Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PANCASILA

MASYARAKAT MADANI MODERN

DOSEN PENGAMPU : Fathurrosi,S.Pd., M.Pd.

DI SUSUN

OLEH :

Anggi Maulia Putri (11814061)

Dhebi Aryanti (11814044)

Didit Hendriawan (11814058)

Fikria Hanifa (11814064)

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI( B )

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONTIANAK

2018/2019
1

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Masyarakat Madani Yang Modern”

yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila. Penyusun


berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dalam
penyelesaian makalah ini hingga tersusun makalah yang sampai dihadapan pembaca
pada saat ini.
Penyusun juga menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak
kekurangan. Karena itu sangat diharapkan bagi pembaca untuk menyampaikan saran
atau kritik yang membangun demi tercapainya makalah yang lebih baik.

Wassalamu’alaikum Wr.W
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................3
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................5

A. Pengertian Masyarakat Madani...................................................................5


B. Karakteristik Masyarakat Madani................................................................5
C. Masyarakat Madani dan Penegakan Hak-Hak Sipil
Keagamaan di Indonesia..............................................................................7

BAB III PENUTUP.................................................................................................10

A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran............................................................................................................10
C. Daftar Pustaka..............................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita sering mendengar dan melihat berbagai kasus yang berkenaan dengan
penindasan rakyat sudah sangat mendarah daging dalam pemberitaan pers. Baik
melalui media elektronik maupun media cetak. Sebut saja kasus penindasan yang
terjadi ketika orde baru masih berkuasa. Yaitu penindasan terhadap keberadaan hak
tanah rakyat yang diambil oleh penguasa dengan alasan pembangunan dan juga
contoh lainnya dengan adanya DOM (Daerah Operasional Militer di Aceh), juga kita
sering mendengar dan mengetahui penculikan para aktifis demokrasi di berbagai
negara, termasuk di Indonesia dan akhir yang paling menyakitkan adalah ketika kita
kehilangan ruang untuk mengemukakan pendapat kita di depan publik.
Pertanyaan – pertanyaan tersebut pada akhirnya akan bermuara pada perlunya
mengkaji kembali kekuatan rakyat atau masyarakat (civil) dalam konteks interaksi
relationship, baik antara rakyat dengan negara, maupun antara rakyat dengan rakyat.
Kedua pola hubungan interaksi tersebut akan memposisikan rakyat sebagai bagian
integrasi dalam komunitas negara yang memiliki kekuatan bergening dan menjadi
komunitas masyarakat sipil yang memiliki kecerdasan, analisi kritis yang tajam serta
mampu berinteraksi di lingkungannya secara demokratis dan berkeadaban.
Kemungkinan adanya kekuatan civil sebagai bagian dari komunitas bangsa ini
akan mengantarkan pada sebuah wacana yang saat ini sedang berkembang, yakni
masyarakat madani. Wacana masyarakat Madani ini, merupakan wacana yang telah
mengalami proses yang panjang. Ia muncul bersamaan dengan proses modernisasi
terutama pada saat terjadi transformasi dari masyarakat feodal menuju masyarakat
Barat modern, yang dikenal dengan istilah civil society.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu masyarakat madani ?
2. Bagaimana karakteristik masyarakat madani ?

3
4

3. Bagaimana masyarakat madani dan penegakan hak-hak sipil keagamaan di


Indonesia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu masyarakat madani.
2. Untuk mengetahui karakteristik masyarakat madani.
3. Untuk mengetahui bagaimana masyarakat madani dan penegakan hak-hak sipil
keagamaan di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Masyarakat Madani


Istilah masyarakat madani diperkenalkan oleh mantan wakil perdana menteri
Malaysia yakni Anwar Ibrahim. Menurut Anwar Ibrahim, arti masyarakat madani
adalah system sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.
Secara umum, pengertian masyarakat madani ( civil society ). Merupakan
masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani dan memaknai
kehidupannya. Masyarakat madani merupakan tiang utama dalam kehidupan politik
berdemokratis. Wajib bagi setiap masyarakat madani yang tidak hanya melindungi
warna Negara dalam berhadapan dengan Negara, namun masyarakat madani juga
dapat merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.
Pengertian Masyarakat Madani Menurut Para Ahli :
 Thomas Paine : Menurut Thomas Paine bahwa arti masyarakat madani
adalah suatu ruang tempat warga dapat mengembangkan kepribadiannya
dan memberi peluang bagi pemuasan kepentingan secara bebas dan tanpa
paksaan.
 Nucholish Madjid : Pengertian masyarakat madani menurut Nucholish
Madjid yang mendefinisikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang
merujuk pada masyarakat islam yang pernah dibangun Nabi Muhammad
Saw. Di negeri Madinah.
 Gellner : Menurutnya, pengertian masyarakat madani adalah sekelompok
institusi/lembaga dan asosiasi yang cukup kuat untuk mencegah tirani
politik, baik oleh Negara maupun komunal/komunitas.
B. Karakteristik Masyarakat Madani

5
6

Setiap individu atau pun sekelompok tertentu pasti memiliki sesuatu yang
dinamakan karakter. Maka begitu pula dengan masyarakat madani yaitu juga
memiliki yang namanya karakter.
Adapun karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
1. Free public sphere ( ruang publik yang bebas ), yaitu masyarakat memiliki
akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan
kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat,
berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada public.
2. Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapakan prinsip-prinsip demokrasi
sehingga mewujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan
demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran
pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berprilaku
demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang
lain.
3. Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan
politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling
menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh
orang/kelompok lain.
4. Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan masyarakat yang
majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif
dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
5. Keadilan sosial ( social justice ), yaitu keseimbangan dan pembagian yang
proposional antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya.
6. Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari
rekayasa, intimidasi, ataupun interverensi penguasa/pihak lain, sehingga
masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang
bertanggungjawab.
7

7. Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan trciptanya keadilan.


Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki
kedudukandan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
C. Masyarakat Madani dan Penegakan Hak-Hak Sipil Keagamaan di
Indonesia
Menuju masyarakat madani melalui penegakkan hak-hak sipil keagamaan
dimana Negara Indonesia adalah Negara hukum yang diartikan sebagai Negara
dimana tindakan pemerintah maupun rakyatnya didasarkan atas hukum untuk
mencegah adanya tindakan kesewenang-wenangan dari pihak penguasa dan tindakan
rakyat menurut kehendak sendiri.
Sebagai unsur-unsur yang klasik yang dipakai dalam Negara yaitu diakuinya
bahwa hak-hak asasi yang harus dilindungi oleh pihak penguasa dan sebagai
jaminannya ialah diadakan pembagian kekuasaan.
Negara hukum mempunyai 4 unsur :

1. Hak-hak asasi.
2. Pembagian kekuasaan.
3. Adanya undang-umdang bagi tindakan pemerintah.
4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam
masyarakat Negara harus melaksanakan penerbitan. Dapat dikatakan bahwa Negara
bertindak sebagai stabilisator.
Negara adalah alat dari masyarakat yang mepunyai kekuasaan untuk mengatur
hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menerbitkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat dan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Negara
menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai dimana kekuasaan dapat digunakan
dalam kehidupan. Pengendalian ini berdasarkan system hukum dan dengan peraturan
pemerintah serta segala alat-alat perlengkapan.
8

Untuk menegaskan kedudukan agama ini maka telah disebutkan bahwa Negara
republik Indonesia berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada “Ketuhanan
Yang Maha Esa , Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan, serta Dengan Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial Bgi Seluruh Rakyat
Indonesia”.
Prinsip ketuhanan ini menegaskan bahwa masing-masing orang Indonesia
hendaknya bertuhan. Mereka yang beragama Kristen menyembah Tuhan menurut
petunjuk Isa Al-Masih, yang beragama Islam menjalankan ibadahnya menurut
petunjuk Nabi Muhammad SAW, umat Hindu menjalankan ibadahnya menurut kitab-
kitab yang ada padanya, begitu pula umat Budha.
Nilai-nilai ketuhanan menurut tumbuhnya sikap dan perbuatan yang sesuai
dengan norma-norma dan moral yang diajarkan oleh agama-agama yang bersumber
dari Tuhan. Hal ini mengingat bahwa agama adalah dasar dan asas moral bangsa dan
masyarakat yang bersifat pancasila. Untuk itu maka nilai-nilai agama mendapat
tempat interprestasi dan implementasi dalam pancasila sebagai dasar filsafah dan
ideology Negara. Bangsa Indonesia diakui sebagai bangsa yang beragama.
Indonesia adalah Negara serba ganda ( plural stabe ). Bangsa idonesia telah
hidup dengan keserbagandaan ini sejak zaman leluhur. Jadi, bisa di telusuri kembali
sejarah bangsa Indonesia sejak zaman leluhur itu, tidak terdapat fakta tentang adanya
usaha-usaha untuk mempermasalahkan keserbagandaan ini.
Dalam membangun dan membina masyarakat dan bangsa dengan totalitasnya
perlu dipikirkan terutama terhadap generasi penerus, agar keberagman yang telah
interen dengan alam dan kondisi Indonesia ini dipahami dan diterima oleh mereka.
Dengan pengertian tidak menjadikan keberagaman ini sebagai topic permasalahan
terutama yang sifatnya sensitive sekali, yaitu agama.
Indonesia sebagai Negara pancasila, dalam penganutan agama prinsip
kebebasan di junjung tinggi, termasuk untuk menyiarkan agama itu sendiri. Negara
dan pemerintah tidak menghalangi setiap golongan agama untuk menyiarkan dan
9

menyebarkan agamanya. Namun kebebasan disini tidak dapat ditafsirkan dengan


kebesan tanpa batas dan harus didasarkan kepada prinsip pancasila dan UUD 1945
dengan berorientasi kepada pemeliharaan persatuan dan rasa kebangsaan. Pluralitas
agama atau masalah agama, artinya bila masalah agama tidak menjadi perhatian yang
layak sehingga tidak terciptanya kerukunan umat beragama maka integritas bangsa
dan Negara akan tergoyahkan, bila dimana bentuk ekstrim bahkan dapat berbahaya,
masalah suku tumbuh lagi.
Hak-hak atau hak asasi dalam masyarakat dan bangsa meliputi kemerdekaan
beragama mendapatkan pendidikan dan pengajaran kebebasan mengeluarkan pikiran
baik dengan lisan atau tulisan mendapatkan tempat atau rumah dan sebagainya.
Dalam masyarakat madani, setiap manusia mempunyai hak sama dan dipandang
sebagai kenyataan, baik secara pribadi ataupun secara bergolongan. Setiap anggota
masyarakat menyadapi posisi masing-masing baik ia sebagai anggota masyarakat
buiasa. Karyawan, pejabat ataupun sebagai penguasa, bahwa ia mempunyai hak dan
kewajiban yang sama.
Dalam kebebasan atau kemerdekaan terkandungkebebasan beragama dan
kebebasan mengeluarkan pendapat. Kebebasan beragama, tiap penganut atau tiap
golongan agama mempunyai kebebasan dan perlindungannya yang sama dalam
menganut agama dan melaksanakan iabadah agamanya. Tiap Undang-Undang atau
peraturan yang dibuat pemerintah atau oleh lembaga Negara tidak bertentangan
dengan agama yang dianut oleh warganya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan
umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan
yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa yang
sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat
kita tidak ketinggalan berita.
B. Saran
Setelah selesainya makalah ini, disana sini banyak kekurangan dari benarnya. Maka
kami selaku penyusun makalah ini berharap kritik dan saran-sarannya yang sifatnya
membangun. Karena kami selaku penyusun masih dalam tahap belajar. Atas saran-sarannya
kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini berguna bagi penyusun dan
pembacanya. 

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim
Indonesia: Jakarta.

Mansur, Hamdan. 2004. Materi Instrusional Pendidikan Agama Islam. Depag RI:
Jakarta.

Suharto, Edi. 2002. Masyarakat Madani: Aktualisasi Profesionalisme Community


Workers Dalam Mewujudkan Masyarakat Yang Berkeadilan. STKS Bandung:
Bandung.

Sosrosoediro, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil Religion. MUI:
Jakarta.

Sutianto, Anen. 2004. Reaktualisasi Masyarakat Madani Dalam Kehidupan. Pikiran


Rakyat: Bandung.

Suryana, A. Toto, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Tiga Mutiara: Bandung

Sudarsono. 1992. Pokok-pokok Hukum Islam. Rineka Cipta: Jakarta.

Tim Icce UIN Jakarta. 2000. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. Prenada Media: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai