Anda di halaman 1dari 4

Perspektif Postmodern

Thomas (1993) menyatakan bahwa postmodernis memfokuskan kritik mereka terhadap


perubahan cara berpikir daripada menyerukan tindakan berdasarkan perubahan-perubahan yang
ada. Selain itu, kelahiran postmodernisme ditempatkan di tahun 1960an ketika modernism tidak
lagi produktif. Postmodernisme tidak mewujudkan dirinya sendiri hanya terbatas pada filsafat
seperti ontologi, epistemologi, dan aksiologi atau teoretis melainkan postmodernisme adalah
sebuah konsep yang jauh lebih komprehensif yang melingkupi seni, asitektur, dan kritik.

Pragmatisme

Pragmatisme tidak terikat pada suatu sistem filsafat. Sehingga, peneliti yang menggunakan
konsep pragmatisme ini memiliki kebebasan utnuk memilih metode. Tekhnik dan prosedur
penelitian yang paling memenuhi kebutuhan dan tujuan dari penelitian itu sendiri. Peneliti
pragmatis akan melakukan banyak pendekatan untuk mengumpulkan dan menganalisis data serta
fokus pada implikasi praktis dari penelitian.

Teori Feminisme

Feminisme mengacu pada orientasi teoritis dan pragmatis yang berbeda, serta perkembangan
dinamis yang berbeda. Pendekatan penelitian feminis berpusat pada situasi yang bermaslaahn
dan institusi yang membingkai situasi tersebut. Topik penelitian dapat mencakup pemikiran
pascakolonial yang terkait dengan bentuk feminism tergantung pada konteks nasionalisme,
globalisasi dan konteks internasional yang beragam. Penelitian feminis juga menganut banyak
prinsip kritik postmodern dan poststrukturalis sebagai tantangan terhadap ketidakadilan
masyarakat saat ini. Dalam pendekatan penelitian feminis, tujuannya adalah untuk membangun
hubungan kolaboratif dan non-eksploitatif, untuk menempatkan peneliti dalam penelitian untuk
menghindari obyektifikasi, dan untuk melakukan penelitian yang transformatif.

Critical Theory and Critical Race Theory

Perspektif teori kritis berkaitan dengan pemberdayaan manusia untuk mengatasi kendala yang
ditempatkan pada mereka oleh ras, kelas, dan jenis kelamin. Para peneliti perlu terlibat dalam
dialog dan menggunakan teori untuk menafsirkan atau menerangi tindakan sosial. Tema sentral
yang dapat dieksplorasi oleh peneliti kritis meliputi studi ilmiah tentang lembaga sosial dan
transformasi mereka melalui menafsirkan makna kehidupan sosial; masalah historis dominasi,
alienasi, dan perjuangan sosial; dan kritik terhadap masyarakat dan membayangkan
kemungkinan baru. Dalam suatu penelitian, teori kritis dapat didefinisikan oleh konfigurasi
postur metodologis tertentu yang dianutnya. Peneliti kritis dapat merancang, misalnya, studi
etnografi untuk memasukkan perubahan dalam cara orang berpikir; mendorong orang untuk
berinteraksi, membentuk jaringan, menjadi aktivis, dan membentuk kelompok yang berorientasi
pada tindakan; dan membantu individu memeriksa kondisi keberadaan mereka. Tujuan akhir dari
penelitian ini mungkin menjadi teori sosial, yang didefinisikan oleh Morrow dan Brown (1994)
sebagai "keinginan untuk memahami dan, dalam beberapa kasus, mentransformasikan (melalui
praksis) tatanan kehidupan sosial yang mendasar atau hubungan sosial dan sistemik yang
membentuk masyarakat"

Teori ras kritis (Critical race theory) memfokuskan perhatian teoritis pada mempelajari dan
mengubah hubungan antara ras, rasisme, dan kekuasaan. Menurut Parker dan Lynn (2002), teori
ras kritis memiliki tiga tujuan utama. Tujuan pertamanya adalah menyajikan cerita tentang
diskriminasi dari sudut pandang orang kulit berwarna. Ini mungkin studi kasus kualitatif dari
deskripsi dan wawancara. Kasus-kasus ini kemudian dapat disatukan untuk membangun kasus-
kasus melawan pejabat yang bias ras atau praktik-praktik diskriminatif. Sebagai tujuan kedua,
teori ras kritis berpendapat untuk pemberantasan penaklukan rasial sekaligus mengakui bahwa
ras adalah konstruksi sosial (Parker & Lynn, 2002). Dalam pandangan ini, ras bukanlah istilah
yang pasti, tetapi sesuatu yang cair dan terus-menerus dibentuk oleh tekanan politik dan
diinformasikan oleh pengalaman individu yang hidup. Akhirnya, tujuan ketiga teori ras kritis
membahas bidang perbedaan lain, seperti jenis kelamin, kelas, dan ketidaksetaraan yang dialami
oleh individu. Dalam suatu penelitian, penggunaan teori ras kritis metodologi berarti bahwa
peneliti melatarbelakangi ras dan rasisme dalam semua aspek proses penelitian; menantang
paradigma penelitian tradisional, teks, dan teori yang digunakan untuk menjelaskan pengalaman
orang kulit berwarna; dan menawarkan solusi transformatif untuk subordinasi ras, gender, dan
kelas dalam struktur sosial dan kelembagaan.

Queer Theory & Disability Theories

Queer theory dicirikan oleh berbagai metode dan strategi yang berkaitan dengan identitas
individu. Ketika suatu literature terus berevolusi, maka akan muncul eksplorasi terkait berbagai
erumitan konstruk, identitas, dan bagaimana identitas mereproduksi dan "perform" di forum
sosial. Penulis juga menggunakan orientasi postmodern atau poststruktural untuk mengkritik dan
mendekonstruksi teori-teori dominan yang berkaitan dengan identitas. Meskipun queer theory
merupakan metodologi dan lebih merupakan fokus penyelidikan, queer theory sering
menemukan ekspresi dalam membaca ulang teks budaya (seperti film atau sastra); etnografi dan
studi kasus dunia seksual yang menantang asumsi; sumber data yang berisi banyak teks;
dokumenter yang mencakup pertunjukan; dan proyek-proyek yang berfokus pada individu.

Para peneliti menggunakan fokus lensa interpretasi kecacatan (disability) pada kecacatan sebagai
dimensi perbedaan manusia dan bukan sebagai cacat. Sebagai perbedaan manusia, maknanya
berasal dari konstruksi sosial (yaitu, respons masyarakat terhadap individu), dan itu hanyalah
satu dimensi perbedaan manusia.

Praktek Menggunakan Kerangka Kerja Interpretif dalam Penelitian kualitatif

Praktek menggunakan kerangka kerja interpretif dalam studi kualitatif adalah bervariasi dan
tergantung pada kerangka kerja yang digunakan dan pendekatan peneliti tertentu. Setiap uraian
kerangka kerja interpretatif menyoroti pengaruh, tujuan, dan praktik unik peneliti. Beberapa
elemen umum bagaimana kerangka interpretatif akan dipraktikkan dapat diidentifikasi:

 Penelitian berfokus pada memahami masalah atau topik tertentu. Masalah-masalah dan
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dieksplorasi bertujuan untuk memungkinkan
peneliti pemahaman tentang isu-isu atau topik-topik spesifik.
 Prosedur penelitian sensitif terhadap peserta dan konteks. Prosedur penelitian, seperti
pengumpulan data, analisis data, dan standar evaluasi serta etika harus menekankan sikap
interpretatif. Hal ini terkait bagaimana peneliti bersikap terhadap narasumber serta timbal
balik yang diberikan atas informasi yang diberikan oleh narasumber.
 Peneliti adalah “respectful co-constructors of knowledge”.
 Penelitian dilaporkan dalam berbagai format dan panggilan untuk perubahan masyarakat.
Penelitian dapat disajikan dengan cara tradisional, seperti artikel jurnal, atau dalam
pendekatan eksperimental, seperti teater atau puisi. Menggunakan lensa interpretatif juga
dapat mengarah pada seruan untuk tindakan dan transformasi.
BAB. 3 Merancang Penelitian Kualitatif (Designing a Qualitative Study)

Penelitian kualitatif dimulai dengan asumsi dan penggunaan kerangka kerja interpretif atau
teoritis yang menginformasikan studi penelitian. Dimana masalah yang diatasi memiliki makna
individu atau kelompok yang menganggap masalah sosial atau manusia. Untuk mempelajari
suatu masalah, peneliti kualitatif menggunakan pendekatan kualitatif yang muncul untuk
penyelidikan, pengumpulan data dalam pengaturan alami yang peka terhadap orang-orang dan
tempat-tempat yang diteliti, dan analisis data yang bersifat induktif dan deduktif serta
menetapkan pola atau tema. Proses penelitian digambarkan sebagai aliran dari asumsi filosofis
ke lensa interpretatif, dan kemudian ke prosedur yang terlibat dalam mempelajari masalah sosial
atau manusia. Kemudian, ada kerangka kerja untuk prosedur-pendekatan untuk penyelidikan,
seperti grounded theory, atau penelitian studi kasus, atau lainnya.

Peneliti kualitatif akan mengumpulkan data mereka sendiri melalui pemeriksaan dokumen,
mengamati perilaku dan wawancara peserta. Peneliti kualitatif cenderung tidak menggunakan
atau mengandalkan kuisioner, namun lebih kepada perancangan instrument dengan pertanyaan
terbuka. Selain itu, peneliti akan berusaha mengumpulkan data dan infromasi sebanyak mungkin
dengan berbagai metode daripada hanya mengandalkan satu sumber data saja. Oleh karenanya,
peneliti kualitatif dapat dikatakan membentuk suatu pola “bottom-up” dengan mengatur data
secara induktif ke dalam unit informasi yang semakin abstrak. Para peneliti juga menggunakan
pemikiran deduktif karena mereka membangun tema yang terus-menerus diperiksa terhadap
data. Proses logika induktif-deduktif berarti bahwa peneliti kualitatif menggunakan keterampilan
penalaran yang kompleks selama proses penelitian.

Anda mungkin juga menyukai