalah 48 m.
Sehingga didapatkan hasil perhitungan untuk nilai BTR adalah 7,312 kPa
dan nilai BGT sesuai SNI 1725: 2016 sebesasar 49,0 kN/m.
90°
Arus Lalu Lintas
= 274,2 kg/m
0,75 m
P1 = ½ x P x 2,75 m
0,75 m
= ½ x 13475 kg x 2,75 m
= 1837,5 kg
qtotal = q + q1 + qtrotoar
= 2010,8 + 274,2 + 500
= 2785 kg/m
Ptotal = P + P1
= 13475 + 1837,5
= 15582,5 kg
3. Penentuan garis pengaruh pada rangka batang
500 1 1
α = arc tan ( 0,5 x 600 ) = 59,03° ; Sin α = Sin 59,03° = 1,166
A8 =0
f) Garis pengaruh batang A2 dan A6
Untuk x = 1200 cm dan L-x = 3600 cm dengan tinjauan :
A1= 0
x ( L−x) (600) ( 4800−1200)
A1-2 = - =- = - 0,900
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−1200)
A2-3 = - =- = - 1,800
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−1800)
A3-4 = - =- = - 1,500
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−2400)
A4-5 = - =- = - 1,200
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−3000)
A5-6 = - =- = - 0,900
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−3600)
A6-7 = - =- = - 0,600
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−4200)
A7-8 = - L.H
=- 4800 x 500
= - 0,300
A8 =0
g) Garis pengaruh batang A3 dan A5
Untuk x = 1800 cm dan L-x = 3000 cm dengan tinjauan :
A1= 0
x ( L−x) (600) ( 4800−1800)
A1-2 = - =- = - 0,750
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−1800)
A2-3 = - =- = - 1,500
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1800) ( 4800−1800)
A3-4 = - =- = - 2,250
L.H 4800 x 500
A8 =0
h) Garis pengaruh batang A4
Untuk x = 2400 cm dan L-x = 2400 cm dengan tinjauan :
A1= 0
x ( L−x) (600) ( 4800−2400)
A1-2 = - =- = - 0,600
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (1200) ( 4800−2400)
A2-3 = - L.H
=- 4800 x 500
= - 1,200
x ( L−x) (1800) ( 4800−2400)
A3-4 = - =- = - 1,800
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (2400) ( 4800−2400)
A4-5 = - =- = - 2,400
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (2400) ( 4800−3000)
A5-6 = - =- = - 1,800
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (2400) ( 4800−3600)
A6-7 = - =- = - 1,200
L.H 4800 x 500
x ( L−x) (2400) ( 4800−4200)
A7-8 = - =- = - 0,600
L.H 4800 x 500
A8 =0
4. Perhitungan gaya batang akibat beban mati
a) G.P Batang B1 dan B8
S = [{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 48 x 0,562) 550} + (15000 x 2,662)]
= [7418,4 + 39930]
= 47348,4 kg
b) G.P Batang B2 dan B7
S = [{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 48 x 1,462) 550} + (15000 x 7,162)]
= [19298,4 + 107430]
= 126728,4 kg
c) G.P Batang B3 dan B6
S = [{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 48 x 2,062) 550} + (15000 x 10,162)]
= [[27218,4 + 152430]
= 179648,4 kg
d) G.P Batang B4 dan B5
S = [{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 48 x 2,362) 550} + (15000 x 11,662)]
= [31178,4 + 174930]
= 206108,4 kg
e) G.P Batang A1 dan A7
S = -[{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½ x 48 x 1,050) 550} + (15000 x 4,200)]
= -[13860 + 63000]
= -76860 kg
f) G.P Batang A2 dan A6
S = -[{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½ x 48 x 1,800) 550} + (15000 x 7,200)]
= -[23760 + 108000]
= -131760 kg
g) G.P Batang A3 dan A5
S = -[{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½ x 48 x 2,250) 550} + (15000 x 8,550)]
= -[29700 +128250]
= -157950 kg
h) G.P Batang A4
S = -[{(luas Δ GP) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½.L.y maks) q} + (ΣP.yi)]
= -[{(½ x 48 x 2,400) 550} + (15000 x 9,600)]
= -[31680 + 144000]
= -175680 kg
i) G.P Batang D1 dan D16
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 48 x (-1,020) +(0) x 550} + (15000 x (-4,078)]
= [-13464 - 61170]
= -74634 kg
j) G.P Batang D3 dan D14
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 41,147 x (-0,874) + (½ x 6,853 x (0,145) x 550} + (15000
x (-2,913)]
= [-9616,418- 43695]
= - 53311,418 kg
k) G.P Batang D5 dan D12
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 34,287 x (-0,278) + (½ x 13,713 x (0,291) x 550} +
(15000 x (-1,748)]
= [-1523,858- 26220]
= - 27743,858 kg
l) G.P Batang D7 dan D10
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 27,429 x (-0,583) +(½ x 20,570 x (0,437) x 550} + (15000
x (-0,583)]
= [-1925,554 - 8745]
= - 10670,554 kg
m) G.P Batang D8 dan D9
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 24 x (-0,437) + (½ x 24 x (0,437) x 550} + (15000 x (0)]
= 0 kg
n) G.P Batang D6 dan D11
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 20,571 x (-0,437) + (½ x 27,429 x (0,583) x 550} +
(15000 x (0,583)]
= [1925,434 + 8745]
= 10670,434 kg
o) G.P Batang D4 dan D13
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 13,714 x (-0,291) + (½ x 34,286 x (0,728) 550} + (15000
x (1,748)]
= [5766,594+ 26220]
= 31986,594 kg
p) G.P Batang D2 dan D15
S = [{(luas Δ GP- + luas Δ GP+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½.L.y maks- + ½.L.y maks+) q} + (ΣP.yi)]
= [{(½ x 6,854 x (-0,145) + (½ x 41,146 x (0,874) x 550} + (15000
x (2,913)]
= [9616,137 + 43695]
= 53311,137kg
5. Perhitungan gaya batang akibat Beban Hidup
a) G.P Batang B1 dan B8
S = [{(luas Δ GP) q} + (P.у maks)]
= -86,543 ton
= -86543 kg
f) G.P Batang A2 dan A6
S = [{(luas Δ GP) q} + (P.y maks)]
= [{(½.L.y maks) q} + (P.y maks)]
= [{(½ x 48 (-1,800)) 2,785} + (15,582 (-1,800))]
= [-120,312 + (-28,048)]
= -148,36 ton
= -148360 kg
g) G.P Batang A3 dan A5
S = [{(luas Δ GP) q} + (P.y maks)]
= [{(½.L.y maks) q} + (P.y maks)]
= [{(½ x 48 (-2,250)) 2,785} + (15,582 (-2,250))]
= [-150,39 + (-35,060)]
= -185,45 ton
= -185450 kg
h) G.P Batang A4
S = [{(luas Δ GP) q} + (P.y maks)]
= [{(½.L.y maks) q} + (P.y maks)]
= [{(½ x 48 (-2,400)) 2,785} + (15,582 (-2,400))]
= [-160,416 + (-37,397)]
= -197,813 ton
= -197813 kg
i) G.P Batang D1 dan D16
S = [{(luas Δ GP) q} + (P.y maks)]
= [{(½.L.y maks) q} + (P.y maks)]
= [{(½ x 48 x (-1,020) 2,785} + (15,582 x (-1,020)]
= [-68,176 – 15,894]
= -84,07 ton
= -84070 kg
j) G.P Batang D3 dan D14
= 31352 kg
o) G.P Batang D4 dan D13
S = [{(luas Δ GP) q} + (P.y maks)]
= [{(½.L.y maks) q} + (P.y maks)]
= [{(½ x 34,287 x 0,728) 2,785} + (15,582 x (-0,728)]
= [34,758 + 11,344]
= 46,102 ton
= 46102 kg
p) G.P Batang D2 dan D15
S = [{(luas Δ GP) q} + (P.y maks)]
= [{(½.L.y maks) q} + (P.y maks)]
= [{(½ x 41,147 x 0,874) 2,785} + (15,582 x 0,874]
= [50,077 + 13,619]
= 63,696 ton
= 63696 kg
Rekapitulasi Nilai Gaya Batang dan Kombinasi Beban yang didapat dapat
dilihat pada Tabel 3.1 dibawah ini.
Lk
λ = 𝑖𝑦
583
= 10,2
= 58,82
E
58,82 ≤ 4,71 √𝑓
𝑦
E
58,82 ≤ 4,71 √𝑓
𝑦
2,1 × 106
58,82 ≤ 4,71 √
2800
= 5984,51 kg/cm2
𝑓𝑦
Fcr = ( 0,658 𝑓𝑒 ) Fy
2800
= ( 0,658 5984,51 ) 2800
= 2302,03 kg/cm2
c) Menghitung kuat tekan nominal
Pu ≤ ϕ Pn
527316,8 ≤ 0,9 x Fcr x Ag
527316,8 ≤ 0,9 x 2302,03 x 295,4
527316,8 ≤ 612017,70 OK!!!
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan diatas, disimpulkan bahwa profil IWF (400 x
400 x 18 x 28) dapat digunakan dan dilakukan penyeragaman profil pada
semua batang atas (tekan).
Ag = 221,75 cm2
b) Menghitung luas perlu pada kondisi fraktur
Pu ≤ ϕ Fu x Ae
558819,68 ≤ 0,75 x Fy x 0,85 Ag
558819,68 ≤ 0,75 x 4400 x 0,85 x Ag
558819,68
Ag = 0,75 × 4400 ×0,85
Ag = 199,22 cm2
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan diatas, disimpulkan bahwa pada kondisi leleh
dan kondisi fraktur diperoleh nilai Ag terbesar yaitu pada kondisi leleh
sebesar 221,75 cm2.
Setelah mendapatkan hasil dari luas perlu (Ag) terbesar yaitu pada
kondisi leleh maka dapat dicoba profil IWF (400 x 400 x 21 x 21) yaitu
sebagai berikut :
Diketahui :
Ix = 70,900 cm4
Iy = 23,800 cm4
ix = 16,8 cm
iy = 9,75 cm
Ag = 250,7 cm2
W = 197 kg/m
a) Menghitung luas penampang bruto
ϕ Pn = fy x Ag x ϕ
= 2800 x 250,7 x 0,9
= 631764 kg
b) Menghitung luas penampang netto
ϕ Pn = fu x Ae x ϕ
= 4400 x 0,85 Ag x 0,75
= 4400 x 0,85 x 250,7 x 0,75
= 4559,82 kg
c) Menghitung kuat tekan nominal
Pu ≤ ϕ Pn
558819,68 ≤ 0,9 x Fy x Ag
558819,68 ≤ 0,9 x 2800 x 250,7
558819,68 ≤ 631764 kg OK!!!
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan diatas, disimpulkan bahwa profil IWF (400 x
400 x 21 x 21) dapat digunakan dan dilakukan penyeragaman profil pada
semua batang bawah (tarik).
3. Batang diagonal
Sebelum mencari nilai batang diagonal tekan dan batang diagonal tarik,
hitung terlebih dahulu panjang batang pada bagian sisi miring (x) dari
struktur baja tersebut yaitu sebagai berikut :
𝑥
Sin (59,03°) =𝑦
5𝑚
y = sin (59,03°)
y = 5,83 m
a) Batang diagonal tekan
Batang diagonal tekan direncanakan dengan profil IWF yaitu sebagai
berikut :
583
=
9,65
= 60,415
E
60,415 ≤ 4,71 √
𝑓𝑦
E
60,415 ≤ 4,71 √𝑓𝑦
2100000
60,415 ≤ 4,71 √ 2800
3,142 x 2100000
= (60,415)2
= 5672,689 kg/cm2
𝑓𝑦
Fcr = ( 0,658 𝑓𝑒 ) fy
2800
= ( 0,658 5672,689 ) 2800
= 2277,380 kg/cm2
3) Menghitung kuat tekan nominal
Pu ≤ ϕ Pn
165887,302 ≤ 0,9 x Fcr x Ag
165887,302 ≤ 0,9 x 2277,380 x 214,4
165887,302 ≤ 439443,244 kg OK!!!
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan diatas, disimpulkan bahwa profil IWF (400 x
400 x 18 x 18) dapat digunakan dan dilakukan penyeragaman profil pada
semua batang diagonal tekan.
b) Batang diagonal tarik
Batang diagonal tarik direncanakan dengan profil IWF yaitu sebagai
berikut :
A=6m
D = 5,83 m D = 5,83 m
B=6m
l = 48 m
L = LA + LB + 2LD
= 6 + 6 + (2 x 5,83)
= 6 + 6 + 11,66
= 23,66
Berat aktual rangka = Berat profil (w) x L
= 597 x 23,66
= 14125,02 kg/m
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎
Berat aktual per meter = 𝑙
14125,02 𝑘𝑔/𝑚
=
48 𝑚
= 294,27 kg/m
Control berat rangka
Berat aktual per meter ≤ Berat asumsi rangka
294,27 kg/m ≤ 500 kg/m OK!!!
Dari perhitungan diatas maka dapat disimpulkan bahwa profil baja yang
digunakan pada atas, bawah dan diagonal diatas dapat digunakan karena telah
memenuhi syarat yang ditentukan.