Anda di halaman 1dari 4

Heart Failure

Heart Failure (gagal jantung) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh ketidak mampuan
jantung dalam memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.

Gagal jantung dapat terjadi akibat gangguan apapun yang mengurangi pengisian ventrikel (disfungsi
diastolik) dan/atau perubahan kontarktilitas miokard (disfungsi sistolik).

Skripsi Ventaria – Univ Sanata Dharma

Penyebab Heart Failure dapat diklasifikasikan dalam 6 kategori utama, yaitu :

a. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh hilangnya
miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi (left bundle branch block), dan
berkurangnya kontraktilitas (kardiomiopati)

b. Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi)

c. Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup

d. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi)

e. Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikardium atau efusi perikardium (tamponade)

f. Kelainan kongenital jantung

MANIFESTASI KLINIS

Gejala utama yang timbul adalah sesak nafas (terutama ketika bekerja) dan kelelahan yang dapat
menyebabkan intoleransi terhadap aktivitas fisik. Gejala pulmonari lain termasuk diantaranya orthopnea,
dyspnea, dan batuk

DIAGNOSIS

1. pemeriksaan fisik

2. penunjang seperti Elektrokardiogram (EKG) dan Radiologi

TERAPI FARMAKOLOGI
1. ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME INHIBITORS (ACEIs)

Mekanisme kerja :

Penghambatan secara kompetitif aktivitas ACE/kinase II sehingga mencegah terbentuknya angiotensin II


dari angiotensin I.

Penghambatan aktivitas ACE (kinase II) menyebabkan akumulasi kinin termasuk bradikinin yang
mengakibatkan aktivitas vasodilatasi

Efek samping :

Batuk kering, angiodema, hiperkalemia, hipotensi

KI :Penderita stenosis arteri ginjal bilateral

2. ANGIOTENSIN II RESEPTOR BLOKERS (ARBs)

Mekanisme kerja :

Memblok reseptor angotensin II sehingga angiotensin II tidak terbentuk dan terjadi vasodilatasi dan
penurunan volume retensi

Perbedaan dengan obat ACE Inhibitaror yaitu ARBs tidak menghasilkan akumulasi bradikinin sehingga
mengurangi efek samping batuk dan angiodema

Efek samping : Hipotensi, hiperkalemia, dan lebih kecil risiko efek samping batuk

KI : Ibu hamil dan stenosis arteri ginjal bilateral


3. ANTAGONIS ALDOSTERON
Mekanisme Kerja : Memblokir reseptor mineralokortikoid, yaitu situs target untuk aldosteron. Di ginjal,
antagonis aldosteron menghambat reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium.

Efek Samping : Gangguan saluran cerna; impotensi, mual, muntah, dehidrasi, menstruasi tidak teratur,
letargi, sakit kepala, bingung.

KI : Hiperkalemia, penggunaan bersamaan dengan diuretika hemat kalium, atau suplemen kalium;
hipersensitif terhadap komponen obat, gangguan fungsi ginjal (bersihan kreatinin di bawah 50 mL/menit),
gangguan fungsi hati, pasien dengan kadar kalium serum awal di atas di atas 5,0 mmol/L.

4. BETA BLOKERS
Mekanisme kerja : Menghambat efek kerugian dari aktivasi simpatik memperlambat atau membalikkan
remodeling ventrikel dengan cara memblokir.

Efek Samping : pusing, mual dan diare, penglihatan kabur, kelelahan, denyut jantung melambat, serta
tangan dan kaki menjadi dingin.

KI: Ibu hamil atau sedang merencanakan kehamilan.

5. DIGOXIN
Mekanisme Kerja :

Dengan cara menghalangi pertukaraan NA dan K pada sehingga terhambat. Dan menyebabkan
berkurangnya ketegangan pada jantung, melemahkan simpatis berlebihan aktivasi sistem saraf pada
pasien gagal jantung, dapt mengurangi aliran simpatis sentral dan memperbaiki gangguan fungsi
baroreseptor. Ini juga meningkatkan aktivitas parasimpatis pada pasien gagal jantung dan menurun detak
jantung, sehingga meningkatkan pengisian diastolic.

Efek Samping : Muntah,mual,nyeri lambung, penglihatan berwarna kuning, lelah, bingung.

KI : Blok jantung komplit yang intermiten; blok AV derajat II; aritmia supraventrikular karena sindrom
Wolf-Parkinson-White; takikardi atau fibrilasi ventrikular; kardiomiopati obstruktif hipertrofik.

6. DIURETIKA
Mekanisme Kerja :

Mekanisme kompensasi dalam HF merangsang natrium dan air yang berlebihan retensi, sering
menyebabkan kemacetan sistemik dan paru. Akibatnya, terapi diuretik (selain restriksi natrium)
direkomendasikan pada semua pasien dengan bukti klinis retensi cairan. Namun, karena mereka tidak
mengubah perkembangan penyakit atau memperpanjang kelangsungan hidup, mereka tidak dianggap
terapi wajib untuk pasien tanpa retensi cairan.

7. VASODILATOR
Mekanisme Kerja :

• Hidralazin isosorbid dinitrat : dapat mengurangi mortalitas pada pasien akibat difusi sitolik yang
tidak dapat mentoleransi penghambar ace dan angiostensin II

• Na nitroprusid : Bekerja pada arteri ataupun vena sehingga dapat menurunkan preload jantung
dan after load

• Nitrogliserin : hanya bekerja pada vena sehingga hanya dapat menurunkan preload jantung.

Efek Samping : Detak jantung abnormal, hilang rasa disekitar kaki dan tangan, nafsu makan berkurang,
diare dan mual.

KI : Ibu hamil

TERAPI NON FARMAKOLOGI

A. Diet
B. Berhenti Merokok
C. Aktivitas Fisik
D. Istirahat yang cukup

Anda mungkin juga menyukai