Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS JURNAL

PERILAKU PERAWAT MENERAPKAN PRINSIP ENAM


BENAR PEMBERIAN OBAT MENCEGAH KEJADIAN
TIDAK DIHARAPKAN

Oleh :

TIARA IMELDA
21219076

Dosen Pembimbing : Yuniza, S.Kep.,Ns.,M.Kep

PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKes MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


1. LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Manajemen Keperawatan


Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan
integrasi sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses
manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan
dan pelayanan keperawatan. Manajemen keperawatan didefinisikan
sebagai suatu proses melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2015).

B. Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan


Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan Seorang manajer keperawatan
melaksanakan manajemen keperawatan untuk memberikan perawatan
kepada pasien. Swanburg (2000) menyatakan bahwa prinsip-prinsip
manajemen keperawatan sebagai berikut:
1. Manajemen keperawatan adalah perencanaan
2. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif
3. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan
4. Pemenuhan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan
manajer perawat
5. Manajemen keperawatan adalah suatu perumusan dan pencapaian
tujuan sosial
6. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian
7. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi atau tingkat
sosial, disiplin, dan bidang studi
8. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan, dari
lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi
9. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan
10. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
11. Manajemen keperawatan memotivasi
12. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
13. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian
C. Fungsi Manajemen Keperawatan
Fungsi manajemen keperawatan (Nursalam, 2015) :
1. Planning (perencanaan) sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan organisasi sampai dengan menyusun dan
menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya, melalui
perencanaan yang akan daoat ditetapkan tugas- tugas staf. Dengan
tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk
melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang
dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas- tugasnya
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan manajemen
untuk menghimpun semua sumber data yang dimiliki oleh organisasi
dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, coordinating) atau penggerakan
adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu
bekerja secara optimal dan melakukan tugas- tugasnya sesuai dengan
ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya
yang tersedia.
4. Controlling (pengawasan, monitoring) adalah proses untuk mengamati
secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun
dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

D. Elemen Manajemen Keperawatan


Elemen manajemen keperawatan, dalam sistem terbuka yaitu sebagai
berikut :
1. Input
Input dari proses manajemen keperawatan antara lain sebuah
informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
2. Proses
Proses adalah jumlah kelompok manajer atau dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai
tugas dan wewenang untuk dapat melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan.
3. Output
Dari proses manajemen keperawatan adalah suatu asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset.
4. Kontrol
Dalam proses manajemen keperawatan termasuk suatu budget
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, standar prosedur, dan
akreditasi.
5. Umpan Balik
Proses manajemen keperawatan berupa laporan finansial dan suatu
hasil audit keperawatan.

E. Pemberian Obat
1. Definisi Obat
Obat yaitu zat kimia yang dapat mempengaruhi jaringan
biologi pada organ tubuh manusia (Batubara, 2008). Definisi lain
menjelaskan obat merupakan sejenis subtansi yang digunakan dalam
proses diagnosis, pengobatan, penyembuhan dan perbaikan maupun
pencegahan terhadap gangguan kesehatan tubuh. Obat adalah sejenis
terapi primer yang memiliki hubungan erat dengan proses
penyembuhan sebuah penyakit (Potter & Perry, 2009).

2. Prosedur pemberian obat


Dokter merupakan penanggung jawab utama dalam pemberian
resep obat bagi masing-masing pasien yang dirawat di rumah sakit.
Kemudian apoteker memberikan obat yang sesuai dengan resep
dokter. Sedangkan cara dalam pemberian obat harus sesuai dengan
prosedur dan tergantung padakeadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat obat, dan tempat kerja obat yang
diinginkan serta pengawasan terkait efek obat dan sesuai dengan SOP
rumah sakit yang bersangkutan (Depkes, 2014).
Prosedur pemberian obat berdasarkan prinsip 7 benar
pemberian obat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
perawat dalam memersiapkan obat yang diberikan kepada pasien
sebagai upaya mencegah terjadinya kesalahan obat yang diterima
pasien (RSU PKU Muhammadiyah Bantul, 2014).

3. Prinsip enam benar dalam pemberian obat


Perawat sebagai pelaksana dalam memberikan obat hanya
boleh memberikan obat sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh
dokter dan melakukan pengecekan ulang apabila ada keraguan
terhadap instruksi tersebut. Proses pemberian obat minimal
menggunakan prinsip 7 benar dalam pemberian obat dengan cara
membandingkan resepyang didapatkan terhadap label obat. Adapun
prinsip 6 benar antara lain :
a. Benar pasien
Perawat harus memastikan sebelum memberikan obat apakah
obat yang diberikan benar sesuai dari catatan keperawatan
dengan identitas gelang klien. Identifikasi menggunakan dua
identitas klien dan penanda alergi klien.
b. Benar dosis
Setelah memastikan bahwa obat yang akan diberikan pada klien
benar, perawat juga perlu memastikan dosis dengan jumlah yang
benar. Semua perhitungan dosis obat harus diperiksa ulang agar
tidak terjadi kesalahan pemberian obat.
c. Benar jenis obat
Sebelum memberikan obat pada klien, perawat memastikan
kembali obat yang telah diresepkan oleh dokter dengan
memeriksa label obat sebanyak tiga kali.
d. Benar waktu
Perawat perlu memastikan kapan waktu yang tepat untuk
memberikan obat. Sebagai contoh klien diberikan resep obat
dokter yang diberikan 8 jam sekali dalam tiga kali sehari, misal
dari pukul 6 pagi, 2 sore, dan jam 10 malam.
e. Benar cara pemberian
Sikap hati-hati sangat diperlukan agar perawat dapat memberikan
obat yang benar. Perawat perlu memastikan apakah obat yang
akan diberikan sudah dengan jalur yang tepat. Perawat juga perlu
berkonsultasi pada dokter jika tidak disertakan jalur pemberian
obat.
f. Benar Dokumentasi
Setelah pemberian obat perawat harusmencatat tindakan yang
telah diberikan segera setelah tindakan dengan mencatat nama
klien, nama obat dan alergi, dosis obat, jalur obat, serta waktu
pemberian obat.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat Menurut


Harmiady (2014) dalam penelitiannya menyatakan ada tiga faktor
yang mempengaruhi perawat dalam pemberian obat antara lain:
a. Tingkat pengetahuan perawat
Perawat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi cenderung
untuk mampu melaksanakan prinsip benar dalam pemberian obat
dengan tepat dibandingkan yang memiliki pengetahuan yang
kurang baik. Seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan yang
baik akan memiliki adab yang baik dan mengamalkan ilmu
tersebut. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar
untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi oleh pasien.
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan yang telah dicapai oleh perawat dapat digunakan
sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat dan juga berperan dalam menurunkan
angka kesakitan.Dengans emakin tingginya tingkat pendidikan
seseorang dapatmembantu menekan/menurunkan tingginya
angka kesakitan pada pasien (Nursalam, 2015). Semakin tinggi
tingkat pendidikan perawat maka semakin baik kemampuan
perawat dalam melaksanakan prinsip-prinsip dalam pemberian
obat. Hal ini disebabkan karena ukuran tingkat pendidikan
seseorang bisa menjadi tolak ukur sejauh mana pemahaman
perawat terhadap prosedur dan prinsip yang berlaku dalam
lingkup kerjanya.
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja perawat merupakan tingkah laku seseorang yang
mendorong kearah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu
kebutuhan baik secara internal maupun eksternal dalam
melaksanakan perannya. Semakin baik motivasi kerja yang
dimiliki perawat maka cenderung mendorong diri mereka untuk
melaksanakan prinsip dan prosedur yang berkaitan dibandingkan
yang memiliki motivasi yang kurang.

5. Akibat Kesalahan Pemberian Obat


Menurut Kemenkes (2011) akibat kesalahan pemberian obat
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Adverse drug event, adalah suatu insiden dalam pengobatan yang
dapat menyebabkan kerugian pada pasien. Adverse drug event
meliputi kerugian yang bersifat intrisikbagi individu/pasien
contoh :
1) Meresepkan obat NSAID pada pasien dengan riwayat pad
pasien dengan riwayat penyakit ulkus peptik yang
terdokumentasi di rekam medis, yang dapat menyebabkan
pasien menggalami perdarahan saluran cerna.
2) Memberikan terapi antiepilepsi yang salah, dapat
menyebabkan pasien menggalami kejang.
b. Adverse drug reaction, merupakan respon obat yang dapat
membahayakan dan menimbulkan kesalahan dalam pemberian
obat seperti hipersensitivitas, reaksi alergi, toksisitas dan
interaksi antar obat berdasarkan penelitian Nurinasari (2014)
sebagai berikut :
1) Hipersensitivitas
Reaksi yang muncul ketika klien sensitif terhadap efek obat
karena tubuh menerima dosis obat yang berlebihan.
hipersensitivitas obat biasanya terjadi sekitar 3 minggu
hingga 3 bulan setelah pemberian obat, yang ditandai oleh
demam dan munculnya lesi pada kulit.
2) Alergi
Reaksi alergi obat adalah reaksi melalui mekanisme
imunologi terhadap masuknya obat yang dianggap sebagai
benda asing dalam tubuh dan tubuh akan membuat antibodi
untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh.
3) Toksisitas
Akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan
zat di dalam darah karena gangguan metabolisme tubuh.
4) Interaksi antar obat
Reaksi suatu obat dipengaruhi oleh pemberian obat secara
bersamaan, sehingga terjadi interaksi obat yang kuat atau
bertentangan terhadap efek dari obat.

6. Peran Perawat Dalam Pemberian Obat


a. Perawat
Perawat adalah seorang petugas pelayanan kesehatan yang
turut serta dalam merawat, proses penyembuhan, usaha
rehabilitasi, dan pencegahan suatu penyakit dibawah pengawasan
dokter atau kepala ruang (Depkes RI, 2007). Perawat adalah
seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
di dalammaupun di Iuar negeri yang diakui oleh
Pemerintahsesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang
undangan. (Undang-Undang RI, 2014).
1) Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun
1989 (Hidayat, 2011) terdiri dari tujuh peran yaitu :
a) Pemberi asuhan keperawatan Perawat memperhatikan
kebutuhan dasar manusia klien dengan memberikan
pelayanan keperawatan salah satunya memberikan obat
dengan benar untuk membantu dalam proses
penyembuhan.
b) Advokat Perawat berperan dalam memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh klien dan keluarga dan membantu
klien dalam pengambilan keputusan tindakan
pengobatan yang akan diberikan, dan juga berperan
dalam melindungi hak pasien.
c) Edukator
Perawat berperan memberikan pendidikan kesehatan
tentang penyakit, gejala dan pengobatan yang akan
diberikan bagi klien.
d) Koordinator Perawat mengoordinasi aktivitas tim
kesehatandalam pemberian obat saat mengatur
perawatan pasien, serta waktu kerja dan sumber daya
yang ada di rumah sakit.
e) Kolaborator
Perawat berkolaborasi dengan tim kesehatan lain,
seperti dokter dan farmasi yang bekerja di rumah sakit
untuk menentukan pemberian obat yang tepat untuk
klien.
f) Konsultan
Perawat berkonsultasi dengan tim kesehatan dalam
pemberian obat terkait tindakan keperawatan yang akan
diberikan sudah tepat.
g) Pembaharu
Peran ini perawat sebagai pembaharu dengan membuat
perencanaan pemberian obat dengan metode pelayanan
keperawatan yang sudah dikonsultasikan dengan tim
kesehatan lain.Dalam hal ini Perawat juga sangat
berperan penting dalam proses pelaksanaan pemberian
obat. Perawat juga perlu pengetahuan dan keterampilan
serta pengetahuan yang sangat baik agar perawat
mengerti mengapa obat itu diberikan dan bagaimana
kerja obat di dalam tubuh serta tidak terjadi kesalahan
dalam pemberian obat. Perawat perlu memeriksa apakah
klien dapat meminum obatnya sendiri, apakah obat
sudah diminum benar dan tepat waktu serta perhatikan
efek obat (Potter & Perry, 2009).

2. KASUS ATAU SKENARIO KLINIS

Pengkajian primer yang dilakukan pada tanggal 16-17 Maret 2020. Ditemukan
prioritas masalah berdasarkan CARL di Ruang Rasyid Thalib RS
Muhammadiyah Palembang. Prioritas masalah tersebut yaitu : 1) Berdasarkan
Penilaian Proses Pelaksanaan Handover di ruang diruang Rasyid Thalib pada
tanggal 16 Maret – 17 Maret 2020, didapatkan hasil SOP hand over belum
terlaksana secara optimal salah satunya yaitu adanya perawat yang tidak
melakukan handover keliling ke setiap ruangan sebesar 56,3 %. 2)
Berdasarkan Penilaian Kepatuhan Perawat Terhadap 5 Momen Kebersihan
Tangan di Ruang perawatan Rasyid Thalib, hasil observasi sebesar 42% yaitu
didapat dari poin, perawat masih kurang patuh terhadap cuci tangan sebelum
ke pasien dan sesudah kontak dengan pasien maupun lingkungan pasien.
Ditemukan perawat yang mencuci tangan ketika akan melakukan
tindakan/kontak pasien, setelahnya memakai handscone, tetapi ketika
berpindah kepasien lain dan melakukan kontak, tidak mengganti handscone
dan tidak melakukan cuci tangan kembali. 3) Berdasarkan Pengukuran
Instrument Patient Safety : Pemberian Obat Di Ruang Rasyid Thalib Periode
16-17 Maret RS Muhammadiyah Palembang tahun 2020 Pemberian obat
dengan prinsip 6 benar pemberian obat iv bolus 55% dan pemberian obat oral
53% termasuk dalam kategori cukup baik. Akan tetapi masih ditemukannya
loker obat tidak diberi label nama pasien untuk memisahkan obat antar pasien.
Masih ditemukannya perawat tidak menjelaskan tujuan dan manfaat saat
melakukan injeksi pada pasien. Masih ditemukannya perawat yang tidak
mengetahui prosedur penggunaan obat high alert.

3. RUMUSAN MASALAH
PICO
1) Problem : Prinsip Pemberian obat
2) Intervensi : Penerapan prinsip 6 (enam) benar pemberian obat
3) Comparing :-
4) Outcome : Mencegah kejadian tidak diharapkan

4. METODE/STRATEGI PENELUSURAN JURNAL


Teknik mencari jurnal dengan memasukkan keyword jurnal keperawatan
tentang pemberian obat dengan prinsip enam benar, ditemukan 56 hasil.
Namun dipilih salah satu ialah dengan judul “Perilaku Perawat Menerapkan
Prinsip Enam Benar Pemberian Obat Mencegah Kejadian Tidak Diharapkan”.

5. HASIL PENELUSURAN BUKTI/TELAAH JURNAL


a. Validity
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Rumah Sakit
Muhammadiyah Gresik sebanya.k 65 perawat. Sampel yang diambil
adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi melalui Total Sampling
sebanyak 61 perawat

b. Importance dalam hasil


Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan observasi
kemudian dianalisis menggunakan korelasi Spearman Rho dengan tingkat
signifikansi ρ < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi
yang rendah antara pengetahuan perawat dalam penerapan prinsip 6
(enam) benar pemberian obat dan kejadian tidak diharapkan (ρ = 0,019
dan r = 0,299). Ada korelasi yang kuat antara sikap perawat dalam
penerapan prinsip 6 (enam) benar pemberian obat dan kejadian tidak
diharapkan (ρ = 0,000 dan r = 0,701). Ada korelasi yang rendah antara
tindakan perawat dalam penerapan prinsip 6 (enam) benar pemberian obat
dan kejadian tidak diharapkan (ρ = 0,003 dan r = 0,369). Perilaku perawat
dalam penerapan prinsip 6 (enam) benar pemberian obat memiliki
korelasi rendah dengan kejadian tidak diharapkan.

c. Applicability
Dalam jurnal yang ditemukan, instrumen yang digunakan dalam
penelitian tersebut ialah dengan pembagian kuesioner kepada perawat
tentang pengetahuan dan sikap perawat dalam penerapan prinsip 6 (enam)
benar dalam pemberian obat dan observasi (checklist) untuk tindakan
perawat dalam penerapan prinsip 6 (enam) benar pemberian obat dan
kejadian KTD (Kejadian Tidak Diinginkan). Hasil kuesioner didapatkan
responden paling banyak mengetahui cara menerapkan 6 (enam) benar
pemberian obat pada pasien sesuai dengan langkah-langkah dalam standar
operasional prosedur (SOP) pemberian obat. Hal ini mungkin disebabkan
karena pada standar asuhan keperawatan di RS Muhammadiyah Gresik
telah terakomodir secara lengkap dan telah diterapkannya prinsip-prinsip
tersebut selama perawatan. Disamping itu seluruh perawat telah
mengikuti pelatihan KTD yang terkait dalam pemberian obat baik
inhousetraining maupun exhouse training. Berdasarkan hal tersebut
membuktikan bahwa pendidikan dan pelatihan (refreshing course)
mengenai pengetahuan bagi perawat dalam menerapkan prinsip 6 (enam)
benar pemberian obat dan bertujuan untuk menunjang sikap yang dapat
meningkatkan pemahaman perawat merupakan bagian edukasi integral
dari tindakan pemberian obat pada pasien.
6. DISKUSI
Berdasarkan hasil observasi di ruang Rasyid Thalib (Ruang anak) Rumah
Sakit Muahammadiyah Palembang, tentang pemberian obat yaitu di Ruang
Rasyid Thalib sudah cukup menerapkan dengan prinsip enam benar, namun
ada beberapa perawat terkadang tidak menerapkan SOP yang berlaku di
Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang. Sedangkan yang terdapat dijurnal
bahwa perawat telah menerapkan standar asuhan keperawatan di RS
Muhammadiyah Gresik telah terakomodir secara lengkap dan telah
diterapkannya prinsip-prinsip tersebut selama perawatan. Disamping itu
seluruh perawat telah mengikuti pelatihan KTD yang terkait dalam pemberian
obat baik inhousetraining maupun exhouse training.

7. KESIMPULAN
Jika perawat di Rumah Sakit menerapkan standar asuhan keperawatan dan
prinsip enam benar pemberian obat selama perawatan., disertai perawat
mengikuti pelatihan KTD yang terkait dalam pemberian obat baik
inhousetraining maupun exhouse training. Maka Kejadian tidak diinginkan
tidak akan terjadi.

8. DAFTAR PUSTAKA
Batubara, 2008. Farmakologi Dasar. Jakarta : Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi
Depkes RI. 2014. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Nursalam. 2015. Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional). Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Swanburg. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Jakarta : EGC
Wahyuni Rida Maelana. 2018. Perilaku Perawat Menerapkan Prunsip Enam
Benar Pemberian Obat Mencegah Kejadian Tidak Diharapkan.
Journals of Ners Community Volume

Anda mungkin juga menyukai