Anda di halaman 1dari 9

A.

Pemeriksaan Trombosit dengan kamar hitung Improved Neubauer


1. Alat dan bahan
 Alat-alat:
1. Mikroskop
2. Kamar penghitung Improved Neubauer dan gelas penutup
3. Pipet pengencer Thoma untuk eritrosit
4. Spuit dan torniquet
5. Gelas obyek
 Bahan-bahan:
1. Larutan Rees Ecker untuk pengecatan trombosit yang terdiri dari :
a. Sodium Citrate 3,8 g
b. Briliant Cherecyl Blue 0,1 g
c. Formalin 40% 2,2 ml
d. Aquadest add 100 ml
2. Prosedur
 Teknik Pelaksanaan
1. Gunakan sarung tangan (handscoon)
2. Bagian pipet kapiler Thoma untuk eritrosit harus dihisap Rees Ecker. Kamar
penghitung harus disiapkan, yaitu dengan penutun didisiapkan, yaitu dengan
penutup diletakkan diatas penutup menutupi kedua daerah penghitung.
Kamar penghitung sehingga gelas penutup menutupi kedua daau darah vena
dengan antikoagulan dihisap dengan pipet
3. Darah kapiler atau darah vena dengan antsampai tanda "0,5". Apabila
melampaui batas sedikit, darah Thoma eritrosit sampai tanda "0.5". Apabila
melampaui batas sedikit, darah dikeluarkan dengan menyentuh-nyentuhkan
ujung pipet. Bagian luar dihapus dengan kapas kering untuk menghilangkan
darah yang dari pipet dihapus dengan kapas kering untuk melekat disitu.
4. Segera larutan Rees Ecker dihisap sampai tepat mencapai tanda "101"
5. Kedua ujung pipet ditutup dengan ibu jari dan jari tengah lalu dikocok
dengan gerakan tegak lurus pada sumbu selama 2 menit, sekaligus
menghilangkan trauma terhadap eritrosit yang berlebihan dari pengaduk pada
pipet Thoma.
6. Larutan Rees Ecker yang terdapat dalam bagian kapiler dan yang tak
mengandung darah dibuang dengan meneteskan keluar isi pipet sebanyak 3
tetes.
7. Larutan darah dimasukkan kedalam kamar penghitung dengan menempatkan
ujung pipet pada tepi gelas penutup. Dengan adanya daya kapiler maka
larutan darah akan mengalir masuk antra gelas penutup dan kamar
penghitung dan mengisi daerah penghitung. Larutan darah yang dimasukkan
tidak boleh terlalu banyak, cukup bila darah sudah mengisi daerah
penghitung. Apabila terlalu banyak, maka gelas penutup akan mengapung
dan bila ini terjadi maka harus diulang dan tidak boleh menghisap larutan
darah yang terlalu banyak tersebut dengan kertas saring, kapas, tissue dll. Hal
ini akan menimbulkan gangguan distribusi sel-sel dalam kamar penghitung
8. Kamar penghitung yang sudah terisi ini diletakkan dibawah mikroskop dan
penghitungan dilakukan setelah kita tunggu 10 menit, dengan tujuan agar
trombosit mengendap dan kemudian dengan menggunakan obyektif 45X
dihitung berapa jumlah trombosit.

 Cara Menghitung
1. Dihitung jumlah trombosit yang terdapat dalam empatpersegi 1, 2, 3, 4 (lihat
gambar 3.). Keempat empatpersegi ini masing-masing mempunyai volume
0,10 cmm.
2. Sel-sel yang terletak dan menyinggung garis batas sebelah kiri dan atas
dihitung, sedangkan sel-sel yang terletak dan menyinggung garis batas
sebelah kanan dan bawah tidak dihitung, dengan tujuan agar sel-sel tidak
terhitung berkali-kali.
3. Cara menghitung sel-sel juga harus sistematik.

 Kalkulasi
Misalkan jumlah trombosit yang terdapat dalam keempat empatpersegi tersebut
adalah N jumlah volume keempat empatpersegi tersebut adalah 4/10 cmm (0,4)
dengan asumsi tebal larutan darah 0,1 mm. Jadi N trombosit terdapat dalam 0,4
cmm (=4/10 сmm) Dalam volume 1 cmm terdapat (1:4/10) X N trombosit = 2,5 N
trombosit. Pengenceran laruan darah adalah 200X, Jadi jumlah trombosit per cmm
darah adalah 200 X 2,5 N = 500 N

3. Percobaan
Hitung jumlah Trombosit
 identitas orang coba
Nama : Zalfa PutriLiana D
TTL : Bekasi, 30 April 2000
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
 hasil (jumlah Trombosit)
4. Pembahasan

Darah merupakan alat transportasi atau alat pengangkutan yang paling utama dalam
tubuh kita. Darah terdiri dari elemen-elemen dan berbentuk plasma yang jumlah nya
setara. Elemen-elemen itu terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit). Trombosit berperan penting dalam
pembentukan bekuan darah (Tarwoto, 2008).
Trombosit merupakan salah satu komponen darah yang terdapat pada tubuh manusia,
berperan penting dalam pembentukan bekuan darah. Trombosit berasal dari
fragmentasi sitoplasma megakariosit. Trombosit adalah sel darah yang tidak
mempunyai inti dengan ukuran diameter 1 – 4 µ dan volumenya 7-8 fl. Jumlah darah
dengan keadaan normal pada tubuh manusia adalah 150.000 – 350.000/ ul darah
(Harjo, 2011).
Pemeriksaan trombosit termasuk salah satu pemeriksaan hematologi yang banyak
diminta di laboratorium klinik. Disebabkan oleh makin meningkatnya kebutuhan akan
data tersebut dalam upaya membantu menegakkan diagnosis. Meningkatnya
permintaan pemeriksaan hitung trombosit, maka pemeriksaan hitung sel cara manual
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Walaupun demikian, hitung trombosit
secara manual masih dipertahankan. Disebabkan hitung trombosit secara manual
masih merupakan metode rujukan. Keuntungan lain ialah hitung secara manual
adalah dapat dilakukan di laboratorium yang tidakada aliran listrikdan juga karena
harga sebuah alat hitung otomatis cukup mahal (Gandasoebrata, 2010).
Salah satu pemeriksaan laboratorium pada trombosit adalah hitung jumlah trombosit.
Namun trombosit sukar di hitung karena mudah sekali pecah dan sulit dibedakan
dengan kotoran kecil. Trombosit dapat di hitung dengan beberapa cara yaitu cara
langsung dengan larutan Rees Ecker atau amonium oksalat 1%. Cara langsung
menggunakan larutan Rees Ecker, darah diencerkan dengan larutan yang terdiri dari
BCB (Brilliant Cresyl Blue), sehingga trombosit akan terwarnai terang kebiruan,
tetapi eritrosit tidak dilisiskan (Gandasoebrata, 2010).
Menurut Evelyn (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Pemeriksaan Jumlah
Trombositantara lain:
a. Faktor Patologis

Nilai trombosit menjadi rendah


1) Perbandingan volume darah dengan antikoagulan tidak sesuai dapat menyebabkan
kesalahan pada hasil,
a) Volume terlalu sedikit, sel-sel eritrosit mengalami krenasi, sedangkan trombosit
membesar dan mengalami disintregasi. Dapat diartikan jumlah trombosit akan
menurun.
b) Volume terlalu banyak dapat terbentuknya gumpalan yang akan berakibat
menurunya jumlah trombosit.
2) Pemeriksaan jumlah hitung trombosit yaitu penundaan pemeriksaan lebih dari 1
jam menyebabkan penurunan jumlah trombosit.
3) Penggunaan darah kapiler cenderung lebih rendah.
4) Pengambilan sampel darah yang lambat menyebabkan trombosit saling melekat
sehingga jumlahnya menurun palsu.
5) Tidak segera mencampur darah dengan antikoagulan atau pencampuran yang
kurang adekuat juga dapat menyebabkan agregrasi trombosit, bahkan terjadi bekuan.
6) Kesalahan pada saat pengambilan darah vena.

Nilai trombosit tinggi


1) Trombositosis, dikarenakan kegiatan fisik yang berlebihan
2) Bertambahnya produksi trombosit.
3) Trombositosis dibagi menjadi 2:
a) Trombositosis primer: terlihat pada gangguan meiloproliperatif seperti plositemia
vera atau leukemia granulomasitik kronik, dimana bersama kelompok sel lain
mengalami proliferasi abnormal sel megakariosit dalam sumsum tulang.
b) Trombosit sekunder: terjadi akibat stres atau kerja fisik disertai pengeluaran
trombosit dari pool cadangan (dari limpa) atau saat terjadinya peningkatan
permintaan sumsum seperti pada pendarahan atau pada anemia hemolitik.
Peningkatan juga ditemukan pada orang yang limpanya sudah dibuang dengan
pembedahan.
b. Faktor Teknis
1) Pra Analitik
Persiapan pasien, persiapan pengumpulan sampel, dan pengambilan spesimen.
2) Analitik
Pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan dan kalibrasi alat, kualitas reagen, dan
pemeriksaan sampel.
3) Pasca Analitik
Kegiatan pencatatan dan pelaporan hasil di laboratorium.

B. Pemeriksaan Retikulosit
1. Alat dan bahan
 Alat-alat :
1. Mikroskop
2. Spuit dan torniquet
3. Gelas obyek dan gelas penutup (cover glass)
 Bahan-bahan:
1. Larutan Brilliant Crecyl Blue dalam larutan garam fisiologis untuk pengecatan
retikulosit yang terdiri dari:
a. Brilliant Crecyl Blue 1,0 g
b. NaCl 0,85 g
c. Citras Natricus 0,40 g
d. Aquadest ad 100 ml
2. Prosedur
 PENGHITUNGAN RETIKULOSIT (METODE BASAH):
1. Sarung tangan (handschoon) digunakan sebelum melakukan pemeriksaan
2. Dua tetes darah kapiler atau darah vena dengan antikoagulansia dan 2 tetes cat
Brilliant Cresyl Blue dimasukkan kedalam botol kecil.
3. Dicampurkan dengan baik dan ditunggu sampai 15 menit.
4. Botol tersebut digoyang, lalu diambil satu tetes larutan darah tersebut dan
ditempatkan diatas gelas obyek kemudian ditutup dengan gelas penutup. Gelas
penutup ini ditekan supaya terjadi lapisan darah yang tipis antara gelas obyek
dan gelas penutup. Tepi gelas penutup diberi vaseline (apabila ada) untuk
mencegah kekeringan.
5. Periksa dibawah mikroskop dengan lensa obyektif 100X, dan digunakan
minyak emersi
6. Hitung sebanyak 1000 eritrosit dan di antara 1000 eritrosit itu, dicatat berapa
jumlah retikulosit yang ditemukan
3. Percobaan Hitung jumlah retikulosit
 identitas orang coba
Nama : Zalfa PutriLiana D
TTL : Bekasi, 30 April
2000
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
 hasil

4. pembahasan ( Teori, Pengertian,dll) disertakan sitasi


Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel, dan
mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat
mensintesis hemoglobin.( Savage, 1989)
Retikulosit di dalam perkembangannya melalui 6 tahap: pronormoblast, basofilik
normoblas, polikromatofilik normoblas, ortokromik normoblas, retikulosit, dan eritrosit.
Dalam keadaan normal keempat tahap pertama terdapat pada sumsum tulang. Retikulosit
terdapat baik pada sumsum tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang
memerlukan waktu kurang lebih 2 – 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke
dalam darah.( Watanabe, 1994)
PERKEMBANGAN DAN PEMATANGAN RETIKULOSIT
Selama proses eritropoiesis sel induk eritrosit yang paling tua atau late-stage
erytroblasts akan mengalami pematangan dengan menghilangnya inti sehingga
menjadi retikulosit. Dalam periode beberapa hari proses pematangan ini ditandai
dengan:
(1) penyempurnaan pembentukan hemoglobin dan protein lainya seperti halnya SDM
yang matang;
(2) adanya perubahan bentuk dari besar kelebih kecil, unifom dan berbentuk
biconcave discoid; dan
(3) terjadinya degradasi protein plasma dan organel internal serta residual protein
lainnya.
Bersamaan dengan adanya perubahan intrinsik ini retikulosit akan bermigrasi
kesirkulasi darah tepi. Namun demikian populasi retikulosit ini bukanlah sesuatu
yang homogen oleh karena adanya tingkatan maturasi yang berbeda dari retikulosit
tersebut. Dengan meningkatnya rangsangan eritropoisis seperti misalnya adanya
proses perdarahan atau hemolisis, jumlah dan proporsi dari sel retikulosit muda akan
meningkat baik didalam sumsum tulang maupun didarah tepi. Ada perbedaan masa
hidup antara retikulosit normal dan retikulosit muda (imatur) yaitu membran
retikulosit imatur akan lebih kaku dan tidak stabil, disamping itu retikulosit imatur ini
masih mempunyai reseptor untuk protein adesif sedangkan retikulosit normal telah
kehilangan reseptor ini begitu sel ini bermigrasi ke perifer. Suatu studi
memperkirakan lama waktu tinggal retikulosit disumsum tulang sebelum memasuki
sirkulasi darah tepi bervariasi antara 17 jam pada tikus normal sampai 6,5 jam pada
tikus yang menderita anemia.

Walaupun retikulosit baik di sumsum tulang maupun di darah tepi bisa dipisahkan
dari kontaminasi sel yang sama dari kompartemen yang berbeda akan tetapi
pemisahan ini tidak sempurna sekali sehingga metode untuk membedakan masih
perlu disempurnakan untuk mengetahui dengan tepat fungsi fisiologis dan maturasi
dari retikulosit. Diperkirakan waktu pematangan retikulosit adalah berkisar antara 2-5
jam, tergantung metode yang dipakai, spesies yang dipelajari dan juga tingkat
stimulasi proses eritropoesis tersebut. Faktor yang menentukan kapan retikulosit
keluar dari sumsum tulang ke sirkulasi masih belum jelas diketahui. Ada studi yang
mendapatkan bahwa perbedaan spesies dapat menentukan perbedaan jumlah
retikulosit yang beredar didarah tepi, dimana pada tikus dan babi didapatkan jumlah
retikulosit yang banyak sedang pada manusia, anjing dan kucing jumlahnya sedikit
bahkan pada kuda hampir tidak didapatkan atau sedikit sekali. Perbedaan yang unik
ini bisa dikenali dengan metode manual dengan pengecatan supravital seperti metode
biru metilen.

Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosome


terbanyak, sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosome.
Pada pewarnaan Wright retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berukuran lebih
besar dan berwarna lebih biru daripada eritrosit. Retikulum terlihat sebagai bintik-
bintik abnormal. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan bintik-
bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome tersebut.
(Winamo, 2017).
Hitung retikulosit merupakan indicator aktivitas sumsum tulang dan
digunakan untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi
menggambarkan eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di
darah tepi menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang.
Sebaliknya, hitung retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan
keadaan hipofungsi sumsum tulang atau anemia aplastik. (Winamo, 2017).
Pemeriksaan retikulosit dapat menggunakan dua cara yaitu dengan sediaan
metode basah dan sediaan metode kering, untuk sediaan dengan metode basah tepat
dipakai dalam laboratorium rutin karena memiliki keuntungan, yaitu tidak
memerlukan waktu yang terlalu lama, di inkubasi, mudah dalam pembuatan sediaan,
selain menggunakan BCB 1% dalam methanol, dapat juga menggunakan BCB 1%
dalam NaCl. Sedang kerugiannya, yaitu pada saat pembacaan dan penghitungan
jumlah retikulosit, komponen dan jenis sel-sel darah masih dapat bergerak, sehingga
menyebabkan sel-sel tersebut saling bertumpukan. Sediaan metode kering memiliki
keuntungan, yaitu pada proses pembacaan dan penghitungan yang mudah, eritrosit
menyebar dan kerugian pada pemeriksaan retikulosit dengan metode kering terletak
pada waktu yang memerlukan inkubasi 15-30 menit, sehingga menyebabkan proses
pemeriksaan lebih lama (Winamo, 2017).

DAFTAR PUSTAKA
Evelyn C. Pearce. 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat.
Harjo dan Aditya Dwi Resky. 2011 Perbedaan Hasil Pemeriksaan Hitung Jumlah Trombosit
Cara Manual dan Cara Automatik (Analizer), (Online), (http://digilib.unimus.ac.id, diakses
tanggal 24 Mei 2016).
Tarwoto. 2008. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit : Trans Info Media
Savage., et al, 1989. Analytic inaccuracy and imprecision in reticulocyte counting: a preliminary
report from the College of American Pathologists ReticulocyteProject. J Blood Cells.
1985;11(1):97-112.
Watanabe, et al. 1994. Reticulocyte maturity as an indicator for estimating qualitative
abnormality of eritropoesis. J Clin Pathol. 1994 Aug;47(8):736-9.
Winarno, AA., Setyawati. 2017. IPR (Indeks Produksi Retikulosit) pada Berbagai Klasifikasi
Anemia. Makalah Bebas Nasional.
LAMPIRAN
1. HITUNG TROMBOSIT

Darah kapiler dengan Kedua ujung pipet ditutup dg


Larutan Rees Ecker dihidap
antikoagulan dihisap dg ibu jari dan jari tengah lalu
sampai tanda 101
pipet Thoma sampai tanda dikocok dg Gerakan lurus
0,5 selama 2 menit dan setelah
itu dibuang 3 tetes
2. HITUNG RETIKULOSIT

Ambil 2 tetes darah Ambil 2 tetes cat Dicampurkan dengan


kapiler atau darah vena Brilliant Cresyl Blue dan baik dan ditunggu 15
dan masukkan dlm masukkan dlm tabung menit
sebuah tabung yang sdh terisi 2 tetes
darah

Tabung digoyangkan Amati dibawah


dan ambil 1 tetes mikroskop pembesaran
campuran tsb lalu 100x dan lihat hasilnya
letakkan di obyek glass
dan tutup dg cover glass

Anda mungkin juga menyukai