Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GADAR & KRITIS

“SELULITIS ORBITA”

DISUSUN OLEH :

BERLAU ANDAYU

21219010

PEMBIMBING AKADEMIK :

Efroliza, S.Kep.,Ns,.M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN 2020
A. Konsep Teori

1. Definisi Selulitis orbita


Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jaringan intraorbita
di belakang septum orbita (Androudi, Sofia, 2016)
Selulitis orbita adalah radang jaringan mata di belakang septum
orbital . Ini paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi akut ke rongga
mata baik dari sinus yang berdekatan atau melalui darah (Savithri, 2015)
Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang jaringan
ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh beberapa jenis bakteri
normal yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan infeksi ini biasa berasal dari
infeksi dari wajah secara lokal seperti trauma kelopak mata, gigitan hewan atau
serangga (Murphy, 2014)

2. Etiologi
Menurut (sofia, 2016) etiologi selulitis orbita adalah peradangan, terutama
peradangan sinus etmoidalis. Bakteri penyebab yang paling sering pada selulitis
orbita adalah Streptococus pneumonia, Haemophilus influenza, Pneumococcus
dan Staphylococcus. Jamur penyebab selulitis orbita yang paling sering
mucormycosis dan aspergilus.

3. Manifestasi klinis
Menurut (Kanski, 2015) :
a. Demam, biasanya sampai 38,9° Celsius atau lebih
b. Kelopak mata atas dan bawah membengkak dan nyeri
c. Kelopak mata tampak mengkilat dan berwarna merah atau ungu
d. Bayi atau anak tampak sakit
e. Jika mata digerakkan, akan timbul nyeri
f. Penglihatan menurun (karena kelopak mata membengkak menutupi mata)
g. Mata menonjol
h. Merasa tidak enak badan
i. Gerakan mata menjadi terbatas
4. Komplikasi
Menurut (Garcia, 2015) komplikasi selulitis orbita adalah :
a. abses orbita
b. abses subperiosteal
c. trombosis sinus kavernosus
d. gangguan pendengaran
e. septikemia
f. meningitis
g. kerusakan saraf optic dan gangguan penglihatan

5. Implementasi
Implementasi menurut (Jones, 2015) adalah :
1. Medis
a. Pasien menjalani rawat inap dan mendapat terapi antibiotika sistemik
ceftriaxone 2 gram 2 kali sehari intravena, metronidazol 3 kali 500 mg per
infus dan analgesik injeksi tramadol 2 kali 100 mg intravena.
b. Setelah 3 hari dan pembengkakan berkurang dilakukan insisi abses periorbita
dan dilakukan drainase. Nanah yang keluar dilakukan pemeriksaan kultur.
c. Pasien juga bisa dikonsulkan ke bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan (Otolaringologi) untuk pemeriksaan sinusitis dan bagian Gigi
dan Mulut untuk pemeriksaan infeksi gigi yang kemungkinan merupakan
sumber infeksi utama.
d. Selulitis orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi- komplikasi
berbahaya membutuhkan tindakan bedah segera.
2. Keperawatan
a. Untuk mengurangi edema dan nyeri, direkomendasikan untuk
mengistirahatkan lokasi yang mengalami keluhan.
b. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan pemberian
antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien usia lanjut, dan
pasien dengan imunokompromis.
c. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi, perlu
dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara bedah.
Apabila pasien sudah dilakukan pembedahan pertahankan teknik aseptik agar
tidak terjadi infeksi.
d. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi mengenai
perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi teratur,
minimal 2 kali sehari, jika terdapat luka hindari kontaminasi dengan kotoran
dan anjurkan untuk tidak mengucek mata dengan tangan kotor. Upayakan
selalu menjaga kebersihan tangan.

6. Patofisiologi.
Patofisiologi menurut (Kwitko GM, 2015,) yaitu :
Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada
permukaan kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit
pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang
kencing manis yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal
pada kulit dan system vena dan limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah.
Pada pemeriksaan ditemukan kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan,
demam dan bakterimia. Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering
disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain atau staphilokokus
aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial
yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi
abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh
campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang
tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan berindurasi dan dapat mengalami
super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin merupakan hasil perubahan
peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah
Pathway
Bakteri pathogen
Streptokokus piogenes, grup A, stapilokokus aureus

Menyerang kulit dan jaringan subkutan

Meluas kearah yang lebih dalam

Menyebar secara
sistemik

Terjadi peradangan akut

Eritema local Oedem,


Kurangnya terpajan
pada kulit kemerahan
informasi tentang
penatalaksanaan
penyakit
Lesi Kerusakan Nyeri tekan
integritas
kulit
Kurangnya
Kerusakan Gangguan pengetahuan
kulit rasa nyaman
nyeri

Trauma
jaringan lunak

Resiko tinggi
infeksi
Sumber : (Kwitko GM, 2015)
2. Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
 Identitas
Berisikan nama,tempat tangal lahir,jenis kelamin,umur,alamat,suku
bangsa, dan penyakit ini dapat menyerang segala usia namun lebih sering
menyerang usia lanjut.
 Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien biasanya mengeluh nyeri pada luka, terkadang disertai demam,
menggigil dan malaise
b. Riwayat penyakit dahulu
Ditanyakan penyebab luka pada pasien dan pernahkah sebelumnya
mengidap penyakit seperti ini, adakah alergi yang dimiliki dan riwat
pemakaian obat.
c. Riwayat penyakit sekarang
Terdapat luka pada bagian tubuh tertentu dengan karakteristik
berwarna merah, terasa lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit
menegang dan mengilap
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap penyakit
selulitis atau penyekit kulit lainnya
 Keadaan emosi psikologi : Pasien tampak tenang,dan emosional stabil
 Keadaan social ekonomi : Biasanya menyerang pada social ekonomi yang
sederhana
 Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah
TD                   : Hipotensi/Hipertensi
Nadi                : Bradikardi
Suhu               : Hipertermi
RR                  : Normal/Meningkat
a. Kepala     : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
b. Mata        : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+), kondisi luka,
Pada pemeriksaan visus persepsi cahaya negatif/ positif, mata tampak
proptosis, area periorbita hiperemi dan edema, konjungtiva hiperemi dan
kemosis, kornea tampak keruh dan tampak hipopion memenuhi bilik mata
depan. Pergerakan bola mata terhambat ke semua arah. Pipi kanan edema
dan nyeri tekan. Pasien juga mengeluh adanya luka di atas kelopak mata
kanan yang mengeluarkan nanah dan darah.
c. Hidung    : Tidak ada pernafasan cuping
d. Mulut       : Kebersihan, tidak pucat
e. Telinga     : Tidak ada serumen
f. Leher       : Tidak ada pembesaran kelenjar
g. Jantung    : Denyut jantung meningkat
h. Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
i. Integumen  :
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah
yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak, dan
tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange). Pada kulit
yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau
lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi
jaringan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor
sirkulasi dan edema.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
menyebabkan penatalaksanaan perawatan dirumah
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnose perawatan Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


1 Gangguan rasa nyaman nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Kaji intensitas nyeri 1. Mengetahui berat nyeri yang
berhubungan dengan selama x24 jam diharapkan nyeri menggunakan dialami pasien
inflamasi jaringan berkurang atau hilang dengan : skala/peringkat nyeri 2. Pemahaman pasien tentang
Kriteria hasil : 2. Jelaskan pada pasien penyebab nyeri yang terjadi
a. pasien menampakkan ketenangan
tentang sebab-sebb akan mengurangi ketegangan
b. ekspresi muka rileks
timbulnya nyeri pasien
c. ketidaknyamanan dalam batas yang
dapat ditoleransi 3. Berikan analgesik jika 3. Obat-obatan analgesic dapat
diperlukan, kaji membantu mengurangi nyeri
efektifan pasien
4. Ubah posisi sesering 4. Posisi yang nyaman akan
mungkin, pertahankan membantu memberikan
garis tubuh untuk kesempatan pada otot untuk
mencegah penekanan relaksasi seoptimal mungkin
dan kelelahan 5. Tekhnik relaksasi dan distraksi
5. Bantu dan ajarkan bias mengurangi rasa nyeri
penanganan terhadap yang dirasakan pasien
nyeri, penggunaan
imajinasi, rileksasi
dan distreksi
2 Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keparawatan 1. Kaji kerusakan, 1. pengkajian yang tepat
berhubungan dengan selama x24 jam diharapkan menunjukkan ukuran, kedalaman terhadap luka dan proses
perubahan turgor regenerasi jaringan dengan : warna cairan penyembuhan akan
Kriteria hasil : 2. Pertahankan membantu dalam
a. Lesi mulai pulih dan area bebas dari
istirahat di tempat menentukan tindakan
infeksi lanjut.
tidur dengan selanjutnya.
b.   kulit bersih,
c.  kering dan area sekitar bebas dari peningkatan 2. sirkulasi yang lancar bisa
edema, ekstremitas dan mempercepat proses
d. suhu normal. mobilitasasi penyembuhan luka
3. Pertahankan teknik 3. dapat mempercepat proses
aseptic penyembuhan luka.
4. Gunakan kompres 4. kompres dan balutan bisa
dan balutan mengurangi kontaminasi dari
5. Pantau suhu luar.
laporan, laoran 5. indikasi dini terhadap
dokter jika ada komlikasi infeksi.
peningkatan
3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keparawatan 1. Demonstrasikan 1. Agar keluarga dapat
berhubungan dengan selama x24 jam  diharapkan pasien perawatan luka dan melakukan perawatan
kurangnya informasi mengerti tentang perawatan dirumah. balutan, ubah prosedur, secara aseptic dirumah
Mengenai : penatalaksanaan Kriteria hasil : tekankan pentingnya sehingga luka bias
a. melaksanakan perawatan luka dengan
perawatan di rumah antiseptic sembuh
benar menggunakan: tindakan
2. Dorong melakukan 2. Peningkatan perilaku
kewaspadaan aseptic yang tepat.
b. Mengekspresikan pemahaman aktivitas untuk yang adiktif pada pasien
perkembangan yang diharapkan tanpa mentoleransi 3. Deteksi dini terhadap
infeksi dan jadwal obat. penggunaan alat kegawatan dan
penyokong penanganan yang sesuai
3. Jelaskan tanda-tanda 4. Nutrisi yang adekuat
dan gejala untuk mempercepat
dilaporkan ke dokter penyembuhan luka
4. Tekankan pentingnya
diet nutrisi
4 Resiko tinggi Infeksi Setelah dilakukan tindakan keparawatan 1. Kali perilaku sehari- 1. berbagai tindakan mungkin
berhubungan dengan selama x24 jam  diharapkan tidak tejadi hari yang tidak disadari oleh klien
ketidakadekuatan infeksi memungkinkan sebagai hal yang dapat
pertahanan primer, Kriteria hasil : timbulnya infeksi menyebabkan infeksi, seperti
a. Klien memperlihatkan perilaku
kerusakan perlindungan kulit penjagaan daerah luka. mata. menggosok atau memegang
b. Tidak terdapat tanda infeksi selama fase 2. Terangkan berbagai mata.
perawatan. perilaku yang dapat 2. perilaku yang dapat
menyebabkan menyebabkan infeksi dapat
infeksi. diidentifikasi dari perilaku
3. Ajarkan perilaku klien yang telah klien
yang baik untuk lakukan atau belum
mengurangi resiko dilakukan oleh klien.
infeksi. 3. menigkatkan pemahaman
4. Ajarkan berbagai klien akan pentingnya
tanda infeksi. perilaku mencegah infeksi
5. Anjurkan klien untuk 4. Meningkatkan pengetahuan
melaporkan sesegera klien tentang tanda infeksi
mungkin apabila mata yang mungkin dapat
mengenali tanda terjadi sebagai akibat
infeksi. komplikasi dari penyakit
sekarang
5. menigkatkan rasa percaya
dan kerjasama perawat-klien
DAFTAR PUSTAKA

1. Kwitko GM. Preseptal cellulitis.


http://emedicine.medscape.com/article/121 8009-overview.
2012. Diakses: Maret 2015
2. Sullivan JA,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP,
editor. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku
kedokteran EGC. 2016
3. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic
approach. 7th ed. Elsevier, 2015
4. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age
international, 2014
5. Nageswaran, Savithri.(2016). "Selulitis Orbital ".Jurnal Penyakit
Menular Anak  . Jakarta: inerna publishing
6. Howe, L .; Jones, NS (2015-12-01)."Pedoman untuk manajemen
selulitis / abses periorbital". Otolaringologi Klinis dan Ilmu
Pengetahuan Sekutu .
7. Murphy, C; Livingstone, saya; Kaki, b;Murgatroyd, H; MacEwen,
CJ (2014-06-17)."Selulitis orbital di Skotlandia: kejadian saat ini,
etiologi, manajemen dan hasil: Tabel 1". British Journal of
Ophthalmology .
8. Garcia, G (2015-08-01). "Kriteria untuk manajemen nonsurgical
abses subperiosteal dari orbit. Analisis hasil 1988-
1998". Oftalmologi.
9. Androudi, Sofia (2018). "Selulitis orbital". Survei Oftalmologi.
Brazitikos, Periklis;

Anda mungkin juga menyukai