Anda di halaman 1dari 5

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu

kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan

pembuangan air irigasi. Berikut secara ringkas penjelasan dari berbagai bangunan dan saluran

yang ada dalam jaringan irigasi.

1. Bangunan Pengambilan ; Pada umumnya air irigasi Diambil dari sungai. Bangunan

pengambilan merupakan bangunan yang berfungsi untuk mengambil air atau menyadap air

dari sumbernya untuk disalurkan kepada jaringan pengangkut dan lahan pemanfaat.Hampir

sebagian besar bangunan pengambilan air di Indonesia berbentuk bendung, yaitu suatu

bangunan melintang pada tubuh sungai dengan ketinggian tertentu. Fungsi utama bangunan

melintang ini adalah untuk menaikkan muka air sungai sehingga dapat dialirkan masuk ke

dalam sistem saluran irigasi yang lebih rendah.

Secara lengkap bangunan bendung ini mempunyai bagian-bagian: (i) tubuh bendung; (ii)

pintu pengambilan; (iii) pintu pembilas; (iv) kantong lumpur berbentuk saluran yang lebih

dalam dari saluran pemberi dan berfungsi untuk menahan sedimen agar tidak masuk ke dalam

saluran irigasi, dalam periode tertentu maka sedimen dialirkan kembali ke dalam sungai; dan

(v) bangunan pengukur debit.

Selain bendung, bangunan pengambilan juga dapat berbentuk pengambilan bebas, yaitu

bangunan melintang pada sungai dengan tidak sepanjang lebar sungai dan tidak begitu tinggi

seperti bendung. Bangunan ini juga disebut bangunan pengarah, karena berfungsi untuk

mengarahkan aliran air agar masuk ke dalam sistem saluran.Satu satuan luas lahan beririgasi

yang dilayani atau dioncori oleh satu bangunan pengambilan disebut Daerah Irigasi.

2. Bangunan Pengukur Debit; Sesuai dengan namanya, maka bangunan pengukur debit

adalah berfungsi sebagai alat untuk mengukur besaran debit. Alat ukur debit di saluran irigasi

mempunyai beberapa tipe, tetapi yang paling populer adalah: (i) alat ukur debit ambang
tajam; misalnya Cipoletti; Thomson; (ii) alat ukur debit ambang lebar; misalnya drempel; (iii)

talang ukur Parshall; Cut throat flume dan (iv) pintu Romijn.

3. Saluran Pembawa;Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan air dimulai dari

bangunan pengambilan sampai dialirkan ke petak lahan pertanian. Saluran pembawa ini

terdiri dari saluran pembawa utama dan saluran tersier. Saluran pembawa berdasarkan

fungsinya dibedakan atas: saluran primer; saluran sekunder; dan saluran tersier; serta saluran

kuarter. Dalam saluran pembawa biasanya terdapat kelengkapan lainnya, misalnya: bangunan

bagi (box bagi); bangunan sadap; alat ukur debit; sipon; jembatan; dan bangunan silang.

Saluran primer berfungsi mengalirkan air dari bangunan pengambilan untuk dibagi pada

saluran sekunder, yang selanjutnya dari saluran sekunder dialirkan lagi untuk dibagi pada

saluran tersier. Biasanya air dari saluran tersier tidak langsung dialirkan ke petak sawah,

tetapi melalui saluran kuarter. Semakin besar areal pelayanan suatu jaringan irigasi maka

sarana irigasi akan semakin lengkap. Untuk jaringan yang layanan irigasinya kecil biasanya

dari saluran pembawa utama langsung dialirkan ke petak-petak sawah.

4. Bangunan Silang; Bangunan silang merupakan bangunan yang terletak di dalam jaringan

irigasi yang berfungsi untuk menyilang jalan, sungai, saluran pembuang, atau saluran irigasi

daerah irigasi lainnya. Bangunan silang tersebut dapat berbentuk jembatan, siphon, gorong-

gorong, talang, dsb.Beberapa jenis bangunan silang akan diuraikan sebagai berikut:

a. Gorong-gorong; Gorong-gorong dipasang di tempat-tempat di mana saluran lewat di

bawah bangunan (jalan, rel kereta api) atau apabila pembuang lewat di bawah saluran.

b.Talang (flume);Talang dipakai untuk mengalirkan air irigasi lewat di atas saluran lainnya,

saluran pembuang alamiah atau cekungan dan lembah-lembah. Ada beberapa tipe talang

(flum) yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi melalui situasi-situasi medan tertentu,

misalnya: a. flum tumpu, untuk mengalirkan air di sepanjang lereng bukit yang curam, b.flum

elevasi, untuk menyeberangkan air irigasi lewat di atas saluran pembuang atau jalan air
lainnya, c. flum, dipakai apabila batas pembebasan tanah terbatas atau jika bahan tanah tidak

cocok untuk membuat potongan melintang saluran trapesium biasa. Flum mempunyai

potongan melintang berbentuk segi empat atau setengah bulat.

c. Sipon; Sipon dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi di

bawah saluran pembuang, cekungan, anak sungai atau sungai. Sipon juga dipakai untuk

melewatkan air di bawah jalan, jalan kereta api, atau bangunan-bangunan yang lain. Sipon

merupakan saluran tertutup yang direncanakan untuk mengalirkan air secara penuh dan

sangat dipengaruhi oleh tinggi tekan.

d. Jembatan sipon; Jembatan sipon adalah saluran tertutup yang bekerja atas dasar tinggi

tekan dan dipakai untuk mengurangi ketinggian bangunan pendukung di atas lembah yang

dalam.

e. Saluran tertutup; Saluran tertutup dibuat apabila trase saluran terbuka melewati suatu

daerah di mana potongan melintang harus dibuat pada galian yang dalam dengan lereng-

Iereng tinggi yang tidak stabil. Saluran tertutup juga dibangun di daerah-daerah permukiman

dan di daerah-daerah pinggiran sungai yang terkena luapan banjir. Bentuk potongan

melintang saluran tertutup atau saluran gali dan timbun adalah segi empat atau bulat.

Biasanya aliran di dalam saluran tertutup adalah aliran bebas.

f. Terowongan; Terowongan dibangun apabila keadaan ekonomi/anggaran memungkinkan

untuk saluran tertutup guna mengalirkan air melewati bukit-bukit dan medan yang tinggi.

Biasanya aliran di dalam terowongan adalah aliran bebas.

g. Bangunan Bagi, Bangunan Sadap dan Bangunan Bagi Sadap; Bangunan bagi berfungsi

untuk membagi air irigasi dari saluran primer ke beberapa saluran sekunder. Bangunan bagi

dilengkapi dengan alat pengatur muka air berupa pintu atau balok penebat, dan alat ukur

debit.Bangunan sadap merupakan bangunan pengambilan dari saluran primer atau sekunder

ke petak tersier. Bangunan sadap dilengkapi dengan pintu sadap dan alat ukur debit.
Bangunan bagi sadap adalah bangunan bagi yang dilengkapi bangunan sadap untuk masuk ke

petak tersier.

h. Bangunan Pelengkap Lain; Di tempat dimanajaringan irigasi melalui daerah bertopografi

miring cukup tinggi, sehingga kemiringan medannya lebih curam daripada kemiringan dasar

saluran, dibutuhkan bangunan lain untuk menjaga agar kecepatan aliran yang tinggi tidak

merusak saluran, misalnya dengan pemasangan got miring atau bangunan terjun.

• Bangunan terjun; Dengan bangunan terjun, menurunnya muka air (dan tinggi energi)

dipusatkan di satu tempat Bangunan terjun bisa memiliki terjun tegak atau terjun miring. Jika

perbedaan tinggi energi mencapai beberapa meter, maka konstruksi got miring perlu

dipertimbangkan.

• Got miring; Got miring dibuat apabila trase saluran rnelewati ruas medan dengan

kemiringan yang tajam dengan jumlah perbedaan tinggi energi yang besar. Got miring berupa

potongan saluran yang diberi pasangan (lining) dengan aliran cepat, dan umurnnya mengikuti

kemiringan medan alamiah.

i. Bangunan Pengatur Muka Air; Bangunan-bangunan pengatur muka air

mengatur/mengontrol muka air di jaringan irigasi utama sampai batas-batas yang diperlukan

untuk dapat memberikan debit yang konstan kepada bangunan sadap tersier. Bangunan

pengatur mempunyai potongan pengontrol aliran yang dapat distel atau tetap. Untuk

bangunan-bangunan pengatur yang dapat disetel dianjurkan untuk menggunakan pintu

(sorong) radial atau lainnya. Bangunan-bangunan pengatur diperlukan di tempat-tempat di

mana tinggi muka air di saluran dipengaruhi oleh bangunan terjun atau got miring (chute).

Untuk mencegah meninggi atau menurunnya muka air di saluran dipakai mercu tetap atau

celah kontrol trapesium (trapezoidal notch).

j. Bangunan Pelindung; Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari

luar. Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang
berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan operasi

atau akibat masuknya air dan luar saluran. Bangunan pelindung ini bisa berupa bangunan

silang, bangunan pelimpah (spillway), bangunan penggelontor sediment (sediment excluder),

bangunan penguras (wasteway), saluran pembuang samping, dan saluran gendong.

k. Bangunan Pembuang;Mengingat bahwa Indonesia terletak di wilayah tropis basah dengan

ciri banyak hujan pada beberapa bulan maka keberadaan jaringan pembuang di suatu lahan

beririgasi adalah suatu hal yang sangat penting. Tetapi kenyataannya jaringan pembuang di

lahan beririgasi di Indonesia justru sangat diabaikan keberadaannya karena petani belum

sadar akan pentingnya jaringan pembuang di sawah.

Saluran pembuang di sawah sering dilakukan dengan cara pembuangan permukaan, artinya

air berlebih akan langsung mengalir ke dalam saluran terbuka dan sedapat mungkin akan

mengalir secara gravitasi.

Penyunting : Ir. Ali Bosar Harahap. MM

Anda mungkin juga menyukai