“VERTIGO”
DISUSUN OLEH :
LUSSY SASWINA
21219037
PEMBIMBING AKADEMIK :
Efroliza, S.Kep.,Ns,.M.Kep
TAHUN 2020
1
A. PENGERTIAN VERTIGO
Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang berputar
dialamraya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar dirinya
(vertigo objektif). Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang
artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari
tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan
hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom
yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, Vertigo
dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan.
Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi
berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato
sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka
sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik.
Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya
bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun
kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang
vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
(Lumban Tobing, 2003). dingin,mual, muntah) dan pusing. Vertigo adalah
perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan penderita sekitarnya atau
sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa berputar atau bergerak
naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan muntah-muntah,
bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran. Sering kali
disertai gejala-gejala penyakit telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2012)
B. ETIOLOGI
Menurut (Burton, 2010 ) yaitu :
1. Lesi vestibular :
o Fisiologik
o Labirinitis
2
o Meniere
o Obat ; misalnya quinine, salisilat.
o Otitis media
o “Motion sickness”
o “Benign post-traumatic positional vertigo”
2. Lesi saraf vestibularis
o Neuroma akustik
o Obat ; misalnya streptomycin
o Neuronitis
o vestibular
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
o Infark atau perdarahan pons
o Insufisiensi vertebro-basilar
o Migraine arteri basilaris
o Sklerosi diseminata
o Tumor
o Siringobulbia
o Epilepsy lobus temporal
3
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL
NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
D. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi
dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah
pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah,
lidah merah dengan selaput tipis.
E. PATOFISIOLOGI
1. Anatomi vetigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi
yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
Reseptor mekanis divestibulum
Resptor cahaya diretina
4
Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex
serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis.
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan kepusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III,IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang
berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler
memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul
kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah
proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di
pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler,
visual dan proprioseptik kanandan kiri akan diperbandingkan, jika
semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut.
Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak
tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat
keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/
tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul
gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot
menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat
5
berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala
lainnya.
F. PATHWAY VERTIGO
VERTIGO
Gangguan pola
tidur
6
G. KOMPLIKASI
a. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media
purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma,
rudapaksa dengan perdarahan.
Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan,
vertigo postural.
Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli
posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
b. Penyakit SSP :
Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia,
hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan
insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik,
blok jantung.
Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
Trauma kepala/ labirin.
Tumor.
Migren.
Epilepsi.
c. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula
adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
d. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
e. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
f. Intoksikasi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
7
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) : Terdiri dari :
1. Terapi kausal.
2. Terapi simtomatik.
3. Terapi rehabilitatif.
J. PENCEGAHAN
1. Melatih posisi duduk. Dalam posisi duduk, pegang sebuah benda sejajar
dengan mata, lalu meliriklah ke kanan dan ke kiri. Masih dengan memegang
benda sejajar dengan mata, coba untuk menoleh ke kanan dan ke kiri.
Lakukanlah latihan ini secara berulang-ulang.
2. Melatih posisi berdiri. Dengan posisi berdiri, cobalah untuk mengayunkan
badan ke depan dan ke belakang. Jika belum stabil, bisa juga memanfaatkan
tembok untuk sedikit menopang tubuh . Lakukanlah cara ini secara rutin setiap
hari.
3. Latihan duduk dengan balance ball. Dengan menggunakan bola keseimbangan
yang biasa digunakan pada senam pilates, cobalah untuk duduk di atasnya.
Secara perlahan, angkat kaki tak menyentuh tanah sehingga tampak seperti
dalam posisi duduk melayang. lakukan latihan ini secara rutin setiap pagi.
4. Latihan berdiri dan berjalan dengan trampolin. Berdirilah di atas trampolin,
dan ayun tubuh ke depan dan ke belakang. Jika ingin berjalan, maka lakukan
gerakan tersebut dengan tatapan menghadap ke depan. Lalu bergantian
8
lakukan gerakan tersebut dengan menatap ke samping kanan, lalu coba
menatap ke kiri.
5. Latihan melempar dan menangkap bola. Latihan ini sangat membantu
mengembalikan keseimbangan dinamis. Agar lebih menyenangkan, Anda bisa
lakukan latihan ini bersama anak atau teman.
6. Latihan cross over step. lakukan latihan ini dengan cara menyilangkan kaki di
depan lalu melangkah ke samping. Praktik seperti ini juga biasa dilakukan
dalam latihan dansa.
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
9
Letih, lemah, malaise
Keterbatasan gerak
Ketegangan mata, kesulitan membaca
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
Pucat, wajah tampak kemerahan.
3. Integritas Ego
5. Neurosensoris
10
Perubahan pada pola bicara/pola pikir
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam
Papiledema.
6. Nyeri/ kenyamanan
7. Keamanan
8. Interaksi sosial
9. Penyuluhan / pembelajaran
B. Diagnosa Keperawatan
11
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan
syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri
yang dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur,
gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-adekuatan relaksasi,
metode koping tidak adekuat, kelebihan beban kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi
dan kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-
adekuatannya mengikuti instruksi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan, iritasi/ tekanan
syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial ditandai dengan menyatakan nyeri yang
dipengaruhi oleh faktor misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
Tanda-tanda vital normal.
Pasien tampak tenang dan rileks.
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda tanda vital, 1.Mengenal dan memudahkan dalam
intensitas/skala nyeri. melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat 2.Istirahat untuk mengurangi intensitas
ditempat tidur. nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman
3.Posisi yang tepat mengurangi penekanan
mungkin.
dan mencegah ketegangan otot serta
4. Ajarkan teknik relaksasi,
mengurangi nyeri.
distraksi dan nafas dalam.
5. Kolaborasi dengan dokter
4. Relaksasi mengurangi ketegangan dan
dalam pemberian analgetik.
membuat perasaaan lebih nyaman.
12
nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.
13
3. Kurang pengetahuan (kenutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dnegan keterbatasan kognitif, tidak mengenal informasi dan
kurang mengingat ditandai oleh memintanya informasi, ketidak-adekuatannya
mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria hasil :
intervensi rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan klien 1. Mengetahui seberapa jauh
dan keluarga tentang pengalaman dan pengetahuan
penyakitnya. klien dan keluarga tentang
2. Berikan penjelasan pada klien penyakitnya.
tentang penyakitnya dan 2. Dengan mengetahui penyakit
kondisinya sekarang. dan kondisi nya sekarang,
3. Diskusikan penyebab klien dan keluarganya akan
individual dari sakit kepala merasa tenang dan
bila diketahui. mengurangi cemas.
4. Minta klien dan keluarga 3. Untuk mengurangi kecemasan
mengulangi kembali tentang klien serta menambah
materi yang telah diberikan. pengetahuan klien tentang
5. Diskusikan mengenai penyakitnya.
pentingnya posisi atau letak 4. Mengetahui seberapa jauh
tubuh yang normal. pemahaman klien dan
6. Anjurkan pasien untuk selalu keluarga serta menilai
memperhatikan sakit kepala keberhasilan dari tindakan
yang dialaminya dan faktor yang dilakukan.
faktor yang berhubungan. 5. Agar klien mampu melakukan
dan mengubah posisi/letak
14
tubuh yang kurang baik.
6. Dengan memperhatikan faktor
yang berhubungan klien dapat
mengurangi sakit kepala
sendiri dengan tindakan
sederhana, seperti berbaring,
beristirahat pada saat
serangan.
DAFTAR PUSTAKA
15
Carpernito L.J, 2010 .Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif , ed. 2, EGC, Jakarta.
Doenges M. E 2011 ,Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.
Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur , Cermin Dunia Kedokteran , Jakarta,William &
Wilkins, 2008.Nursing: Menafsirkan tanda-tanda dan gejala penyakit, indekspermata
puri media, Jakarta.
Manjoer, Arif, dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. EGC : Jakarta
Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
16