Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID

(untuk memenuhi tugas individu mata kuliah KMB II)

Dosen pembimning :
Rosliana Dewi, S.Kep,M.H.Kes,M.Kep

Disusun oleh :
Ani Gayatri
Kelas : 2B D3 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak
lupasholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Rosliana Dewi, S.Kp,M.Kes,M.Kep dan teman – teman semua
yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik asuhan keperawatan
hipotiroid .Program D3 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami
makalah ini. Demikianlah makalah ini saya susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa saya harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar
menjadi lebih baik.

Sukabumi, 17 april 2020

Ani Gayatri

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………. i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………... 1
1.3 Tujuan …………………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipotirod.................................................................................................3

2.2 Etiologi Hipotiroid................................................................................................3

2.3 Patofisiologi Hipotiroid........................................................................................3

2.4 Patway Hipotiroid.................................................................................................4

2.5 Menisfestasi klinis Hipotiroid...............................................................................5

2.6........................................................................................................ Pemeriksaan
Penunjang Hipotiroi........................................................................................ 5

2.7........................................................................................................ Penatalaksanaan
Hipotiroid………………………………………………..6
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPOTIROID
Asuhan Keperawatan …………………………………………………………...... 7

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………… 11
4.2 Saran ……………………………………………………………………………….. 11
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hipotiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering dibandingkan laki-laki dan
paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun. Dibedakan hipotiroidisme klinis dan
hipotiroidisme subklinik. Hipotiroidisme klinik ditandai dengan kadar TSH tinggi dan kadar fT4
rendah, sedangkan pada hipotiroidisme subklinis ditandai dengan TSH tinggi dan kadar fT4
normal, tanpa gejala atau ada gejala sangat minimal. Hipotiroidisme merupakan kumpulan tanda
dan gejala yang manifestasinya tergantung pada: usia pasien, cepat tidaknya hipotiroidisme
terjadi, dan ada tidaknya kelainan lain (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2006).
Komplikasi yang terjadi apabila hipotiroidisme tidak diatasi dapat menyebabkan koma
miksedema (Engram, 1999).
Penggantian hormone-hormon tiroid seperti natrium levotiroksin (Synthroid), natrium
liotironin (Cytomel), dan diet rendah kalori merupakan penatalaksanaan dari hipotiroidisme
(Engram, 1999).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari hipotiroid?
2. Apa saja etiologi dari hipotiroid?
3. Bagaimana patofisiologi dari hipotiroid?
4. Bagaimana Patway Hipotiroid?
5. Apa manisfestasi klinis dari hipotiroid?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang hipotiroid?
7. Bagaimana penatalaksanaan hipotiroid?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada hipotiroid?

1
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi dari hipotiroid
2. Untuk mengetahui etiologi dari hipotiroid
3. Untuk mengetahui patofisiologi hipotiroid
4. Untuk mengetahui patway hipotiroid
5. Untuk mengetahui manisfestasi klinis hipotiroid
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipotiroid
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hipotiroid
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada hipotiroid

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Hipertiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi tiroid yang
berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid. Keadaan ini terjadi akibat kadar
hormone tiroid berada di bawah nilai optimal. (Smeltzer, 2002)
Hipotiroid merujuk pada kondisi yang dikarakteristikkan oleh tak disekresikannya
hormon-hormon tiroid. Ini dimanifestasikan dengan pelambatan semua fungsi tubuh dan mental
secara umum. (Engram, 1999)
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipoetabolik akibat definisi hormone yang dapat terjadi
disetiap umur(nicnoc)

2.2 Etiologi

Etiologi Hipotiroidisme (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011)


1. Hipotiroidisme pada dewasa
a) Produksi hormone tiroid yang tidak adekuat, biasanya sesudah tiroidektomi atau terapi
radiasi (terutama dengan preparat I131) atau akibat inflamasi, tiroiditis autoimun yang
kronis (penyakit Hashimoto) atau keadaan seperti amyloidosis serta sarkoidosis (jarang).
b) Kegagalan hipofisis memproduksi TSH, kegagalan hipotalamus memproduksi TRH
(Thyrotropin-Releasing Hormone), kelainan bawaan sintetis hormone tiroid, defisiensi
yodium (biasanya dari makanan), atau pemakaian obat-obat antitiroid, seperti
propiltiourasil.

2. Hipotiroidisme pada anak

a) Perkembangan embrionik mengalami defek (penyebab paling sering) sehingga timbul


kelainan konginital, yakni kelenjar tiroid tidak terdapat atau tidak berkembang
(kretinisme pada bayi)
b) Defek resesif autosom yang diturunkan pada sintesis tiroksin (penyebab paling sering
berikiutnya).
c) Obat-obat anti tiroid yang digunakan selama kehamilan dan menyebabkan kretinisme
pada bayi (penyebab yang jarang dijumpai).
d) Tiroiditis autoimun yang kronik (kretinisme trjadi sesudah usia 2 tahun)
e) Defisiensi yodum selama kehamilan
2.3 Patofisiologi

Patofisiologi Hipotiroidisme (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2011)

3
Hipotiroidisme dapat mencerminkan malfungsi hipotalamus, hipofisis, atau kelenjar tiroid yang
semuanya merupakan bagian dalam mekanisme umpan balik negative yang sama. Akan tetapi,
gangguan pada hipotalamus dan hipofisis jarang menyebabkan hipotiroidisme. Hipotiroidisme
primer, yang merupakan gangguan kelenjar tiroid itu sendiri paling sering ditemukan.

Tiroiditis autoimun kronis, juga disebut tiroiditis limfositik kronis, terjadi ketika autoantibodi
menghancurkan jaringan kelenjar tiroid. Tiroiditis autoimun kronis yang disertai penyakit
gondok (goiter) dinamakan tiroiditis Hashimoto. Penyebab proses autoimun ini tidak diketahui
kendati hereditas memainkan peranan dan subtype antigen leukosit manusia yang spesifik
dikaitkan dengan resiko yang lebih besar.

Di luar kelenjar tiroid, antibody dapat mengurangi efek hormone tiroid melalui dua cara.
Pertama, antibody dapat menyekat reseptor TSH (Thyroid-Stimulating Hormone) dan mencegah
produksi TSH. Kedua, antibody antitiroid yang sitotoksik dapat menyerang sel-sel tiroid.

Tiroiditis sub akut, tiroiditis tanpa rasa nyeri, dan tiroiditis pascapartum merupakan keadaan
yang sembuh sendiri dan biasanya akan diikuti episode hipertiroidisme. Hipotiroidisme subklinis
yang tidak diobati pada dewasa kemungkinan akan menjadi nyata dengan insiden sebesar 5%
hingga 20% per tahun.

2.4 Patway Hipotiroid

4
2.5 Menifestasi Klinis Hipotiroid

Manifestasi Klinis Hipotiroidisme (Corwin, 2009)


1. Kelambanan berfikir lambat, dan gerakan yang canggung dan lambat.
2. Penurunan frekuensi jantung, pembesaran jantung (jantung miksedema), dan penurunan
curah jantung.
3. Pembengkakan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di pergelangan kaki.
4. Intoleransi terhadap suhu dingin.
5. Penurunan laju metabolism, penurunan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan dan
absorpsi zat gizi yang melewati usus.
6. Konstipasi.
7. Perubahan fungsi reproduksi.
8. Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan rambut tubuh yang tipis dan rapuh.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. T3 dan T4 serum rendah
2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
- Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
-Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningka

4. Titer autoantibody tiroid tinggipada > 80% kasus


5. Peningkatan Kolestrol
6. Pembesaran jantung pada sinar X dada
7. EKG menunjukan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T
datar atau inverse

5
2.7 Penatalaksanaan Hipotiroid

1. Modifikasi Aktivitas
Penderita hipotiroidisme akan mengalami pengurangan tenaga dan letargi sedang hingga
berat. Sebagai akibatnya, risiko komplikasi akibat imobilitas akan meningkat. Kemampuan
pasien untuk melakukan latihan dan berperan dalam berbagai aktivitas menjadi terbatas
akibat perubahan pada status kardiovaskuler dan pulmoner yang terjadi akibat
hipotiroidisme.
2. Pemantauan yang berkelanjutan
Pemantauan TTV dan tingkat kognitif pasien dilakukan dengan ketat selama penegakan
diagnosis dan awal terapi untuk mendeteksi: kemunduran status fisik serta mental, tanda-
tanda serta gejala yang menunjukan peningkatan laju metabilik akibat terapi yang
melampaui kemapuan reaksi sistem kardiovaskuler dan pernafasan, dan ketarbatasan atau
komplikasi miksedema yang berkelanjutan.
3. Pengaturan suhu
Pasien sering mengalami gejala menggigil dan menderita intoeransi yang ekstrim terhadap
hawa dingin meskipun dia berada dalam ruangan nersuhu nyaman atau panas. Ekstra
pakaian dan selimut dapat diberikan, dan pasien harus dilindungi terhadap hembusan angin.
Jika pasien ingin menggunakan bantal pemanas atau selimut listrik untuk mengurangi
gangguan rasa nyaman dan gejala menggigil tersebut, perawat harus menjelaskan bahwa
penggunaan alat ini harus dihindari karena beresiko menyebabkan vasodilatasi perifer,
kehilangan panas tubuh yang lebih lanjut dan kolabs vaskuler.
4. Dukungan emosional
Setelah kondisi hopotiroidisme berhasil diobati dan semua gejalanya sudah berkurang,
pasien dapat mengalami depresi dan rasa bersalah sebagai akibat dari progresifitas serta
intensitas gejala yang timbul. Pasien dan keluarganya harus diberitahu bahwa semua gejala
tersebut serta ketidakmampuan untuk mengenalinya sering terjadi dan merupakan bagian
dari kelainan itu sendiri. Pasien dan keluarganya mungkin memerlukan bantuan dan
konseling untuk mengatasi masalah dan reaksi emosional yang muncul.
5. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah
Pasien diberitahu untuk terus minum obat seperti yang diresepkan dokter meskipun gejala
sudah membaik. Intruksi tentang diet diberikan untuk menigkatkan penurunan berat badan
begitu pengobatan dimulai, untuk menpercepat pemulihan pola defekasi normal. Akibat
pelambatan proses mental pada hipotiroidisme, maka anggota keluarga harus diberitahu dan
dijelasakan tentang tujuan terapi, progra pengobatan serta efek samping yang harus
dilaporkan kepada dokter. Selain itu, semua instruksi dan pedonan ini harus disamapaikan
pula secar tetulis kepada pasien, keluarga, dan perawat kunjungan rumah.

6
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOTIROID

3.1 Pengkajian
Dampak penurunan kadar hormone dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu
lakukanlah pengkajian terhadap hal-hal penting yang dapat menggali sebanyak
mungkin informasi antara lain :
1. Anamnesis
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal, dan jam masuk
RS, no register, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama klien
d. Mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh :
 Sistem pulmonary : Hipovenilasi, efusi pleura, dipsnea
 Sistem percernaan : Anoreksia, opstipasi, distensi abdomen
 Sistem kardiovaskuler : Brakikardi, disritmia, cardiomegali
 Sistem musculoskeletal : Nyeri otot, kontraksi, dan relaksasi otot
lambat
 Sistem neurologic dan emosi/psikologis : Fungsi intelektual lambat,
berbicara lambat, dan terbata-bata, gangguan memori
 Sistem reproduksi : Perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan
libido
 Metabolic : Penurunan metabolisme basal, penurunan suhu tubuh,
intoleransi terhadap dingin.
e. Riwayat penyakit saat ini
Riwayat penyakit sangat penting diketahui untuk mengetahui jenis kelenjar
teroid yang mengalami atrofi. Perawat harus menanyakan dengan jelas tentang
gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh, atau bertambah
buruk.
f. Riwayat penyakit dahulu
Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang memungkinkan adanya
hubungan atau menjadi predisposisi.
g. Riwayat kesehatan klien dan keluarga
Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit yang sama.
h. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti :

7
 Pola makan
 Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur)
 Pola aktivitas
i. Riwayat psikososial
Klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya,
mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin
tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima
komponen konsep diri.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan secara umum, amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar
mata, wajah bulan, dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah
tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan
pendek. Kulit kasar, tebal, dan bersisik, dingin, dan pucat.
b. Nadi lambat, dan suhu tubuh menurun
c. Perbesaran jantung
d. Disritmia dan hipotensi
e. Parastesia dan reflek tendon menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum
b. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal).
4. Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan pada pasien hipotiroidisme sebagai berikut :
a. T3 dan T4 serum rendah
b. TSH meningkat pada hipotiroid primer
c. TSH rendah pada hipotiroid sekunder :
 Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
 Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
d. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus
e. Peningkatan kolesterol
f. Pembesaran jantung pada sinar X dada
g. EKG menunjukkan sinus brakikardi, rendahnya voltase kompleks QRS dan
gelombang T datar atau invensi.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme sekunder
terhadap hipotiroidisme
2. Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltic
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

8
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa I : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme
sekunder terhadap hipotiroidisme
Tujuan : Toleransi aktifitas membaik
Kriteria Hasil : Melaporkan sedikit lelah pada AKS
Intevensi Rasional
- Anjurkan aktifitas sesuai - Istirahat membantu menghemat
toleransi energy
- Bantu aktifitas perawatan - Memberikan kesempatan pada
mandiri ketika pasien berada pasien berada dalam keadaan
dalam keadaan lelah lelah

Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan


peristaltic
Tujuan : Hilang dari konstipasi
Kriterial Hasil : Melaporkan pasase bentuk feses lunak
Intervensi Rasional
- Berikan makanan yang kaya - Meningkatkan massa feses dan
serat frekuensi buang air besar
- Ajarkan pada pasien tentang - Untuk peningkatan asupan
jenis-jenis makanan yang cairan kepada pasien agar feses
banyak mengandung air tidak keras
- Kolaborasi pemberian obat - Untuk mengencerkan feses
pencahar dan enema bila
diperlukan

Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan : Perbaikan dan pola nafas normal
Kriteria Hasil : Melaporkan dapat bernafas dengan efektif
Intervensi Rasional
- Pantau frekuensi, kedalaman, - Mengidentifikasi hasil
pola pernafasan pemeriksaan dasar untuk
memantau perubahan
selanjutnya dan mengevaluasi
efektifitas intervensi
- Dorong pasien untuk nafas - Mencegah aktifitas dan
dalam dan batuk meningkatkan aktifitas yang
adekuat

9
3.4 Implementasi Keperawatan

Diagnosa I : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan metabolisme


sekunder
Tindakan :
a. Menganjurkan aktifitas sesuai toleransi
b. Memberikan bantu aktifitas perawatan mandiri ketika pasien berada dalam
keadaan lelah

Diagnosa II : Resiko tinggi terhadap konstipasi berhubungan dengan penurunan


peristaltik.
Tindakan :
a. Berikan makanan yang kaya serat
b. Ajarkan pada pasien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air
c. Kolaborasi pemberian obat pencahar dan enema bila diperlukan

Diagnosa III : Pola nafas tidak efektif berhubunga dengan depresi ventilasi
Tindakan :
a. Memantau frekuensi, kedalaman, pola pernafasan
b. Mendorong pasien untuk nafas dalam dan batuk

3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga
kesehatan. Evaluasi pada pasien Hipotiroidisme adalah ;
1. Perbaikan dan pola nafas normal
2. Toleransi aktifitas membaik
3. Klien dapat beraktivitas kembali
4. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas

10
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Beberapa pasien dengan hipotiroidisme mempunyai kelenjar tiroid yang mengalami
atrofi atau tidak mempunyai kelenjar tiroid akibat pembedahan atau ablasi radioisotope, atau
akibat destruksi oleh antibody autoimun yang beredar dalam sirkulasi. Cacat perkembangannya
dapat juga menjadi penyebab tidak terbentuknya kelenjar tiroid pada kasus hipotiroidisme
kongenital

4.2 Saran
Dengan harapan semoga mahasiswa memahami dan mengerti tentang asuhan
keperawatan tentang gangguan system endokrin hipotiroidsme dan dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya.

11
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta : MediAction.
Corwin, Elizabeth,2009.Buku saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid 2
tahun 2013
https://www.academia.edu/16152886/Hipotiroidisme
Di akses 17april 2020

12

Anda mungkin juga menyukai