Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR TERTUTUP KLAVIKULA

Nama : Nipriyanti
NIM : 2019040730

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
2019/2020
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Terdapat beberapa pengertian tentang fraktur, sebagaimana yang dikemukakan
para ahli melalui berbagai literatur (Musliha, 2010) :
1. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang.
2. Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000), fraktur adalah pemisahan
atau patahnya tulang.
3. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya
kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.
4. Smeltzer S.C & Bare B.G (2001) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
5. Reeves C.J,Roux G & Lockhart (2001), fraktur adalah setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh.
Pengertian fraktur pada anggota tubuh, disesuaikan menurut anatominya,
misalnya klavikula (tulang kolar). Dari pengertian di atas, fraktur klavikula merupakan
suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan tejadi pada tulang
klavikula. Definisi fraktur klavikula adalah patah tulang pada tulang klavikula atau
tulang selangka. Hal ini sering disebabkan akibat jatuh dengan posisi lengan
terputar/tertarik (outstrechedhead), posisi jatuh bertumpu ke bahu atau pukulan langsung
ke klavikula.
Fraktur klavikula (tulang kolar) merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh atau hantaman
langsung ke bahu. Lebih dari 80% fraktur ini terjadi pada sepertiga tengah atau proksimal
klavikula. Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh, tanpa tulang tubuh tidak
akan tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek
fisiologikal. Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang
kokoh terhadap tubuh. Sedangkan dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti
jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma.
Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat dan garam magnesium. Namun
karena tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga
menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan. Patah tulang atau fraktur merupakan
hilangnya kontinuitas tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan. Peristiwa ini dapat terjadi karena :
1. Peristiwa trauma tunggal. Patah tulang pada peristiwa ini biasanya dikarenakan oleh kekuatan
yang tiba-tiba berlebihan dapat berupa pemukulan, penekukan, pemuntiran ataupun penarikan.
2. Tekanan yang berulang-ulang. Tekanan yang berulang-ulang dapat menimbulkan keretakan.
Sebagai contoh seorang pelari yang menempuh jarak jauh dapat mengalami retak tulang pada daerah
tibia, fibula maupun metatarsal.
3. Fraktur patologik. Pada peristiwa ini tulang mengalami patah oleh tekanan yang normal dikarenakan
tulang tersebut lemah atau rapuh. Bisa disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya tumor. Banyak
sekali kasus patah tulang yang terjadi dan berbeda-beda pada daerah patah tulang tersebut. Pada kasus
ini akan dibahas mengenai patah tulang bagian klavikula.
B. ETIOLOGI FRAKTUR KLAVIKULA
Secara umum, menurut Lewis (2010) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif
rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Fraktur akibat peristiwa trauma.
2. Fraktur akibat kelelahan atau tekanan.
3. Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang.
Selangka juga disebut klavikula, adalah tulang dari atas dada yang berada di
antara tulang dada (sternum) dan tulang belikat (scapula). Sangat mudah untuk
merasakan klavikula, karena tidak seperti tulang lain yang dibungkus dengan otot tapi
tulang ini hanya tertutup oleh kulit yang mencakup sebagian besar tulang klavikula.
Fraktur klavikula sangat umum. Patah tulang dapat terjadi terjadi pada bayi (biasanya
pada proses kelahiran), anak-anak dan remaja (karena klavikula tidak sepenuhnya
mengeras atau mengembang sampai akhir remaja), atlet (karena risiko dipukul atau
jatuh) atau diakibatkan oleh kecelakaan dan jatuh.
Menurut sejarah fraktur pada klavikula merupakan cedera yang sering terjadi akibat jatuh dengan
posisi lengan terputar/tertarik keluar (outstrechedhand) dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan
tangan sampai klavikula, namun baru-baru ini telah diungkapkan bahwa sebenarnya mekanisme secara
umum patah tulang klavikula adalah hantaman langsung ke bahu atau adanya tekanan yang keras ke bahu
akibat jatuh atau terkena pukulan benda keras (Nowak et a,l Nordqvist dan Peterson). Patah tulang
klavikula karena jatuh dengan posisi lengan tertarik keluar (outstreched hand) hanya 6% terjadi pada
kasus, sedangkan yang lainnya karena trauma bahu. Kasus patah tulang ini ditemukan sekitar 70%
adalah hasil dari trauma dari kecelakaan lalu lintas. Kasus patah tulang klavikula termasuk kasus yang
paling sering dijumpai.
Fraktur klavikula terjadi 30-60 kasus per 100.000 per tahun atau rata-rata 2,6-5%
dari semua kasus patah tulang. Fraktur terjadi dua kali lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan. Sekitar setengah dari semua patah tulang klavikula terjadi pada
anak di bawah usia 7 tahun. (http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture).
C. PATOFISIOLOGI
Ketika terjadi patah tulang, maka akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh
darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibatnya terjadi perdarahan, kerusakan
tulang dan jaringan disekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal
medulla antara tepi tulang di bawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi
fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai
dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh
mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini
menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk dapat
menyebabkan edema yang dapat menekan ujung syaraf yang bila berlangsung lama dapa
menyebabkan Syndroma Kompartement.
Fraktur klavikula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi
atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan tulang
tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh, kecelakaan olahraga,
ataupun kecelakaan kendaraan bermotor. Pada daerah tengah tulang klavikula tidak di
perkuat oleh otot ataupun ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal
klavikula. Klavikula bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral
dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering
terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.
D. GAMBARAN KLINIS
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang dengan keluhan jatuh
atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada
pemeriksaan fisik pasien akan terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar
krepitasi pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari fragmen patah
tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna lokal pada kulit sebagai akibat trauma
dan gangguan sirkulasi yang mengikuti fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang.

E. Klasifikasi
Klasifikasi patah tulang secara umum adalah :
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi :
a. Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang
terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta
mengenai seluruh korteks.
b. Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak
menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks(masih ada korteks yang utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar,
meliputi:
a. Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh,tulang tidak menonjol
melalui kulit..
b. Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan
lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi dalam 3
grade yaitu :
1) Grade I : robekan kulit dengan kerusakan kulit otot.
2) Garade II : seperti grade I dengan memar kulit dan otor.
3) Grade III : luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah,
syaraf otot dan kulit.
Lokasi patah tulang pada klavikula diklasifikasikan menurut Dr. FL Allmantahun 1967 dan dimodifikasi
oleh Neer pada tahun 1968, yang membagi patah tulang klavikula menjadi 3 kelompok :
1. Kelompok 1: patah tulang pada sepertiga tengah tulang klavikula (insidensikejadian 75-80%).
- Pada daerah ini tulang lemah dan tipis.
- Umumnya terjadi pada pasien yang muda.
2. Kelompok 2 : patah tulang klavikula pada sepertiga distal (15-25%). Terbagi menjadi 3 tipe
berdasarkan lokasi ligament coracoclavicular yakni, conoid dan trapezoid
a) Tipe 1.
Patah tulang secara umum pada daerah distal tanpa adanya perpindahan tulang maupun ganguan
ligament coracoclevicular.
b) Tipe 2A.
Fraktur tidak stabil dan terjadi perpindahan tulang, dan ligament coracoclavicular masih melekat
pada fragmen.
c) Tipe 2 B.
Terjadi ganguan ligament. Salah satunya terkoyak ataupun kedua-duanya.
d) Tipe 3.
Patah tulang yang pada bagian distal clavikula yang melibatkan AC joint.
e) Tipe 4.
Ligament tetap utuk melekat pata perioteum, sedangkan fragmen proksimal berpindah keatas.
f) Tipe 5.
Patah tulang kalvikula terpecah menjadi beberapa fragmen.
3. Kelompok 3 : patah tulang klavikula pada sepertiga proksimal (5%). Pada kejadian ini biasanya
berhubungan dengan cidera neurovaskuler.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada fraktur klavikula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau nonoperative treatment.
Tujuan dari penanganan ini adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah
tulang supaya satu sama lain saling berdekatan dan untuk menjaga agar mereka
tetap menempelsebagaimana mestinya sehingga tidak terjadi deformitas dan proses
penyembuhan tulang yang mengalami fraktur lebih cepat. Proses penyembuhan pada
fraktur clavicula memerlukan waktu yang cukup lama. Penanganan nonoperative
dilakukan dengan pemasangan silang selama 6 minggu. Selama masa ini pasien harus
membatasi pergerakan bahu, siku dan tangan. Setelah sembuh, tulang yang mengalami
fraktur biasanya kuat dan kembali berfungsi. Pada beberapa patah tulang, dilakukan
pembidaian untuk membatasi pergerakan. atau mobilisasi pada tulang untuk
mempercepat proses penyembuhan. Bagian tulang lainnya harus benar-benar tidak
boleh digerakkan (immobilisasi).
Imobilisasi bisa dilakukan melalui :
1. Pembidaian : benda keras yang ditempatkan di daerah sekeliling tulang
Pemasangan gips merupakan bahan kuat yang dibungkuskan di sekitar tulang yang patah.
Modifikasi spika bahu (gips klavikula) atau balutan berbentuk angka delapan atau
strap klavikula dapat digunakan untuk mereduksi fraktur ini, menarik bahu ke
belakang, dan mempertahankan dalam posisi ini. Bila dipergunakan strap klavikula,
ketiak harus diberi bantalan yang memadai untuk mencegah cedera kompresi terhadap pleksus
brakhialis dan arteri aksilaris. Peredaran darah dan saraf kedua lengan harus dipantau.
2. Penarikan (traksi) : menggunakan beban untuk menahan sebuah anggota gerak pada
tempatnya.
3. Fikasasi :
a. Fiksasi internal : dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate)
atau batanglogam pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open
reduction with internal fixation (ORIF).
b. Fiksasi eksternal : Immobilisasi lengan atau tungkai dapat menyebabkan otot
menjadi lemah dan menciut. Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani
terapi fisik.
Pada prinsipnya penanganan patah tulang klavikula adalah untuk mencapai penyembuhan tulang
dengan minimum tingkat morbiditas, hilangnya fungsi, dan sisa kelainan bentuk. Fraktur 1/3 distal
klavikula tanpa pergeseran dan terpotongnya ligamen dapat ditangani dengan sling dan pembatasan
gerakan lengan. Bila fraktur 1/3 distal disertai dengan terputusnya ligamen korakoklavikular, akan terjadi
pergeseran yang harus ditangani dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Selama imobilisasi pasien
diperkenankan melakukan latihan gerakan tapi harus menghindari aktivitas yang berat. Tindak lanjut
perawatan dilakukan dengan pemantauan yang dijadwalkan1 hingga 2 minggu setelah cedera untuk
menilai gejala klinis dan kemudiansetiap 2 hingga 3 minggu sampai pasien tanpa gejala klinis.
Pemeriksaan foto rontgen tidak perlu selama proses perawatan, tetapi akan lebih baik dilakukan pada saat
proses penyatuan tulang yang biasanya dapat dilihat pada minggu ke - 4 sampai minggu ke 6 (pada saat
fase remodeling pada proses penyembuhan tulang). Tanda klinis penyatuan tulang adalah berkurangnya
rasa sakit atau rasa sakit hilang, dapat melakukan gerakan bahu secara penuh, dan kekuatan kembali
normal. Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya (malunion).
Pemberian obat pada kasus patah tulang dapat dilakukan untuk mengurangirasa nyeri. Obat-
obat yang dapat digunakan adalah obat kategori analgesik antiinflamasi seperti acetaminophen dan
codeine dapat juga obat golongan NSAIDs seperti ibuprofen.

G. PROGNOSIS
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia penderita.
Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat cepat, sementara
pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika penanganan baik maka
komplikasi dapat diminimalisir. Fraktur klavikula disertai multiple trauma
memberi prognosis yang lebih buruk daripada prognosis fraktur klavikula murni.
Fraktur klavikula bisa sembuh sepenuhnya dalam waktu 12 minggu, tapi rasa
sakit biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Seringkali pasien kembali ke aktivitas
penuh sebelum 12 minggu, terutama pada pasien yang lebih muda. Patah tulang akan
sembuh dengan baik jika dilakukan tindakan operative.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur klavikula meliputi trauma saraf pada pleksus brakhialis, cedera vena atau
arteria subklavia akibat frakmen tulang, dan malunion (penyimpangan penyatuan). Malunion merupakan
masalah kosmetik bila pasien memakai baju dengan leher rendah.
Komplikasi akut :
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :
- Mal union : proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun
tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union : kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah akibat perdarahan,
laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas. Pada masa
penyembuhan Ca dan P mengikat didalam darah.
2. Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.Venogram/anterogram
menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untukmendeteksi struktur fraktur yang kompleks.
Pemeriksaan rontgen untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
3. Scan tulang, CT-scan/ MRI :
Memperlihatkan frakur dan mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
J. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktik
keperawatan kegawatdaruratan yang diberikan pada klien oleh perawat yang
berkompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. Asuhan
keperawatan diberikan untuk mengatasi masalah secara bertahap maupun mendadak.
Asuhan keperawatan di ruang gawat darurat seringkali dipengaruhi oleh
karakteristik ruang gawat darurat itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan asuhan
keperawatan spesifik yang sesuai dengan keadaan ruangan. Karakteristik unik dari
ruangan gawat darurat yang dapat mempengaruhi sistem asuhan keperawatan antara
lain :
1. Kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi, baik kondisi klien dan jumlah klien
yang datang ke ruang gawat darurat.
2. Keterbatasan sumber daya dan waktu.
3. Pengkajian, diagnosis dan tindakan keperawatan diberikan untuk seluruh usia,
seringkali dengan data dasar yang sangat terbatas.
4. Jenis tindakan yang diberikan merupakan tindakan yang memerlukan kecepatan dan
ketepatan yang tinggi.
5. Adanya saling ketergantungan yang tinggi antara profesi kesehatan yang bekerja di
ruang gawat darurat.
Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang diberikan
oleh perawat di ruang gawat darurat meliputi :
1. Penjaminan keselamatan diri perawat dan klien yang terjaga : perawat harus
menerapkan prinsip Universal Precaution dan mencegah penyebab infeksi.
2. Perawat bersikap cepat dan tepat dalam melakukan triase, menentukan diagnosa
keperawatan, tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan.
3. Tindakan keperawatan meliputi resusitasi dan stabilisasi diberikan untuk mengatasi
masalah biologi dan psikososial klien.
4. Penjelasan dan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga diberikan untuk
menurunkan kecemasan dan meningkatkan kerjasama klien-perawat.
5. Sistem monitoring kondisi klien harus dapat dijalankan.
6. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah dan cepat.
7. Penjaminan tindakan keperawatan secara etik dan legal keperawatan perlu dijaga.
Berikut penjabaran proses keperawatan yang merupakan panduan Asuhan
Keperawatan di ruangan gawat darurat dengan contoh proses keperawatan klien gawat
darurat :
I. PENGKAJIAN
a. Standar
Perawat gawat darurat harus melakukan pengkajian fisik dan psikososial
di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah keperawatan klien
dalam lingkup kegawatdaruratan.
b. Keluaran
Adanya pengkajian keperawatan yang terdokumentasi untuk setiap klien
gawat darurat.
c. Proses
Pengkajian merupakan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi
masalah keperawatan gawat darurat. Proses pengkajian terbagi dua :
1. Pengkajian Primer (primary survey)
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
aktual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap
kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap
berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal tersebut
memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P =
pain/respon nyeri, U = unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan
pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi pengkajian
obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga) dan
pengkajian dari kepala sampai kaki.
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang,
imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian :

S (signs and : tanda dan gejala yang diobservasi dan dirasakan


symptoms) klien

A (Allergis) :
M (medications) : Alergi yang dipunyai klien.
Tanyakan obat yang telah diminum klien untuk
P (pertinent past : mengatasi nyeri.
medical hystori) Riwayat penyakit yang diderita klien.
L (last oral intake :
solid or liquid) Makan/minum terakhir; jenis makanan, ada
E (event leading to : penurunan atau peningkatan kualitas makan.
injury or illnes) Pencetus/kejadian penyebab keluhan.

1) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :


2) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji nyeri :
P (provoked) : pencetus nyeri, tanyakan hal yang
menimbulkan dan mengurangi nyeri.
Q (quality) : kualitas nyeri.
R (radian) : arah penjalaran nyeri.
S (severity) : skala nyeri (1 – 10).
T (time) : lamanya nyeri sudah dialami klien.
b. Tanda-tanda vital dengan mengukur :
- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
- Suhu tubuh
c. Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :
1) Pengkajian kepala, leher dan wajah
- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak,
adakah perdarahan serta benda asing.
- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau
keluaran lain seperti cairan otak.
- Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau
tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan
menelan.
2) Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu nafas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan,
sianosis, abrasi dan laserasi
3) Pengkajian Abdomen dan Pelvis
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi,
distensi abdomen dan jejas
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
- Distensi abdomen
4) Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
5) Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji :
- Deformitas
- Tanda-tanda jejas perdarahan
- Jejas
- Laserasi
- Luka
6) Pengkajian Psikosossial
Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus seperti
sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun
anggota keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang
dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat dan
hiperventilasi.
Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan meliputi :
1. Radiologi dan Scanning.
2. Pemeriksaan laboratorium.
3. USG dan EKG.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai dengan
kategori urgensi masalah berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang
telah dilakukan. Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan :
Airway, Breathing dan Circulation ;
Diagnosa keperawatan Gawat Darurat yang dapat muncul pada kasus Fraktur
Kalvikula antara lain :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya gangguan
muskuloskeletal
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar
fraktur.
DAFTAR PUSTAKA

Price, S.A.,dkk,. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume

2, 2006, EGC, Jakarta.

Musliha, Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep dengan pendekatan Nanda,

NIC, NOC, 2010, Nuha Medika, Yogyakarta.

Herdman T.H, dkk,. Nanda Internasional Edisi Bahasa Indonesi, Diagnosis

Keperawatan Defini dan Klasifikasi, 2009-2011, EGC, Jakarta.

Wilkinson J M,. Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil

NOC. Edisi Bahasa Indonesia, 2006, EGC, Jakarta.

Basic trauma Life support, Pro Emergency (Bab XII).

Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Clavicle_fracture.

L Joseph Rubino, 2006, Clavicle Fractures, http://www.emedicine.com/orthoped/topic50.htm.

Mardhink Zhadja, ml.scribd.com/doc/89379199/fraktur-klavikula.

Anda mungkin juga menyukai