LANDASAN TEORI
komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai
seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur
(Setiawan, 2007).
pikiran yang mengandung makna tertentu baik melalui ucapan, tulisan dan bahasa
dikatakan efektif bila orang yang diajajk berkomunikasi mengerti apa yang
bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang dipergunakan oleh
18
Universitas Sumatera Utara
Josep Broam (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem yang terstruktur dari simbol-simbol bunyi arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota suatu kelompok sebagai alat bergaul satu sama lain.
memproduksi makna, akan tetapi setiap orang memiliki kemampuan yang terbatas
(vocabulary) serta perangkat aturan bahasa (grammar dan sintaks) yang harus
maksud atau berkomunikasi tertentu secara tepat dan runtut sehingga pesan yang
a. Fonologi: sistem dari suara yang digunakan dalam bahasa. Fonologi dalam
bahasa terdiri dari fonem. Fonem adalah bagian dari sistem fonetik bahasa.
Fonem merupakan bagian terkecil dari unit bahasa yang mempunyai arti.
b. Semantik: mempelajari arti dari kata dan kombinasi kata, seperti frase, klausa
c. Tata Bahasa (Grammar) : struktur dari bahasa, yang terdiri dari morfologi dan
sintaksis. Morfologi adalah bagian terkecil dari bahasa yang memiliki arti
seperti morfem. Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang menggambarkan
dan kalimat.
19
Universitas Sumatera Utara
d. Pragmatik: aturan dari bahasa yang digunakan dalam konteks sosial,
yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan orang lain. Dimana individu dapat
sekaligus melatih diri dan kepribadiannya, karena didorong oleh hasrat yang kuat
bahasa, terdapat periode stagnasi, dimana anak dihadapkan pada kesulitan dalam
penguasaan bahasanya dan kemajuan anak sangat lambat sekali (Setiawan, 2007).
Menurut Karl Buhler (dalam Setiawan 2007), ada beberapa dorongan yang
pikiran, kemauan, harapan, fantasi sendiri dan lain-lain kepada orang lain.
20
Universitas Sumatera Utara
b. Auslosung (pelepasan). Yaitu ada dorongan yang kuat pada anak untuk
perhatiannya.
Sis Heyster (dalam Setiawan, 2007) menyatakan bahwa fungsi bahasa itu
adalah:
a. Bahasa sebagai alat penyatuan isi jiwa. Misalnya ketika anak berkelahi dengan
anak kurang paham dan mempunyai pendapat yang lain, anak mengeluarkan
sebagai berikut :
tingkah laku.
21
Universitas Sumatera Utara
e. Fungsi imajinatif: penggunaan bahasa untuk mengungkapkan imajinasi
b. Bahasa yang terarah pada diri sendiri, hal ini sama dengan fungi bahsa
talking).
Selain dari fungsi bahasa yang telah dipaparkan diatas, terdapat beberapa
berbahasa manusia adalah bentukan dari alam (lingkungan), dimana manusia itu
manusia. Konsep Bloomfield ini dikenal dengan teori tabula rasa. Teori ini tidak
22
Universitas Sumatera Utara
bertahan lama karena popularitasnya tersaingi oleh konsep linguistik generatif
dari Noam Chomsky. Hipotesis Noam Chomsky (dalam Hidayat, 2004) mengenai
pada diri manusia). Noam Chomsky menyatakan bahwa bahasa sebagai sesuatu
yang bersifat khas dan bawaan (tertanam) pada manusia sejak lahir. Secara khusus
berbahasa pada diri manusia bukanlah produk (setting) alam, melainkan lebih
merupakan potensi bawaan manusia sejak lahir. Teori ini sebagai hasil dari
Seorang anak dapat menguasai bahasa ibunya dengan mudah dan cepat, bahkan
pengetahuan itu juga diikuti oleh sense of language dari bahasa itu, yang lebih
mengarah pada keterampilan dalam tata bahasa. Hal itu ia yakini sebagai
apabila kemampuan itu dianggap sebagai hasil pembelajaran dari alam atau dari
total, ia mengakui peran serta alam dalam membentuk potensi bawaan ini. Bila
23
Universitas Sumatera Utara
bayi yang dilahirkan di Jepang dibawa dan dibesarkan di Indonesia, ia akan
menguasai bahasa serta tata bahasa Indonesia, dan begitu juga dengan bayi-bayi
lainnya. Oleh karena itu, Chomsky (dalam Hidayat, 2004) meyakini bahasa
potensial yang ada pada setiap manusia sebagai bahasa universal. Teori linguistik
Chomsky (dalam Hidayat, 2004) lebih humanis daripada teori behaviouris. Aliran
behaviourisme menganggap manusia sebagai patung yang diukir oleh sang arsitek
bernama lingkungan, atau bagaikan robot yang sudah diatur sedemikian rupa oleh
a. Prelinguistic speech (0-12 bulan). Pada tahap ini anak hanya mulai
dengan orang lain adalah dengan cara menangis kemudian berkembang kearah
atau “cooing”
b. Linguistic speech (1-6 tahun). Pada tahap ini anak sudah mulai menggunakan
1) Anak mengucapkan satu kata (1-2 tahun), keinginan dan perasaan anak
biasanya memiliki arti lebih dari satu, misalnya kata “…mi…” Memiliki
menginginkan mainannya.
24
Universitas Sumatera Utara
2) Anak membentuk kata menjadi frase (2-3 tahun), dimana anak mulai
kalimat banyak yang hilang dan yang terdengar hanya kata-kata awal dan
akhirnya saja ataupun hanya kata kunci dan kalimat ini menyerupai
anak diatas tiga tahun sudah dapat membentuk kalimat yang terdiri dari
enam sampai delapan kata, serta dapat menggunakan beberapa jenis kata
c. Symbolic language
2004):
a. Usia 1 tahun:
Anak berada pada tahap linguistic speech yang sangat sederhana dan satu
kata bisa mewakili banyak pemikiran lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan
satu atau dua kata, tetapi hanya sepotong, dan kata itu dapat memiliki arti yang
panjang. Contoh, saat anak mengatakan "bun" dengan maksud bunda, artinya
25
Universitas Sumatera Utara
mungkin saja, "Aku ingin digendong oleh bunda," atau "Aku ingin ikut jalan-jalan
bersama bunda."
b. Usia 2 tahun:
Hampir sama dengan kemampuan diusia satu tahun, tetapi diusia ini anak
sudah mampu menggabungkan dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang
bermakna dan berarti. Contohnya, "Minum susu," atau "Pergi sana," hingga
"Tidak susu. Putih saja" ,dimana kalimat ini bisa saja berarti anak tidak ingin
c. Usia 3 tahun:
bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu yang membuat orangtua cemas dan
malu, seperti "bego", "mampus", dan kata-kata kasar lainnya. Terutama jika
tersebut tanpa memberi penjelasan yang tepat. Ditambah lagi kosakata yang
diperoleh anak diusia ini semakin banyak dan tidak hanya diperoleh dari orangtua.
Mulai usia ini anak umumnya mengeluarkan kalimat yang terdengar janggal
karena susunan kata yang tidak tepat/terbalik, sehingga apa yang diucapkannya
Hal ini wajar terjadi pada balita (bawah lima tahun) sehingga orang tua
tidak perlu cemas, karena ada beberapa alasan yang menyebabkan hal tersebut,
26
Universitas Sumatera Utara
a. Anak pertama kali baru bisa bicara menyambungkan lebih dari satu hingga
b. Anak pertama kali baru bisa berkomunikasi dengan orang lain melalui bahasa
d. Anak mulai memperoleh banyak informasi kata dan kalimat baru yang
menarik.
bayi dan dalam kehidupan selanjutnya. Terdapat tiga butir yang perlu dibicarakan
dipahami sebagai sistem tata bahasa yang kompleks dan bersifat semantik,
27
Universitas Sumatera Utara
b. Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat
c. Komunikasi diri atau bicara dalam hati. Anak akan berbicara dengan dirinya
motorik, kemampuan anak untuk berbahasa terjadi secara bertahap sesuai dengan
berbeda-beda, dimulai ketika usia baru lahir hingga dewasa, mulai dari yang
ini akan meningkat seiring bertambahnya usia dan stimulus yang diperoleh anak
(Parke, 1999).
seorang anak, ketika anak lahir hingga usia lima tahun keatas (Parke, 1999):
28
Universitas Sumatera Utara
a. Usia baru lahir
1. Menangis
3. Tertawa kecil
2. Bercelotehnya lebih sering pada keadaan yang sudah anak kenal daripada
permainan.
29
Universitas Sumatera Utara
7. Mulai menggunakan kata-kata seperti “bo” untuk botol dan “ma” untuk
mama.
9. Menggunakan dua atau tiga kata yang berbeda untuk satu kategori.
1. Mulai belajar cara menamai, rata-rata anak mulai belajar kata-kata (500-
30
Universitas Sumatera Utara
f. Usia 24-36 bulan
7. Mampu mengucapkan satu kalimat yang terdiri dari beberapa buah kata.
depan.
dalam berkomunikasi.
31
Universitas Sumatera Utara
i. Usia 5 tahun dan diatasnya
Parke (1999) di atas ternyata tidak jauh berbeda dengan tahapan kemampuan
1. Reseptif
2. Ekspresif
32
Universitas Sumatera Utara
c) Menceritakan keadaan yang berhubungan dengan teman dan
pengalaman menarik
1. Reseptif
2. Ekspresif
c) Membuat kalimat
1. Reseptif
2. Ekspresif
b) Mengklasifikasikan objek/benda
seorang anak yang akan digunakan adalah yang dikemukakan oleh Milestones
Kemampuan Berkomunikasi
berkomunikasi dianggap sebagai suatu hal yang sama. Terutama dalam kehidupan
33
Universitas Sumatera Utara
sehari-hari, ketiga hal ini sepertinya hampir tidak memiliki perbedaan dan batasan
yang jelas satu dengan lainnya. Padahal ketiga hal ini merupakan hal yang
berbeda walaupun saling berkaitan satu dengan lainnya. Berikut ini adalah
a. Kemampuan berbahasa
hierarki dan pesan/bahasa dapat dibagi menjadi unit terkecil dari analisis. Bahasa
anak-anak terdiri dari kalimat yang terdiri dari elemen terkecil seperti kata dan
suara, kedua hal tersebut bisa dikombinasikan menjadi suatu ucapan. Bahasa yang
baik yaitu bahasa yang diproduksi dan dapat dimengerti menjadi suatu kesatuan
suatu ucapan/suatu kesatuan kalimat utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya
b. Kemampuan berbicara
terdiri dari suara-suara. Terdapat beberapa sistem utama ketika individu berbicara
dan menghasilkan suara, yaitu: vokal, larynk, subglottal system, dimana terdiri
dari paru-paru dan gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara
dan tenggorokan. Subglottal system terdiri dari udara yang dibutuhkan untuk
34
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan suara ini dibutuhkan beberapa sistem utama yang terdiri dari vokal,
larynk, paru-paru gabungan beberapa otot untuk pernapasan dan pelepasan udara
dan tenggorokan.
c. Kemampuan berkomunikasi
Komunikasi itu memegang peranan yang penting, hampir setiap menit kita
tua, saudara, pembantu. Juga termasuk komunikasi dengan teman dan guru di
orang lain.
35
Universitas Sumatera Utara
jelas mengenai ketiga hal yang hampir sama tersebut dan batasan yang jelas
kemampuan berbahasa yang dianggap paling tepat dan dapat diukur dari anak pra
sekolah, yaitu kemampuan seorang individu untuk membuat kata-kata atau suara-
utuh yang dapat dimengerti oleh dirinya sendiri dan oleh individu lain. Melalui
hal ini dapat dilihat sejauh mana perkembangan kemampuan berbahasa anak pra
kognitif seorang anak. Hal ini mencerminkan logika dari proses berpikir anak.
anak berbicara.
Pembicaraan antar anggota keluarga juga jarang dan anak kurang didorong
dimana hal tersebut berarti status sosial ekonomi orang tua mempengaruhi
36
Universitas Sumatera Utara
3. Pendidikan orang tua. Orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung lebih
anak, sehingga dari dari orang tua yang berpendidikan lebih tinggi
Menurut Carl Roger (dalam Setiawan, 2007) mengatakan bahwa ada dua
faktor yang berperan dalam pengembangan bahasa pada anak, antara lain:
1. Faktor internal, adalah fakor yang berasal dari dalam diri anak, yaitu:
superioritas linguistik, baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.
b. Faktor jenis kelamin, anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam aspek
bahasa atau keterlambatan merupakan hal yang lumrah pada saat anak
indera. Misalnya, anak cacat, atau anak yang kondisi fisiknya lemah
serta kesehatan rongga hidung yang berpengaruh besar pada daya ingat
anak.
37
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang mempengaruhi di luar diri anak, antara
lain:
sesuai, maka anak akan lebih maju. Para psikolog menyatakan bahwa
sifat dan pengalaman yang khas yang tidak dimiliki oleh anak lain, karena
menguasai puluhan kata dan memahami maknanya dengan baik, tetapi dia
b. Faktor perbedaan status sosial, anak yang secara sosial budaya berasal dari
38
Universitas Sumatera Utara
II. B. Anak Pra Sekolah
Menurut Biechler dan Snowman (1993) anak pra sekolah adalah mereka
yang berusia antara tiga sampai enam tahun. Usia tersebut mereka biasanya
(KB), dan mengikuti program Taman Kanak-Kanak (TK). Pada dasarnya program
pendidikan pra sekolah yang ada di Indonesia terbagi menjagi tiga bagian, yakni
perkembangan psikososial tahapan nol sampai satu tahun, berada pada tahapan
orang sensorik dengan krisis emosi antara trust versus mistrust, tahapan tiga
sampai enam tahun anak berada dalam tahapan dengan krisis autonomy versus
shame and doubt (dua sampai tiga tahun), initiative versus guilt (empat sampai
lima tahun) dan tahap usia enam sampai sebelas tahun mengalami krisis industry
versus inferiority.
tahun), pra operasional (dua sampai tujuh tahun), operasional konkret (tujuh
sampai dua belas tahun), dan operasional formal (dua belas sampai lima belas
tahun), maka perkembangan kognitif anak masa pra sekolah berada pada tahap pra
operasional.
39
Universitas Sumatera Utara
Disimpulkan bahwa anak pra sekolah adalah mereka yang berusia antara
tiga sampai enam tahun. Mereka biasanya mengikuti program pra sekolah dan
Tempat Penitipan Anak (TPA), Kelompok Bermain (KB), dan program Taman
Kanak-Kanak (TK).
sekolah (3-6 tahun) yang biasanya berada di Taman Kanak-Kanak. Ciri-ciri yang
a. Ciri fisik
(kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan kegiatan yang dilakukan
istirahat yang cukup. Otot-otot besar pada anak pra sekolah lebih berkembang dari
control terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu, mereka biasanya belum terampil
dalam melakukan kegiatan yang agak rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak pra
perhatiannya pada objek-objek yang kecil ukurannya. Walaupun tubuh anak ini
lentur, tetapi tengkorak kepala mereka masih lunak. Selain itu, walaupun anak
laki-laki lebih besar, akan tetapi anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang
praktis.
40
Universitas Sumatera Utara
b. Ciri sosial
Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat, tetapi
sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak
terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang lebih muda sering kali bermain.
Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisir dengan baik.
Anak yang lebih muda sering kali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih
tua. Selain itu permainan mereka juga bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan
gender. Sering terjadi perselisihan tetapi kemudian berbaikan kembali. Pada anak
pra sekolah juga sudah menyadari peran jenis kelamin dan sextyping.
c. Ciri emosional
terbuka. Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak pra sekolah pada
d. Ciri kognitif
perkembangan yang dijalani oleh anak pada masa kanak-kanak awal (usia dua
41
Universitas Sumatera Utara
1. Perkembangan fisik
a. Hilangnya kesan bayi montok dengan pertumbuhan tangan dan kaki yang
2. Perkembangan kognitif
b. Berpikir bahwa standar yang diberikan orang dewasa adalah tidak logis
d. Bermain sosiodramatik
suatu keadaan
3. Intelegensi
4. Perkembangan bahasa
42
Universitas Sumatera Utara
c. Pemahaman yang dangkal tentang arti “mendengarkan yang baik”
6. Perkembangan emosional
a. Keinginan untuk dekat dengan orang tua ketika merasa takut, sakit dan
lain sebagainya
b. Keadaan emosi yang bervariasi misalnya senang, sedih, takut, marah dan
lain-lain
c. Mulai adanya kesadaran diri akan rasa malu dan rasa bersalah
belum sempurna
dapat diselesaikan
43
Universitas Sumatera Utara
d. Kesadaran bahwa perilaku dapat menimbulkan kerusakan fisik dan
psikologis
lain
8. Perkembangan motivasi
c. Fokus untuk memperoleh izin dari orang dewasa daripada teman sebaya
9. Hubungan interpersonal
a. Toilet training. Hakikat tugas yang harus dipelajari anak yaitu buang air kecil
dan buang air besar yang bisa diterima secara sosial (baik waktu maupun
tempatnya). Toilet training yang berhasil dapat membentuk anak yang berhati-
44
Universitas Sumatera Utara
dapat berdiri sendiri. Tentang toilet training ini Havighurst berpendapat :
“Toilet training is the first moral training that child receives. The stamp of the
b. Belajar membedakan jenis kelamin, serta dapat bekerja sama dengan jenis
kelamin lain. Melalui observasi, maka anak akan melihat tingkah laku yang
berbeda jenis kelamin satu dengan yang lain dan melalui latihan-latihan
mereka akan bertingkah laku seperti anak laki-laki atau anak perempuan.
Anak juga akan sadar dan tertarik soal-soal seks pada manusia dan usaha kerja
sama dengan adanya perbedaan kenyataan seksnya dan seks yang lain.
labil jika dibandingkan dengan fisiologis orang dewasa, anak akan cepat sekali
merasakan perubahan dari panas ke dingin. Oleh karena itu anak harus belajar
yang bersifat sosial dan yang bersifat fisik. Pada waktu lahir anak mengalami
lain, sanak saudara dan orang lain. Melalui gerak-gerik anak, anak dinyatakan
45
Universitas Sumatera Utara
orang lain menjadikannya mampu meniru dan dapat mengidentifikasikan diri
f. Belajar membedakan baik dan buruk yang berarti mengembangkan kata hati
(hati nurani). Belajar mengembangkan kata hati, berarti supaya anak dapat
hidup dalam masyarakat anak harus mengetahui apa yang benar dan yang
salah, teladan, hukuman dan ganjaran. Anak harus mengetahui jika berbuat
salah akan mendapat ganjaran atau hukuman dan jika berbuat baik akan
bahwa terdapat tugas perkembangan yang bersifat biososial pada masa kanak-
b. Belajar berjalan
c. Belajar bebahasa/berbicara
g. Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani
46
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya ada beberapa tugas dalam belajar berbahasa pada awal masa
dan kombinasi bunyi, seperti uruf mati “z”, “w”, “d”, “s” dan “g” dan
kombinasi huruf mati “sy”, “ng”, “kh”. Mendengarkan radio dan televisi dapat
b. Menambah kosa kata. Kosa kata anak-anak meningkat pesat ketika ia belajar
kata-kata baru dan arti-arti baru untuk kata-kata lama. Dalam menambah kosa
kata anak-anak muda belajar kata-kata umum seperti “baik” dan “buruk”,
c. Membentuk kalimat. Kalimat biasanya terdiri dari tiga atau empat kata sudah
mulai disusun oleh anak usia dua tahun dan biasanya oleh anak usia tiga
tahun. Kalimat ini banyak yang tidak lengkap terutama terdiri dari kata benda
dan kurang kata kerja, kata depan dan kata penghubung. Sesudah usia tiga
tahun, anak membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata.
yang pertama ini individu paling banyak menghabiskan waktunya. Yang termasuk
47
Universitas Sumatera Utara
dalam lingkungan ini adalah keluarga, teman sebaya, sekolah, dan tetangga di
mikrosistem ini seorang anak bukanlah individu yang secara pasif menerima
setiap pengalaman yang dialaminya, tetapi anak secara aktif berinteraksi dengan
pengalaman baru.
anak dalam keluarga dan pengalaman anak dalam bersekolah. Contoh lainnya
anak. Penelitian yang dilakukan oleh Epstein (dalam Santrock, 2004) dalam hal
antara hubungan pengalaman anak dalam keluarga dan pengalaman anak dalam
sikap dan prestasi anak ketika anak akan memasuki jenjang sekolah lanjutan
tingkat pertama. Anak yang lebih diberi kesempatan dalam hal berkomunikasi dan
sekolahnya, menunjukkan tingkat inisiatif dan keinginan untuk belajar yang lebih
tinggi.
48
Universitas Sumatera Utara
Lingkungan yang ketiga adalah ekosistem. Pengalaman yang diperoleh
anak dalam lingkungan ini akan dihubungkan dengan peran anak tersebut dalam
lingkungan. Peran anak yang berbeda dari tiap tahap lingkungan akan membantu
penting, termasuk didalamnya peran anak dalam budaya suku bangsa (etnis) dan
2004).
Konteks yang lebih luas dalam tahap lingkungan ini misalnya dimana
seorang siswa dan guru bertempat tinggal, termasuk didalamnya nilai-nilai dan
budaya yang dianut dalam lingkungan tersebut. Sebagai contoh, budaya dalam
jenis kelamin baik laki-laki ataupun perempuan memiliki kesempatan yang sama
(Santrock, 2004).
seorang anak. Seorang anak dalam lingkungan ini adalah sebagai generasi
komputerisasi yang begitu pesat, dan generasi pertama yang harus diperhatikan
49
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mc Devita dan Ormord (dalam Rifai 1993), ada beberapa
perkembangan yang dijalani oleh anak pada masa kanak-kanak awal (usia dua
Seorang anak sudah dapat melihat sejak lahir. Seorang anak sudah dapat
Oleh karena itu, sejak lair sebaiknya para orang tua diberi keterampilan untuk
Dengan demikian hubungan anak dengan lingkungan bersifat timbal balik, baik
fisik. Anak pra sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Sebagian besar
mereka perlu dilatih untuk menjadi pendengar yang baik (Patmonodewo, 2000).
kenyataan yang bersifat sosial dan yang bersifat fisik. Pada waktu lahir anak
kelamaan anak akan belajar mengamati benda dan membuat generalisasi serta
mengarahkan pada satu nama, misalnya bulat, binatang, manusia (Rifai, 1993).
50
Universitas Sumatera Utara
Menurut Ann Kesis (dalam Beth, 1997) bahasa menggunakan banyak
mental anak. Perkembangan kognitif dan sosial dipengaruhi oleh pertumbuhan sel
otak dan perkembangan hubungan antar sel otak. Kondisi kesehatan dan gizi anak
bicara yang tadinya sangat bermanfaat dalam masa bayi telah ditinggalkan. Anak-
anak tidak lagi mengoceh dan tangis anak sudah sangat berkurang. Anak mungkin
menekankan arti kata-kata yang diucapkan dan bukan sebagai pengganti bicara.
ungkapan emosi yang secara keseluruhan lebih diterima secara sosial dan tidak
untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan karena dua hal. Pertama, belajar
dengan teman sebaya akan lebih mudah mengadakan kontak sosial dan lebih
mengalami rintangan dalam hal sosial maupun pendidikan kecuali bila ia pandai
51
Universitas Sumatera Utara
bicara seperti teman-teman sekelasnya. Kedua belajar berbicara merupakan sarana
keinginan dan kebutuhannya atau yang tidak dapat berusaha agar dimengerti
orang lain cenderung diperlukan sebagai bayi dan tidak berhasil memperoleh
ini menyatakan bahwa bahasa dipelajari dalam konteks bahasa sehari-hari, tetapi
Gabungan dari faktor biologis dan lingkungan memainkan peran yang penting
dalam pandangan teori ini. Peran dari agen sosialisasi seperti orang tua dalam
tahap perkembangan bahasa anak merupakan hal utama yang harus diperhatikan.
serta/keterlibatan orang tua dan pemahaman anak, ketika orang tua berbicara pada
anak sebagai perhargaan bahwa seberapa besar anak sudah mengetahui dan
52
Universitas Sumatera Utara
Bagan Dinamika Kemampuan Berbahasa Anak Pra Sekolah
Internal Eksternal
- intelegensi - keluarga
- perkembangan motorik - status sosial
- jenis kelamin
- kondisi fisik
- dan lain-lain
Keterangan:
= responden
53
Universitas Sumatera Utara