Anda di halaman 1dari 11

BAB III

KONSEP TEORI

3.1  Definisi

Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,
meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada
ekstrimitas bawah (Tucker, 1998 : 633).

Selulitis adalah inflamasi supuratif yang juga melibatkan sebagian jaringan subkutan
(mansjoer, 2000; 82).

Selulitis adalah infeksi bakteri yang menyebar kedalam bidang jaringan (Brunner dan
Suddarth, 2000 : 496).

Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang disebabkan oleh bakteri stapilokokus
aureus, streptokokus grup Adan streptokokus piogenes.

3.2  Klasifikasi

Menurut Berini, et al (1999) selulitis dapat digolongkan menjadi :

3.2.1        Selulitis Sirkumskripta Serous Akut

Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat lunak dan
spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang terlibat.

3.2.2        Selulitis Sirkumskripta Supurartif Akut


Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan spasia
yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan tubuh bertendensi
membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal tubuh dalam mengontrol
infeksi.

3.2.1.1  Selulitis Difus Akut

Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:

3.2.1.1.1        Ludwig’s Angina

3.2.1.1.2        Selulitis yang berasal dari inframylohyoid

3.2.1.1.3        Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal

3.2.1.1.4        Selulitis Fasialis Difus

3.2.1.1.5        Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya

3.2.1.2      Selulitis Kronis

Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya
virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan selulitis
sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa drainase.

3.2.1.3   Selulitis Difus yang Sering Dijumpai

Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone /


Angina Ludwig’s . Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia
sublingual, submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia
pharingeal (Berini, Bresco & Gray, 1999 ; Topazian, 2002).

Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu
sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.
              3.3     Etiologi

Etiologinya berasal dari bakteri Streptococcus sp. Mikroorganisme lainnya negatif


anaerob seperti Prevotella, Porphyromona dan Fusobacterium (Berini, et al, 1999). Infeksi
odontogenik pada umumnya merupakan infeksi campuran dari berbagai macam bakteri,
baik bakteri aerob maupun anaerob mempunyai fungsi yang sinergis (Peterson,2003).

Infeksi Primer selulitis dapat berupa perluasan infeksi/abses periapikal, osteomyielitis


dan perikoronitis yang dihubungkan dengan erupsi gigi molar tiga rahang bawah, ekstraksi
gigi yang mengalami infeksi periapikal/perikoronal, penyuntikan dengan menggunakan jarum
yang tidak steril, infeksi kelenjar ludah (Sialodenitis), fraktur compound maksila / mandibula,
laserasi mukosa lunak mulut serta infeksi sekunder dari oral malignancy.

Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher ( 1999;634 ) adalah bakteri streptokokus


grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

3.4       Manifestasi Klinik

Menurut Mansjoer (2000:82) manifestasi klinis selulitis adalah Kerusakan kronik


pada kulit sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa infiltrat
difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan infitratif ke jaringan
dibawahnya, Bengkak, merah dan hangat nyeri tekan, Supurasi dan lekositosis.

3.5       Patofisiologi

Patofisiologi menurut Isselbacher (1999; 634) yaitu :

Bakteri patogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi pada permukaan
kulit atau menimbulkan peradangan, penyakit infeksi sering berjangkit pada orang gemuk,
rendah gizi, kejemuan atau orang tua pikun dan pada orang kencing manis yang
pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena
dan limfatik pada kedua ektrimitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan ditemukan
kemerahan yang karakteristik hangat, nyeri tekan, demam dan bakterimia. Selulitis yang
tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A, sterptokokus lain
atau staphilokokus aureus, kecuali jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi
microbial yang pasti sulit ditentukan, untuk absses lokalisata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun etiologi abses ini
biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan oleh campuran bakteri aerob
dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan
adanya organisme campuran. Ulkus kulit yang tidak nyeri sering terjadi. Lesi ini dangkal dan
berindurasi dan dapat mengalami super infeksi. Etiologinya tidak jelas, tetapi mungkin
merupakan hasil perubahan peradangan benda asing, nekrosis, dan infeksi derajat rendah

Patway

Pemeriksaan Laboratorium

3.7.1    Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah

putih, eosinofil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).

3.7.2    Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi


diperlukan,

menunjukkan adanya organisme campuran (Issebacher 1999:634)

3.7.3    Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).

3.8       Penatalaksananan
Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan terbentuk abses.
Pemberian antibiotik intravena seperti oksasilin atau nafsilin, obat oral dapat atau tidak
digunakan, infeksi ringan dapat diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit,
analgesik, antipretik. Posisi dan imobilisasi ekstrimitas, Bergantian kompres lembab hangat (
Long, 1996 : 670).

3.9       Therapi

Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya, yaitu :

a. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin).


b. Jika infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan).
c. Biasanya sebelum diberikan sediaan per-oral, terlebih dahulu diberikan suntikan
antibiotik jika:
·         penderita berusia lanjut

·         selulitis menyebar dengan segera ke bagian tubuh lainnya

·         demam tinggi.

Jika selulitis menyerang tungkai, sebaiknya tungkai dibiarkan dalam posisi terangkat
dan dikompres dingin untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan.

Terapi rawat jalan dengan injeksi ceftriakson (rocephin) memberi perlindungan 24


jam dan dpt menjadi pilihan bagi beberapa pasien selulitis.

3.10     Faktor Resiko Terjadinya Selulitis

1)      Gigitan dan sengatan serangga, gigitan hewan, gigitan manusia.

2)      Luka di kulit

3)      Riwayat penyakit pembuluh darah perifer, diabetes

4)      Baru menjalani prosedur jantung, paru-paru atau gigi

5)      Pemakaian obat imunosupresan atau kortikosteroid


BAB IV

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

  Konsep Pengkajian

4.1.1    Biodata

Berisikan nama,tempat tangal lahir,jenis kelamin,umur,alamat,suku bangsa, dan


penyakit ini dapat menyerang segala usia namun lebih sering menyerang usia lanjut.

4.1.2    Keluhan utama

Pasien merasakan demam,malaise,nyeri sendi dan menggigil.

4.1.3    Riwayat penyakit sekarang

Pasien merasakan badanya demam,malaise,disertai dengan nyeri sendi dan


menggigil dan terjadi pada area yang robek pada kulit biasanya terjadi pada ekstrimitas
bawah

4.1.4    Riwayat penyakit dahulu

Apakah pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini apakah pasien
alkoholisme dan malnutrisi

4.1.5    Riwayat penyakit keluarga

Adakah keluarga yang mengalami sekit yang sama sebelumnya,apakah keluarga


ada riwayat penyakit DM, dan malnutrisi

4.1.6    Kebiasaan sehari-hari

Biasanya selulitis ini timbul pada pasien yang higine atau kebersihanya jelek
4.1.7    Pemeriksaan fisik

Keadaan umum           :Cukup baik

Kesadaran                    : composmetis,lemah,pucat

TTV                             : biasanya meningkat karena adanya proses

infeksi

Kepala                         : rambut bersih tidak ada luka

Mata                            : Konjungtiva anemis,skela tidak ikterik

Hidung                                    : tidak ada polip,hidung bersih

Leher                           :tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

Dada                            : I         : datar,simetris umumnya tidak ada

   kelainan

: Pa      : ictus cordis tidak tampak

 : Pe      : sonor tidak ada kelainan

 : A       : tidak ada whezing ronchi

Abdomen                    : I         :supel datar tidak ada distensi


abdomen                                                                     : Pa      : tidak ada nyeri tekan

: Pe      : tidak ada kelainan atau tympani

: A       : bising usus normal atau tidak ada

kelainan

Ekstremitas bawah      :tidak ada kelainan,tidak ada oedem

Ekstremitas atas           : tidak ada kelainan ,tidak ada oedem

Genetalia                     : tidak ada kelainan

4.1.8    Pemeriksaan penunjang

4.1.8.1 Pemeriksaan laboratorium
1)                  Pemeriksaan darah, menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih,

eosinofil dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit (Tucker, 1998:633).

2)                  Pewarnaan gram dan kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan,

menunjukkan adanya organisme campuran (Issebacher 1999:634)

3)                  Rontgen Sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital)

4.2            Diagnosa keperawatan

4.2.1    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi

jaringan.

4.2.2    Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor

sirkulasi dan edema.

4.2.3    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

menyebabkan penatalaksanaan perawatan dirumah

4.2            Rencana keperawatan

4.3.1    Gangguaan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi

jaringan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam

    diharapkan nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil :

a.       pasien menampakkan ketenangan

b.      ekspresi muka rileks

c.       ketidaknyamanan dalam batas yang dapat ditoleransi.

Intervensi :

-          Kaji intensitas nyeri menggunakan skala / peringkat nyeri

R/ mengetahui berat nyeri yang dialami pasien.


-          Jelaskan pada pasien tentang sebab sebab timbulnya nyeri

R/ pemahaman pesien tentang penyebab nyeri yg terjadi akan mengurangi ketegangan


pasien.

-          Berikan anal gesik jika diperlukan, kaji keefektifan

R/ obat obatan analgesik dapat membantu mengurangi nyeri pasien.

-          Ubah posisi sesering mungkin, pertahankan garis tubuh untuk menccegah penekanan dan
kelelahan

R/ posisi yang nyaman akan membantu memberikan kesempatan pada otot untuk relaksasi
seoptimal mungkin.

-          Bantuan dan ajarkan penanganan terhadap nyeri, penggunaan imajinasi, relaksasi dan
distraksi

R/ teknik relaksasi dsan distraksi bisa mengurangi rasanyeri yang dirasakan pasien.

4.3.2    Kerusakan ingritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam

   diharapkan menunjukkan regenerasi jaringan.

Kriteria hasil :

a.         Lesi mulai pulih dan area bebas dari infeksi lanjut,

b.        kulit bersih,

c.         kering dan area sekitar bebas dari edema,

d.        suhu normal.

Intervensi:

-          Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman warna cairan

R/ pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan membantu dalam
menentukan tindakan selanjutnya.

-          Pertahankan istirahat di tempat tidur dengan peningkatan ekstremitas dan mobilitasasi

R/ sirkulasi yang lancar bisa mempercepat proses penyembuhan luka.

-          Pertahankan teknik aseptic


                                                R/ dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

-          Gunakan kompres dan balutan

R/ kompres dan balutan bisa mengurangi kontaminasi dari luar.

-          Pantau suhu laporan, laoran dokter jika ada peningkatan

R/ indikasi dini terhadap komlikasi infeksi.

4.3.3    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi Mengenai :


penatalaksanaan perawatan di rumah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keparawatan selama 2x24 jam  

   diharapkan pasien mengerti tentang perawatan dirumah

Kriteria hasil :

a.       melaksanakan perawatan luka dengan benar menggunakan: tindakan kewaspadaan aseptic


yang tepat.

b.      Mengekspresikan pemahaman perkembangan yang diharapkan tanpa infeksi dan jadwal


obat.

Intervensi:

-          Demonstasikan perawatan luka dan balutan, ubah prosedur, tekankan pentingnya teknik
aseptic

R/ agar keluarga dapat melkukan perawatan secara aseptik di rumah sehingga luka bisa
sembuh.  

-          Dorong melakukan aktivitas untuk mentoleransi penggunaan alat penyokong

R/ peningkatan perilaku yang adiktif pada pasien.

-          Jelaskan tanda-tanda dan gejala untuk dilaporkan ke dokter

R/ deteksi dini terhadap kegawatan dan penanganan yang sesuai.

-          Tekankan pentingnya diet nutrisi

R/ nutrisi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan luka.

4.4          Implementasi
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan
yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai
dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan
interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan  selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah
selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi intervensi yang sudah dilakukan
dan bagaimana respon pasien.

4.5            Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai :

1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan.
2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan.
3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang
diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

Anda mungkin juga menyukai