Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian
banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut saling berkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan penjabaran tujuan pendidikan yang
menjadi landasan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan
guru untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum.
Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling
banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai
harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan
pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-
muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid
benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya
bila hal ini tidak terjadi. Asesmen juga dapat memungkinkan guru untuk melihat seberapa jauh
kinerja murid untuk melihat seberapa jauh kinerja murid mereka dibandingkan norma nasional
yang ada.
Autentic assessment dianggap mampu untuk lebih mengukur secara keseluruhan hasil
belajar dari siswa karena penilaian ini menilai kemajuan belajar bukan melulu hasil tetapi juga
proses dan dengan berbagai cara. Dengan kata lain sistem penilaian seperti ini dianggap lebih
adil untuk siswa sebagai pembelajar, karena setiap jerih payah yang siswa hasilkan akan lebih
dihargai. Berdasarkan uraian pada latar belakang, penyusun tertarik untuk menyusun makalah
yang berjudul ”Penilaian Autentik (Authentic Assessment)”.

B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah penyusun paparkan, maka rumusan masalah dalam
penyusunan makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan penilaian autentik (Authentic Assessment)?
2. Bagaimana karakteristik dari penilaian autentik (Authentic Assessment)?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic Assessment)?

Page 1
C.     Tujuan
Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, adapun tujuan penyusunan
makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian penilaian autentik (Authentic Assessment).
2. Karakteristik dari penilaian autentik (Authentic Assessment).
3. Langkah-langkah dalam penilaian autentik (Authentic Assessment).
D.    Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan :
1. Dapat meningkatkan wawasan para pembaca mengenai asesmen.
2. Dapat memberikan informasi ilmiah mengenai penilaian autentik (Authentic Assessment).

Page 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Autentik (Authentic Assessment)


1) Pengertian
Pada awalnya istilah tersebut diperkenalkan oleh Wiggins tahun 1990 untuk
menyesuaikan dengan yang biasa dilakukan oleh orang dewasa sebagai reaksi (menentang)
penilaian berbasis sekolah seperti mengisi titik-titik, tes tertulis, pilihan ganda, kuis, dan
jawaban singkat. Jadi dikatakan autentik dalam arti sesungguhnya dan realistis. Apabila kita
melihat di tempat kerja, orang-orang tidak diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa
tidaknya mereka melakukan pekerjaan tersebut. Mereka mempunyai performansi, kinerja
atau unjuk kerja. Dalam bisnis dikatakan performance assessment. Penilaian autentik
merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk menampilkan tugas
pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan keterampilan dan
pengetahuan esensial yang bermakna.
Asesmen autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil
belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah asesmen
merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik
merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual asesmen autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan
dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan asesmen autentik untuk
mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan
dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar
sekolah.
Seperti apakah bentuk penilaian otentik? Biasanya suatu penilaian otentik melibatkan
suatu tugas (task) bagi para siswa untuk menampilkan, dan sebuah kriteria penilaian atau
rubrik (rubrics) yang akan digunakan untuk menilai penampilan berdasarkan tugas tersebut.
2) Jenis-jenis Penilaian Autentik
Beberapa jenis asesmen autentik disajikan berikut ini.
a. Penilaian Kinerja

Page 3
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya
dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan
meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. Dengan menggunakan informasi
ini, guru dapat memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik baik dalam
bentuk laporan naratif maupun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam
hasil penilaian berbasis kinerja:
1) Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-
unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang harus muncul dalam sebuah
peristiwa atau tindakan.
2) Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru
menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh masing-masing peserta didik
selama melakukan tindakan. Dari laporan tersebut, guru dapat menentukan seberapa
baik peserta didik memenuhi standar yang ditetapkan.
3) Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan menggunakan skala
numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5=baik sekali, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang,
1=kurang sekali.
4) Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara
mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, dengan tanpa membuat catatan.
Guru menggunakan informasi dari memorinya untuk menentukan apakah peserta
didik sudah berhasil atau belum. Cara seperti tetap ada manfaatnya, namun tidak
cukup dianjurkan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama,
langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja yang
nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan
kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Keempat,
fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan
diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan
diamati.

Page 4
Penilaian diri (self assessment) termasuk dalam rumpun penilaian kinerja.
Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk
menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri dapat
digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.
1) Penilaian ranah sikap. Misalnya, peserta didik diminta mengungkapkan curahan
perasaannya terhadap suatu objek tertentu berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan.
2) Penilaian ranah keterampilan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya oleh dirinya berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan.
3) Penilaian ranah pengetahuan. Misalnya, peserta didik diminta untuk menilai
penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dari suatu
mata pelajaran tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Teknik penilaian diri bermanfaat memiliki beberapa manfaat positif. Pertama,
menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik. Kedua, peserta didik menyadari kekuatan
dan kelemahan dirinya. Ketiga, mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik
berperilaku jujur. Keempat, menumbuhkan semangat untuk maju secara personal.
b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai
dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan
penyajian data. Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek
pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik memperoleh kesempatan
untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Karena itu, pada setiap
penilaian proyek, setidaknya ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari guru.
1) Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data,
mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan
menulis laporan.

Page 5
2) Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
3) Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk proyek.
Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh guru meliputi penyusunan
rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan. Penilaian proyek dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau
narasi. Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Produk akhir dari sebuah proyek sangat mungkin memerlukan penilaian khusus.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil
akhir secara holistik dan analitik. Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas
kemampuan peserta didik menghasilkan produk, seperti makanan, pakaian, hasil karya
seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas,
kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. Penilaian secara analitik merujuk pada
semua kriteria yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara
holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang
dihasilkan.
c. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian
portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi
secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan
beberapa dimensi.
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam
satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses
pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang
relevan dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu. Fokus penilaian portofolio adalah kumpulan karya peserta didik secara

Page 6
individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama
dilakukan oleh guru, meski dapat juga oleh peserta didik sendiri.
Melalui penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan atau kemajuan
belajar peserta didik. Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau membuat
karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur,
laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau peserta
didik dapat melakukan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini.
1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
2) Guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
3) Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru
menyusun portofolio pembelajaran.
4) Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai,
disertai catatan tanggal pengumpulannya.
5) Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
6) Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen
portofolio yang dihasilkan.
7) Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
d. Penilaian Tertulis
Meski konsepsi asesmen autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis
yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran
tetap lazim dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda,
pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri
dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat,
memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan
sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin
bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik.

Page 7
Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
memperoleh nilai yang sama. Misalnya, peserta didik tertentu melihat fenomena
kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau
kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban
berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar.
Tes tersulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban
terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-response). Hal ini sangat
tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi
kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik pada tingkatan
yang lebih tinggi atau kompleks.

B. Karakteristik dari Penilaian Autentik


1. Tugas Autentik
Tugas otentik merupakan suatu tugas yang meminta siswa melakukan atau
menampilkannya dianggap autentik apabila: (i) siswa diminta untuk mengkonstruk respons
mereka sendiri, bukan sekedar memilih dari yang tersedia; (ii) tugas merupakan tantangan
yang mirip (serupa) yang dihadapkan dalam (dunia) kenyataan sesungguhnya.
Terdapat lima kriteria task untuk penilaian autentik, yaitu: 1) tugas tersebut
bermakna baik bagi siswa maupun bagi guru; 2) tugas disusun bersama atau melibatkan
siswa; 3) tugas tersebut menuntut siswa menemukan dan menganalisis informasi sama
baiknya dengan menarik kesimpulan tentang hal tersebut; 4) tugas tersebut meminta siswa
untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas; 5) tugas tersebut mengharuskan siswa untuk
bekerja atau melakukan.
Ada dua hal yang perlu dipilih dalam menyiapkan tugas dalam penilaian autentik,
yaitu keterampilan (skills) dan kemampuan (abilities). Selanjutnya ada lima dimensi yang
perlu dipertimbangkan pada saat menyiapkan task yang autentik pada pembelajaran sains.
Pertama, length atau lama waktu pengerjaan tugas. Kedua, jumlah tugas terstruktur yang
perlu dilalui siswa. Ketiga, partisipasi individu, kelompok atau kombinasi keduanya.
Keempat, fokus evaluasi: pada produk atau pada proses. Kelima, keragaman cara-cara
komunikatif yang dapat digunakan siswa untuk menunjukkan kinerjanya.

Page 8
2. Tipe tugas Autentik
Tugas-tugas penilaian kinerja dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, yakni:
a. computer adaptive testing (tidak berbentuk tes obyektif), yang menuntut peserta tes
dapat mengekspresikan diri untuk dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang
nyata;
b. tes pilihan ganda diperluas, dengam memberikan alasan terhadap jawaban yang
dipilih;
c. extended response atau open ended question juga dapat digunakan;
d. group performance assessment (tugas-tugas kelompok) atau individual performance
assessment (tugas perorangan);
e. interview berupa pertanyaan lisan dari asesor; observasi partisipatif;
f. portofolio sebagai kumpulan hasil karya siswa;
g. projek, expo atau demonstrasi;
h. constructed response, yang siswa perlu mengkonstruk sendiri jawabannya.
3. Kriteria Penilaian (Rubrics)
Sebagaimana telah diungkapkan bahwa penilaian otentik atau penilaian berbasis
kinerja terdiri dari tasks + rubrics. Selanjutnya akan diuraikan tentang “rubrics”. Rubrics
merupakan alat pemberi skor yang berisi daftar kriteria untuk sebuah pekerjaan atau
tugas.
Secara singkat scoring rubrics terdiri dari beberapa komponen, yaitu: (i) dimensi,
(ii) definisi dan contoh, (iii) skala, dan (iv) standar. Dimensi akan dijadikan dasar menilai
kinerja siswa. Definisi dan contoh merupakan penjelasan mengenai setiap dimensi. Skala
ditetapkan karena akan digunakan untuk menilai dimensi, sedangkan standar ditentukan
untuk setiap kategori kinerja.
Walaupun suatu rubrik atau scoring rubrics sudah disusun sebaik-baiknya, tetapi
harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang sudah disusun itu sempurna atau satu-
satunya kriteria untuk menilai kinerja siswa dalam bidang tertentu. Dari satu tugas bisa
saja disusun lebih dari satu rubrik. Oleh karena itu perlu pula dikembangkan alat untuk
menilai suatu rubrik. Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat digunakan sebagai patokan
untuk menilai suatu rubrik.

Page 9
a. Seberapa jauh rubrik tersebut (jelas) berhubungan langsung dengan kriteria yang
dinilai?
b. Seberapa jauh rubrik tersebut mencakup keseluruhan dimiensi kinerja yang dinilai?
c. Apakah kriteria yang dipilih sudah menggunakan standar yang secara umum
berlaku dalam bidang kinerja yang dinilai?
d. Sejauh mana dimensi & skala yang digunakan terdefinisi dengan baik?
e. Jika menggunakan skala numeric sejauh mana angka-angka yang digunakan itu
memang secara adil telah menggambarkan perbedaan dari setiap kategori kinerja?
f. Seberapa jauh selisih skor yang dihasilkan oleh rater yang berbeda?
g. Apakah rubrik yang digunakan dipahami oleh siswa?
h. Apakah rubrik cukup adil dan bebas dari bias?
i. Apakah rubrik mudah digunakan, cukup praktis dan mudah diadministra-sikannya?
4. Deskriptor dan Level Kinerja
Rubrik di atas melibatkan komponen lain yang umum digunakan dalam penilaian
autentik atau penilaian berbasis kinerja, yaitu deskriptor. Deskriptor mengeksplisitkan
tingkat kinerja siswa pada masing-masing level dari suatu penampilan. Contohnya seperti
rumusan standar minimal dalam perumusan tujuan pembelajaran khusus. Deskriptor
digunakan untuk memperjelas harapan atau aspek yang dinilai. Selain itu descriptor juga
membantu penilai (rater) lebih konsisten dan lebih obyektif. Bagi guru yang melaksanakan
penilaian autentik, deskriptor membantu memperoleh umpan balik yang lebih baik.

C. Langkah-langkah dalam Menciptakan Penilaian Autentik (Authentic Assessment)


1. Langkah 1 Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
Standar merupakan pernyataan yang harus diketahui dan dapat dilakukan siswa,
tetapi ruang lingkupnya lebih sempit dan lebih mudah dicapai daripada tujuan umum.
Biasanya standar merupakan satu pernyataan singkat yang harus diketahui atau mampu
dilakukan siswa pada poin tertentu. Agar operasional, rumusan standar hendaknya dapat
diobservasi dan dapat diukur. Contoh: siswa mampu menjumlah dua digit angka dengan
benar; menjelaskan proses fotosintesis; mengidentifikasi sebab dan akibat perang mikroba;
menggunakan pinhole camera untuk menciptakan “kertas” positif dan “kertas” negatif. Jadi,

Page 10
standar harus ditulis dengan jelas, operasional, tidak ambigu dan tidak rancu, tidak terlalu
luas atau terlalu sempit, mengarahkan pembelajaran dan melakukan penilaian.
2. Langkah 2 Memilih suatu tugas autentik
Dalam memilih tugas autentik, pertama-tama kita perlu mengkaji standar yang kita
buat, dan mengkaji kenyataan (dunia) sesungguhnya. Misalnya daripada meminta siswa
menyelesaikan soal pecahan, lebih baik kita siapkan tugas memecahkan masalah pembagian
martabak untuk suatu keluarga beranak tujuh agar setiap anggota keluarga mempunyai
bagian yang sama.
3. Langkah 3 Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
Kriteria tidak lain adalah indikator-indikator dari kinerja yang baik pada sebuah
tugas. Apabila terdapat sejumlah indikator, sebaiknya diperhatikan apakah indikator-
indikator tersebut sekuensial (memerlukan urutan) atau tidak.
a. Contoh-contoh kriteria
Contoh sejumlah indikator dalam urutan (mengamat dengan mikroskop):
1) Mengatur pencahayaan melalui penggunaan cermin;
2) Menempatkan obyek di atas lubang pada meja mikroskop;
3) Mengatur posisi lensa obyektif (perbesaran rendah) tepat di atas lubang dengan
obyek tersebut dengan jarak kira-kira setengah sentimeter di atasnya;
4) Menempatkan salah satu mata (dengan kedua mata terbuka) pada lensa okuler
sambil memutar pengatur kasar ke belakang;
5) Mengatur penempatan obyek sambil tetap melihat di bawah mikroskop;
6) Memutar revolver yang merupakan tempat melekatnya lensa obyektif sehingga
lensa obyek berukuran lebih tinggi tepat di atas obyek yang sedang diamati;
7) Memutar pengatur halus perlahan-lahan dengan mata tetap mengamati melalui
lensa okuler;
8) Memperlihatkan obyek yang sudah ditemukan (atau menggambar obyek yang
ditemukan).
Contoh sejumlah indikator tidak dalam urutan (dalam matematika):
1) ketepatan kalkulasi;
2) ketepatan pengukuran pada model skala;
3) label-label pada model skala;

Page 11
4) organisasi kalkulus;
5) kerapihan menggambar;
6) kejelasan keterangan/eksplanasi.
b. Karakteristik suatu kriteria yang baik
Kriteria yang baik antara lain adalah sebagai berikut.
1) dinyatakan dengan jelas, singkat;
2) pernyataan tingkah laku, dapat diamati;
3) ditulis dalam bahasa yang dipahami siswa.
c. Jumlah Kriteria untuk sebuah task
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1) batasi jumlah kriteria, hanya pada unsur-unsur yang esensial dari suatu tugas
(antara 3-4, di bawah 10);
2) tidak perlu mengukur setiap detil tugas;
3) kriteria yang lebih sedikit untuk tugas-tugas yang lebih kecil atau sederhana.
Contoh tes singkat atau kuis diberikan berikut ini sebagai latihan
1) Tugas 1: Tuliskan tiga kriteria bagi seorang petugas laboratorium yang baik!
2) Tugas 2: Tuliskan tiga kriteria presentasi lisan yang baik!
4. Langkah 4 Menciptakan standar kriteria atau rubrik (rubrics)
a. Menyiapkan suatu rubrik analitis
Dalam rubrik tidak selalu diperlukan descriptor. Deskriptor merupakan
karakteristik perilaku yang terkait dengan level-level tertentu, seperti observasi
mendalam, prediksinya beralasan, kesimpulannya berdasarkan hasil observasi
b. Menyiapkan suatu rubrik yang holistic
Dalam rubrik holistic, dilakukan pertimbangan seberapa baik seseorang telah
menampilkan tugasnya dengan mempertimbangkan kriteria secara keseluruhan. Sebagai
contoh, dalam presentasi dapat disiapkan rubrik keseluruhan sebagai berikut.

Page 12
Aspek Persentasi Oral Kriteria Penilaian Presentasi Oral
Penguasaan (Mastery)       Selalu melakukan kontak pandang
      Volume selalu sesuai
      Antusiasme hadir selama presentasi
      Rangkuman sangat akurat
Kemahiran (Proficiency) -       Biasanya melakukan kontak pandangan
-       Volume biasanya sesuai
-       Antusiasme muncul pada kebanyakan
presentasi
-       Hanya 1-2 kesalahan dalam rangkuman
Pengembangan      Kadang-kadang melakukan kontak
pandangan
     Volume kadang-kadang memadai
     Sewaktu-waktu antusiasme dalam
presentasi
     Beberapa kesalahan dalam rangkuman
Ketidakakuratan      Tak pernah atau jarang melakukan
kontak pandangan
     Volume tidak memadai
     Jarang tampak antusiasme dalam
presentasi
     Banyak kekeliruan dalam rangkuman

c.       Mencek rubrik yang telah dibuat


Untuk keperluan pengecekan rubrik yang telah dibuat sebaiknya kita meminta
kepada rekan kerja sesama guru untuk merevieuwnya, atau meminta siswa mengenai
kejelasannya. Masukan dari mereka dapat digunakan untuk memperbaiki standar yang
telah kita siapkan. Ada baiknya kita juga memeriksa atau mencek apakah rubrik tersebut
dapat dikelola dengan mudah. Bayangkan penampilan atau kinerja siswa ketika sedang
melakukannya.
BAB III
PENUTUP

Page 13
A. Kesimpulan
Setelah penyusun memaparkan pembahasan pada Bab II, maka penyusun menyimpulkan
bahwa:
1. Penilaian otentik merupakan suatu bentuk penilaian yang para siswanya diminta untuk
menampilkan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mendemonstrasikan penerapan
keterampilan dan pengetahuan esensial yang bermakna.
2. Jenis-jenis penilaian autentik yaitu penilaian kinerja, proyek, portofolio, dan tertulis.
a. Penilaian kinerja yang digunakan untuk menilai partisipasi dan keaktifan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
b. Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan
oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
c. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu
periode tertentu.
d. Penilaian tertulis merupakan bentuk penilaian dengan cara tertulis yang dapat berupa
pilihan ganda, essai, menjodohkan, benar-salah, dan sebagainya.
3. Kriteria dari penilaian autentik yaitu penilaian yang berbasis pada kinerja yang terdiri terdiri
dari tasks + rubrics.
4. Langkah-langkah penilaian autentik terdiri dari:
a. Mengidentifikasi standar Seperti tujuan umum (goal)
b. Memilih suatu tugas otentik
c. Mengidentifikasi Kriteria untuk tugas (tasks)
B.     Saran

Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen pembimbing menerima
dan bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat kesalahan-kesalahan.

DAFTAR REFERENSI

Page 14
1. Dantes, Nyoman. 2008. Hakikat Asesmen Otentik Sebagai Penilaian Proses Dan Produk
Dalam Pembelajaran Yang Berbasis Kompetensi. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha
2. Ibrahim, Muslimin. 2005. Asesmen Berkelanjutan: Konsep dasar, Tahapan Pengembangan
dan Contoh. Surabaya: UNESA University Press Anggota IKAPI
3. Muijs, Daniel & David Reynolds. 2008. Effective Teaching Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
4. Sudarwan, Prof., (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran, Makalah
pada Workshop Kurikulum. Jakarta. http://www.the-scientist.com/?
articles.view/articleNo/24488/title/The-Scientific-Approach/: diakses 12 September 2014.
5. Zainul, A. 2001. Alternative Assessment Applied Approach Mengajar di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.

Page 15
PENILAIAN AUTENTIK
NAMA-NAMA KELOMPOK 3 :
VALENCIA KARWUR ( 18105077 )
YUNIZA KALALO (18105303 )
RITSYE LOMBONGBITUNG ( 18105239 )
LAURA BATJO (18105141 )
GIOVANNI MAMENGKO (18 105 130)
ALEXANDRO RUNTULALO ( 18105295 )

Page 16

Anda mungkin juga menyukai