Anda di halaman 1dari 37

KOPERASI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

KOPERASI DALAM SISTEM


PEREKONOMIAN
INDONESIA

Editor:
Carunia Mulya Firdausy

Penulis:
Ariesy Tri Mauleny
Achmad Sani Alhusain
Nidya Waras Sayekti
Lisnawati

Yayasan Pustaka Obor Indonesia Bekerja Sama dengan


Pusat Penelitian Badan Keahlian
Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia
Jakarta, 2018
Koperasi dalam Sistem Perekonomian Indonesia/Carunia Mulya Firdausy
(ed) —Ed. 1; Cet. 1. —Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018.

xii + 160 hlm; 15,5 x 23 cm


ISBN 978-602-433-701-8

Judul:
Koperasi dalam Sistem Perekonomian Indonesia
Carunia Mulya Firdausy

Copyrights © 2018
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang
All rights reserved

Penerbitan ini dimungkinkan atas kerja sama


Yayasan Pustaka Obor Indonesia dengan
Pusat Penelitian Badan Keahlian
Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia

Cetakan pertama: Desember 2018


YOI: 1589.36.143.2018
Desain sampul: Sigit

Yayasan Pustaka Obor Indonesia


Jl. Plaju No. 10, Jakarta 10230, Indonesia
T. + 62 (0)21 31926978, 31920114
F. + 62 (0)21 31924488
E-mail: yayasan_obor@cbn. net. id
http: www. obor. or. id
Yayasan Pustaka Obor (FB)
pustakaobor_id (IG)
KATA PENGANTAR

Dr. Indra Pahlevi


Kepala Pusat Penelitian Badan Keahlian
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Assalamualaikum Wr. Wb.


Salam Sejahtera,
Kami memberikan apresiasi atas terbitnya buku yang
berjudul KOPERASI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA yang
disusun oleh peneliti bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik, Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Hasil analisis berupa gagasan
dan pemikiran serta pengalaman empiris yang dituangkan dalam
buku ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan masukan dalam
pengembangan koperasi di Indonesia dan penyusunan rancangan
undang-undang perkoperasian. Pendekatan analisis dilakukan tidak
hanya berdasarkan hasil penelitian lapangan yang telah dilakukan
tetapi juga berdasarkan review berbagai kajian terkait serta analisis
empiris berdasarkan studi-studi sebelumnya.
Struktur buku terdiri atas 7 (tujuh) bagian tulisan yang memiliki
keterkaitan yang baik untuk memperkaya pembahasan mengenai
koperasi dalam sistem perekonomian Indonesia. Bagian pertama dan
bagian terakhir tulisan merupakan prolog dan epilog yang menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari buku ini dan disusun oleh Prof.
Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph.D.,APU selaku editor buku ini.

v
Dr. Indra Pahlevi

Saya sampaikan apresiasi kepada masing-masing penulis


yang terdiri dari Ariesy Tri Mauleny, Achmad Sani Alhusain, Nidya
Waras Sayekti, dan Lisnawati yang telah menghadirkan beragam
tulisan mengenai perkoperasian di Indonesia. Buku ini mengawali
pembahasannya dengan memaparkan secara jelas mengenai koperasi
dalam sistem perekonomian Indonesia. Kemudian dijelaskan
mengenai langkah strategis penguatan koperasi Indonesia. Selanjutnya
disampaikan juga temuan di lapangan mengenai kebijakan strategis
pengembangan koperasi di Provinsi Bali. Urgensi pengawasan dalam
perubahan undang-undang perkoperasian yang menjadi pembahasan
utama dalam rancangan undang-undang perkoperasian yang saat
ini masih dalam tahap pembahasaan juga diuraikan dalam bagian
buku ini. Bagian terakhir ditutup dengan analisis empiris koperasi
Indonesia.
Saya sampaikan apresiasi kepada rekan-rekan peneliti dan
terima kasih kepada Prof. Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph.D., APU
yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya. Kepada penerbit
disampaikan penghargaan atas kerja samanya dalam penerbitan
bersama dengan Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR-RI. Besar
harapan saya, buku ini akan bermanfaat, bukan saja dalam perumusan
rancangan undang-undang khususnya namun juga dalam perumusan
kebijakan dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Jakarta, September 2018

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi

BAGIAN KESATU
MEMBANGKITKAN KEMBALI KOPERASI INDONESIA:
SUATU PENGANTAR
Carunia Mulya Firdausy 1

BAGIAN KEDUA
KOPERASI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Ariesy Tri Mauleny 9
I. PENDAHULUAN 11
II. KONSTITUSI EKONOMI INDONESIA 14
III. KOPERASI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN 17
INDONESIA
IV. PERDEBATAN FILOSOFIS PERKOPERASIAN INDONESIA 21
V. PERKEMBANGAN KOPERASI INDONESIA 24
VI. TANTANGAN KOPERASI INDONESIA 28
VII. PENUTUP 30
DAFTAR PUSTAKA 32

vii
BAGIAN KETIGA
LANGKAH STRATEGIS PENGUATAN KOPERASI INDONESIA
Achmad Sani Alhusain 35
I. PENDAHULUAN 37
II. KONSEPSI KOPERASI 40
III. KONDISI DAN PERMASALAHAN KOPERASI DI 46
INDONESIA
A. Kondisi Koperasi 46
B. Permasalahan 48
IV. LANGKAH STRATEGIS PENGUATAN KOPERASI 53
A. Peran Pemerintah 55
B. Peran Koperasi 57
V. PENUTUP 61
DAFTAR PUSTAKA 62

BAGIAN KEEMPAT
KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN KOPERASI DI
PROVINSI BALI 65
Nidya Waras Sayekti
I. PENDAHULUAN 67
II. GAMBARAN UMUM PROVINSI BALI 69
III. KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN KOPERASI 70
DI PROVINSI BALI
A. Kinerja Koperasi di Provinsi Bali 70
B. Kebijakan Strategis Pengelolaan Koperasi di 73
Provinsi Bali
IV. PERMASALAHAN DAN SOLUSI 81
V. PENUTUP 88
DAFTAR PUSTAKA 90

viii
BAGIAN KELIMA
URGENSI PENGAWASAN DALAM PERUBAHAN UNDANG-
UNDANG PERKOPERASIAN
Lisnawati 93
I. PENDAHULUAN 95
II. PERKEMBANGAN ATURAN PERKOPERASIAN 97
III. KONDISI PERKOPERASIAN DI INDONESIA 99
IV. PENGAWASAN KOPERASI 102
V. KOPERASI SYARIAH 104
VI. PENUTUP 105
DAFTAR PUSTAKA 107

BAGIAN KEENAM
ANALISIS EMPIRIS KOPERASI INDONESIA
Ariesy Tri Mauleny 109
I. PENDAHULUAN 111
II. KERANGKA KONSEPTUAL 113
III. ANALISIS EMPIRIS KOPERASI INDONESIA 116
A. Analisis Data 116
B. Analisis Hasil Estimasi 121
IV. PENUTUP 129
DAFTAR PUSTAKA 130

BAGIAN KETUJUH
MENJADIKAN KOPERASI SEBAGAI PEREKONOMIAN
NASIONAL: CATATAN AKHIR
Carunia Mulya Firdausy 143

INDEKS 149
BIOGRAFI EDITOR. 155
BIOGRAFI PENULIS 157

ix
DAFTAR GAMBAR

Bagian Kedua
KOPERASI DALAM SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA
Gambar 1. Pola Transformasi Sosial Budaya Struktur dan 18
Sistem Ekonomi Indonesia
Gambar 2. Perkembangan Koperasi Indonesia Tahun 2000 25
s.d. 2017
Gambar 3. Perkembangan Koperasi Aktif dan Tidak Aktif 27
per Provinsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
pada Tahun 2011 s.d. 2015

Bagian Ketiga
LANGKAH STRATEGIS PENGUATAN KOPERASI
INDONESIA
Gambar 1. Perkembangan Koperasi di Indonesia 2005- 47
2015
Gambar 2. Koperasi Aktif yang Melaksanakan RAT Tahun 48
2005 s.d. 2015

Bagian Keempat
KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN KOPERASI DI
PROVINSI BALI
Gambar 1. Jumlah Koperasi di Provinsi Bali Tahun 2012 – 71
2016

Bagian Keenam
ANALISIS EMPIRIS KOPERASI INDONESIA
Gambar 1. Simpul-Simpul Pemikiran Strategis Koperasi 115

x
DAFTAR TABEL

Bagian Keempat
KEBIJAKAN STRATEGIS PENGEMBANGAN KOPERASI DI
PROVINSI BALI
Tabel 1. Kinerja Koperasi Provinsi Bali Tahun 2016 – 72
2017
Bagian Keenam
ANALISIS EMPIRIS KOPERASI INDONESIA
Tabel 1. Ringkasan Data 33 Provinsi (2011-2015) 116
Tabel 2. Hasil Diagnostik Partial Correlation 119
Antarvariabel
Tabel 3. Hasil Diagnostik Variance Inflation Factor (VIF) 120
Tabel 4. Simulasi SHU Menurut Fixed Robust, xi: regress 122
i.id, areg, absorb (id) serta xtgls i.id.
Tabel 5. Simulasi Volume Usaha Menurut Fixed Robust, 123
xi: regress i.id, areg, absorb (id) serta xtgls i.id.
Tabel 6. Pengaruh Faktor Internal Koperasi Terhadap 126
Capaian SHU
Tabel 7. Pengaruh Faktor Internal Koperasi Terhadap 127
Capaian SHU
Tabel 8. Analisis Koperasi Berdasarkan Provinsi (2011- 128
2015)

xi
xii
BAGIAN KESATU

MEMBANGKITKAN KEMBALI
KOPERASI INDONESIA:
SUATU PENGANTAR

Carunia Mulya Firdausy1

1 Profesor Riset Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Guru Besar Ekonomi
Universitas Tarumanagara (UNTAR)
Amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 33 menyatakan secara tegas dan jelas bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Amanat tersebut kini nyaris tidak menjadi pegangan kuat dalam upaya
membangun perekonomian Indonesia. Hal tersebut memang bisa
dimaklumi bukan saja karena perubahan zaman yang saat ini telah
beralih ke era digital dan revolusi industri 4.0 atau sering diistilahkan
sebagai zaman now, tetapi juga karena globalisasi ekonomi menuntut
Indonesia melakukan perubahan. Dengan ungkapan sederhana
“today’s problems cannot be solved by yesterday’s solutions”. Namun,
apakah ungkapan tersebut harus juga diartikan sistem perekonomian
berbentuk koperasi wajib dihapuskan atau dianaktirikan dari sistem
perekonomian Indonesia?
Para pendiri negeri ini dalam menyatakan pentingnya koperasi
sebagai “soko guru perekonomian nasional” dan menjadikan koperasi
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian
nasional tentu bukan tanpa dasar pertimbangan dan alasan yang
jelas. Seperti diungkapkan dalam penjelasan UUD NRI 1945 Pasal
33 Ayat (1) bahwa koperasi merupakan bentuk demokrasi ekonomi,
dimana produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, dan di bawah
pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang.
Tegasnya, Mohammad Hatta menyatakan bahwa koperasi adalah
usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan kegotongroyongan (Sukamdiyo. 1996).
Dari uraian tersebut menjadi jelas bahwa koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum yang
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas dasar asas kekeluargaan. Dalam

3
Carunia Mulya Firdausy

pengertian tersebut terdapat 5 unsur yang dikandung oleh koperasi


yaitu sebagai badan usaha (Business Enterprise), merupakan kumpulan
orang-orang dan atau badan-badan hukum, bekerja berdasarkan
“prinsip-prinsip koperasi” dan merupakan “Gerakan Ekonomi Rakyat”
serta berasaskan kekeluargaan. Singkatnya, koperasi tidak hanya
berisikan unsur demokrasi semata, tetapi juga unsur sosial. Begitu
pula dengan unsur ekonomi yang tidak menekankan pada upaya
mencari keuntungan semata.
Sayangnya dalam usia mencapai 71 tahun pada 12 Juli
2018 yang lalu, pengembangan wadah bisnis bernama koperasi
dipertanyakan. Penyebab utamanya yakni karena banyaknya kasus
penyimpangan dan penyalahgunaan dana koperasi. Pada tahun 2017,
misalnya, ditemukan kasus penyimpangan dan penyalahgunaan dana
koperasi yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Pandawa
Mandiri Grup (PMG). Bahkan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan pelanggaran yang dilakukan
KSP Pandawa, tidak hanya terbatas dalam pengumpulan dana, tetapi
juga dalam pengelolaan maupun bagi hasil.
Akibatnya, kontribusi koperasi sebagai lembaga terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional Triwulan III/2017 hanya
mencapai 4,48 persen. Angka ini meningkat tipis sebesar 0,49
persen dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencapai 3,99 persen.
Kontribusi tersebut dinilai relatif kecil jika dibandingkan capaian
beberapa negara lain. Di Kenya saja, sebagai negara Afrika yang
sering dilecehkan, kontribusi koperasi mencapai 43 persen. Bahkan
di Denmark, kontribusi koperasi mampu mencapai 68 persen dari
PDB. Apalagi pemerintah terus memberi subsidi sebesar Rp50 – 80
miliar pertahun melalui Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin). Selain
implikasi terhadap kontribusi koperasi terhadap PDB yang rendah,
perkembangan jumlah koperasi juga menunjukkan kondisi yang tidak
menggembirakan. Dari 150.000 koperasi di Indonesia. sekitar 75.000
koperasi dinyatakan tidak sehat dan sisanya dalam keadaan sakit.

4
Membangkitkan Kembali Koperasi Indonesia: Suatu Pengantar

Bahkan terdapat sekitar 43.000 koperasi telah dibubarkan (Kompas,


2016; Kemenkop, 2018).
Belakangan ini pemerintah melalui Kementerian Koperasi
dan Usaha Kecil (2018) menargetkan kembali terbentuknya sekitar
3000 koperasi baru pada tahun 2018. Adanya kebijakan ini tentu saja
menimbulkan pertanyaan. Apa yang hendak diharapkan pemerintah
dari kehadiran koperasi dalam sistem perekonomian nasional saat
ini? Di satu sisi, pemerintah menghendaki adanya program rehabilitasi
bagi koperasi yang dinilai tidak sehat, di sisi lain pemerintah
menginisiasi ditutupnya 40.013 koperasi yang berkinerja buruk. Pada
waktu yang sama, pemerintah juga berharap tumbuhnya kesadaran
masyarakat terlibat aktif dalam segala bentuk usaha bersama yang
diwadahi koperasi sehingga dapat memajukan perekonomian
nasional. Berdasarkan latar belakang di atas, buku ini ditujukan
untuk mendiskusikan bagaimana membangkitkan koperasi kini dan
ke depan agar semakin mampu menunjukkan kontribusinya sebagai
soko guru perekonomian nasional dan sekaligus sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional.
Seperti dijelaskan di atas buku ini ditujukan untuk
mendiskusikan upaya yang harus dilakukan dalam membangkitkan
kembali koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Untuk
membahas tema tersebut, disusun 7 Bagian berikut ini. Bagian pertama
mengungkapkan latarbelakang mengapa tema ini penting diungkapkan
dan dibahas berikut sistematika buku ini. Bagian Kedua mendiskusikan
tentang koperasi dalam sistem perokonomian Indonesia. Dalam
bagian ini antara lain dikaji tentang bagaimana koperasi dalam sistem
perekonomian nasional, bagaimana perkembangan kebijakan yang
terjadi, seberapa jauh koperasi andil dalam perekonomian nasional,
apa faktor yang paling memengaruhi keberhasilan koperasi Indonesia,
serta bagaimana peluang dan tantangan yang dihadapi koperasi
untuk tetap andil di tengah belenggu kapitalisme saat ini. Selain
itu juga dibahas, apa saja hambatan yang dihadapi koperasi untuk

5
Carunia Mulya Firdausy

mencapai tujuan bersamanya. Dalam membahas hal tersebut, sumber


data diperoleh dari beberapa instansi terkait koperasi, baik di pusat
maupun daerah. Wawancara tersebut dilakukan untuk menajamkan
dan mengkonfirmasi analisis dalam bagian ini.
Bagian 3 menguraikan langkah-langkah strategis dalam
penguatan koperasi kini dan ke depan. Pembahasan dalam bagian
ini diawali dengan uraian singkat mengenai konsepsi koperasi,
kondisi dan permasalahan koperasi. Dari uraian tersebut kemudian
ditetapkan langkah strategis yang harus dipikirkan dalam penguatan
koperasi di Indonesia. Sumber data dan informasi dalam bagian ini
diutamakan dari sumber data sekunder yang telah dipublikasikan.
Dalam menetapkan langkah strategis penguatan koperasi sumber
rujukan disesuaikan dengan karakteristik dan amanat Pasal 33 Ayat
(1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(UUD NRI 1945).
Bagian 4 mengungkapkan kebijakan strategis yang diperlukan
dalam pengembangan koperasi. Berbeda dengan bagian 3 di atas,
sumber data yang digunakan dalam bagian ini diperoleh dari hasil
penelitian lapangan yang dilakukan khususnya di Provinsi Bali
pada tahun 2017. Pemilihan Provinsi Bali sebagai lokasi penelitian
atas dasar banyaknya koperasi di Provinsi Bali yang mendapatkan
penghargaan sebagai koperasi terbaik di Indonesia, diantaranya
Koperasi Wisuda Guna Raharja yang merupakan koperasi yang paling
aktif dalam menyelenggarakan pendidikan anggota. Koperasi yang
lain yakni Koperasi Guna Prima Dana sebagai koperasi terbaik yang
paling patuh dalam menyampaikan laporan keuangan. Selain koperasi
yang berhasil, di provinsi Bali juga dapat ditemukan koperasi yang
berkinerja buruk dan bahkan tidak aktif. Dengan adanya kombinasi
koperasi yang baik dan buruk ini dipastikan data dan analisis untuk
pengembangan koperasi di Provinsi Bali dapat lebih komprehensif
dan memadai.

6
Membangkitkan Kembali Koperasi Indonesia: Suatu Pengantar

Adapun sumber data yang digunakan dalam membahas


kebijakan strategis pengembangan koperasi di Provinsi Bali ini yakni
berasal dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara dengan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali, Dewan
Koperasi Indonesia Wilayah (Dekopinwil) serta pengurus koperasi
di Provinsi Bali. Sedangkan focus group discussion (diskusi kelompok
terfokus) dilakukan dengan akademisi dari Universitas Udayana.
Bagian 5 membahas tentang urgensi pengawasan dalam
perubahan undang-undang perkoperasian khususnya terkait
perkembangan bentuk koperasi syariah yang terjadi belakangan
ini, meskipun jumlahnya saat ini masih minim. Dari total jumlah
unit koperasi aktif yang mencapai 148.220, sebanyak satu setengah
persennya atau sebanyak 2.253 unit merupakan koperasi simpan
pinjam pembiayaan syariah. Adapun jumlah anggota dalam koperasi
ini tercatat sebesar 1,4 juta orang dengan modal sendiri mencapai
Rp. 968 miliar dan modal luar Rp3,9 triliun dengan volume usaha
mencapai Rp5,2 triliun. Pentingnya pembahasan terkait perubahan
undang-undang perkoperasian juga didasarkan atas pembatalan UU
No. 17 tahun 2012 di satu pihak dan pemberlakuan kembali UU No. 25
tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Sementara itu, pada bagian 6 disampaikan mengenai analisis
empiris koperasi Indonesia. Dimana dalam bagian buku ini dilakukan
analisis secara empiris mengenai kondisi koperasi disetiap provinsi
di Indonesia. Analisis empiris ini dilakukan sebagai penguat analisis
dan pembahasan yang telah dilakukan pada bagian-bagian buku
sebelumnya.
Akhirnya, catatan kesimpulan dan rekomendasi penting
dari buku ini diberikan dalam bagian 7. Melalui kesimpulan dan
rekomendasi dalam bagian ini, diharapkan pihak-pihak berkepentingan
dapat memberikan perhatian dan tindakan dalam pengembangan
koperasi kini dan mendatang. Dengan demikian koperasi di Indonesia

7
Carunia Mulya Firdausy

sungguh menjadi sokoguru perekonomian nasional dan mampu


menyejahterakan rakyat Indonesia.

8
BAGIAN KETUJUH

MENJADIKAN KOPERASI
SEBAGAI SOKOGURU PEREKONOMIAN
NASIONAL: CATATAN AKHIR

Carunia Mulya Firdausy1*)

1 Penulis adalah Profesor Riset Bidang Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI)
dan Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tarumanagara (UNTAR).
Koperasi diharapkan menjadi sokoguru perekonomian Indonesia.
Namun, faktanya perhatian dan kerja keras untuk menjadikan hal
tersebut masih jauh dari yang diharapkan padahal usia koperasi sudah
mencapai 71 tahun pada 12 Juli 2018 lalu. Hal ini terindikasi dari
besarnya kontribusi koperasi terhadap PDB yang masih rendah dan
jauh dibandingkan dengan negara-negara di dunia. Kenya saja sebagai
negara di Afrika yang relatif miskin, kontribusi koperasi terhadap PDB
mencapai 43 persen. Bahkan di Denmark, kontribusi koperasi sangat
luar biasa mencapai angka sebesar 68 persen dari PDB. Sebaliknya,
di Indonesia, pada tahun 2017, kontribusi koperasi hanya mampu
mencapai angka 4,9 persen dari PDB. Mengapa di Indonesia kontribusi
koperasi terpuruk? Apa masalah yang membelitnya? Bagaimana pula
upaya yang harus dilakukan agar koperasi bangkit menjadi sokoguru
perekonomian nasional dan sekaligus menyejahterakan masyarakat?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan pertanyaan-

pertanyaan kunci yang didiskusikan dan dibahas dalam buku ini.
Sumber data yang digunakan diperoleh tidak saja dari sumber data
sekunder, tetapi juga dari hasil penelitian lapangan terutama yang
dilakukan di Provinsi Bali. Dipilihnya Provinsi Bali antara lain karena
di provinsi ini banyak koperasi yang mendapat penghargaan karena
keberhasilannya di satu pihak, dan terdapat pula koperasi yang tidak
sehat di lain pihak. Sumber data primer ditempat ini dikumpulkan
melalui wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan di
provinsi ini. Selain itu, wawancara dengan pihak yang berkepentingan
pada skala nasional juga dilakukan, selain sumber yang berasal dari
website. Lantas, bagaimana kesimpulan dan rekomendasi dari buku
ini?
Tidak dapat diragukan lagi bahwa koperasi memiliki arti
yang signifikan dalam memperkuat perekonomian nasional dan
sekaligus menyejahterakan masyarakat. Kegiatan ekonomi melalui
wadah koperasi ini tidak saja menunjukkan jati diri bangsa Indonesia
yang memiliki nilai kegotongroyongan, tetapi juga sekaligus nilai

145
Carunia Mulya Firdausy

kebersamaan dan kerja sama untuk memajukan perekonomian


masyarakat. Dengan adanya penguatan koperasi sebagai basis ekonomi
kerakyatan, harapan untuk membangun kesejahteraan masyarakat
secara berkeadilan dapat dicapai. Apalagi Indonesia memiliki sumber
daya sosial ekonomi yang besar dan memadai.
Rendahnya kontribusi koperasi terhadap PDB selama 71 tahun
ini harus diperbaiki. Perbaikan yang harus dilakukan tidak saja pada
perbaikan internal khususnya terkait kualitas sumber daya manusia,
manajemen usaha, dan permodalan, tetapi juga perbaikan eksternal
yang menyangkut kebijakan pemerintah, dukungan kemitraan,
akses pemasaran yang lebih luas dan peraturan pendukung bagi
kelangsungan koperasi di Indonesia.
Pentingnya dukungan kebijakan dalam pengembangan koperasi
melalui perbaikan internal maupun eksternal ditujukan agar koperasi
dapat bersaing dengan bentuk usaha lainnya yang bersifat perorangan
atau perusahaan. Pemerintah harus lebih menunjukkan eksistensi dan
dukungannya dalam menjamin ketersediaan dukungan dan jaminan
permodalan bagi koperasi agar wadah ini mampu meningkatkan
kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal lain yang juga tidak
kalah diperlukan yakni dalam penguatan SDM dan adopsi teknologi.
Hal ini antara lain dapat dilakukan baik melalui terobosan baru dalam
pendidikan koperasi seperti melalui pengembangan kewirausahaan
perkoperasian dan peningkatan kualitas teknologi informasi. Dengan
demikian, koperasi Indonesia dapat lebih maju dan dapat bersaing
tidak hanya pada tingkat nasional dan tingkat internasional. Apalagi
dinamika ekonomi global makin tidak menentu.
Belajar dari contoh keberhasilan koperasi di Provinsi Bali
terbukti bahwa koperasi di sini memiliki peran yang sangat penting
dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi
daerah serta mampu memecahkan masalah ekonomi masyarakat di
provinsi ini. Namun, keberhasilan koperasi di provinsi ini juga masih
perlu untuk ditingkatkan melalui koordinasi dan kerja sama antara

146
Menjadikan Koperasi sebagai Sokoguru Perekonomian Nasional: Catatan Akhir

anggota dan pengurus koperasi dengan pemerintah pusat dan daerah.


Begitu juga dengan dukungan yang terkait dengan masalah iklim
usaha, akses permodalan dan kualitas SDM, pengembangan produk
dan pemasarannya, serta kelembagaan.
Selain itu, juga tidak boleh dilupakan, yakni perhatian
terhadap kearifan lokal dan keunikan budaya yang dimiliki Provinsi
Bali. Faktor yang disebutkan terakhir ini diyakini menjadi kekuatan
masyarakat dan pemerintah daerah dalam melakukan revitalisasi
dan pengembangan koperasi di Provinsi Bali. Apalagi provinsi Bali ini
memiliki local competitive advantage dan resource endowment sebagai
salah satu destinasi wisata utama di Indonesia. Dengan demikian,
koperasi di provinsi ini dapat memenangkan persaingan dengan
kegiatan usaha lainnya.
Seperti halnya dukungan pemerintah di luar aspek legal di
atas, pemerintah perlu sesegera mungkin membenahi aturan hukum
yang diperlukan. Hal ini agar koperasi memiliki landasan hukum
yang kuat dan dapat diperluas menjadi bentuk koperasi syariah
yang kini makin banyak diminati masyarakat. Persoalan yang terjadi
menyangkut pertentangan antara UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian dengan UUD 1945 yang kini ditangani oleh Makamah
Konstitusi perlu segera diselesaikan. Hal ini karena jika tidak
diselesaikan secara cepat, maka tidak saja berdampak pada semakin
rendahnya kontribusi koperasi terhadap pertumbuhan ekonomi,
tetapi juga dapat melanggengkan persoalan kemiskinan, ketimpangan
pendapatan dan penganggguran. Apalagi kondisi ekonomi nasional
saat ini telah dipengaruhi secara dalam oleh globalisasi ekonomi yang
tidak bersahabat terhadap kelompok msyarakat miskin dan tidak
berketerampilan.
Akhirnya, fungsi pengawas yang terdapat dalam UU No.
25 tahun 1992 mutlak perlu lebih diaktifkan. Pentingnya fungsi
pengawas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan dan pengelola koperasi dan membuat laporan tertulis

147
Carunia Mulya Firdausy

tentang hasil pengawasannya. Dengan adanya pengawas, maka segala


hal yang ditujukan untuk mengoptimalkan koperasi dapat berjalan
sebagaimana mestinya. Bahkan keberadaan fungsi pengawas ini
harus juga dijalankan untuk koperasi dalam bentuk syariah yang kini
berkembang pesat. Untuk itu revisi undang-undang perkoperasian
mutlak perlu memperhatikan pekembangan koperasi syariah saat
ini dengan segala aspek terkaitnya. Dengan demikian, revisi undang-
undang perkoperasian tersebut nantinya akan lebih memadai dan
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara lebih luas. Oleh
karena itu, pekerjaan rumah untuk memperbaiki kinerja koperasi
sebagai sokoguru perekonomian nasional harus segera diselesaikan
dan tidak boleh ditunda-tunda lagi. It is now or never.

148
INDEKS

A B
ACS & Audretsch, 70 Bekerja sama, 53, 58, 61, 75-78, 85
Adil, 14, 20, 22, 30, 40, 54, 114 Bisnis
Administrasi, 52-54, 58, 69, 82 Pelaku, 39, 60
Advokasi hukum, 74 Peluang, 53, 60
Aktif, 5-6, 12-13, 24, 26-27, 46-47, Brock & Evans, 70
51, 67-68, 72,74, 76, 78-79, 84, Bretos dan Errasti, 114
124, 127, 129 Bung Hatta, 19
Akses
Koporasi dan UMKM, 84, 129
Kredit, 85
C
Akuntabel, 58
Cabang, 16
Analisis empiris, v-vi, 7, 113-114,
Cadangan, 43
116,
Anggota koperasi, 12, 29-30, 41,
45-46, 48, 50, 52, 55, 58, 68, 72,
74-76, 89, 96, 99-101, 124-125 D
Antara dan Guntur, 116 Dampak
Asas ekonomi, 73
Kekeluargaan, 3, 17, 19, 23, 28, positif, 55, 87
41-42, 97, 99, 105-106, 114 Demokrasi
Kemakmuran, 105 Ekonomi, 3, 16, 19-20, 22, 30,
Aspirasi 41, 49, 113
koperasi, 75, 77 Terpimpin, 15
masyarakat, 78 Desain,
Kemasan, 74
produk, 83

149
Indeks

Diagnostik G
Hasil, 119-121 Gerakan
Dinamik, 86-87 Ekonomi Islam, 104
distributor, 17, 124, 129, ekonomi rakyat, 3-4, 22, 42, 49
Geriya dkk, 87
Gotong Royong, 11, 22-23, 48, 46,
E 51, 87, 127
Efektif, 16, 38, 58, 101-102, 114, 125
Efesien, 16, 38, 58, 102, 114
Efektivitas, 44 H
Eksistensi, 21, 41, 46
historis, 13-15
Eksternal,
hubungan, 20, 99, 116
Faktor, 19, 53, 112, 114, 116,
hukum
129
badan, 3-4, 17, 24, 41-42, 105
Permasalahan, 26, 38
Peran, 14
Ekonomi
Kepentingan, 44, 99
Tujuan, 40, 43
Ekonometrika, 118-119 I
Empiris, 113 Individu, 44, 99, 101, 118
Era digital, 3, 39, 58, Independence, 103
Estimasi, Informasi
Metode, 117-118 Pasar, 82-83, 112
Proses, 120 Sistem, 77
Evaluasi, 81-82 Teknologi, 38, 58-60, 88, 146
Infrastruktur, 24, 30-31, 77, 112
Inovasi, 46, 60, 70, 81, 125
F Internasional, 37-38, 40 43, 61, 80,
146,
Faktor
Insentif, 56-57, 82-83, 124
Eksternal, 19, 53, 112, 114, 116,
Investasi, 4, 11, 19, 30, 33, 79, 95-96
129
Internal, 9, 12, 114, 116, 129
Fasilitas, 75, 77, 79-80, 84
Filosofi, 19, 99, 106,
Fleksibilitas, 60

150
Indeks

J 129
Jasa Kontribusi, 4, 12, 53-55, 69-70, 79,
Keuangan Kementerian 100, 111, 145
Koperasi, 52 Kontributor, 124
Otoritas Jasa Keuangan, 4, 11, 95 Koordinasi, 75, 77, 80, 82, 88, 101,
Jati diri, 30, 74 115
Koperasi aktif, 7, 25, 27, 37, 46, 79,
95, 100, 116, 122,
Korelasi, 116, 121
K Kreativitas, 81, 125
Kabupaten, 69, 86, 116 Kredit, 74, 79, 85-86, 104,
Kemandirian, 16, 54, 75, 98,
Kapasitas, 77, 80-83, 112, 125
Kebijakan
L
Diklat, 77
Publik, v, 9, 35, 65, 76, 93, 109 Laba, 18 45, 103, 125
Strategis, vi, 6-7, 65, 68, 70, Landasan
73-74 ideal, 21, 41
Kebutuhan, 24, 29, 41, 43, 49-50, 53- konstitusional, 21, 41
54, 58-59, 70, 73, 75, 79, 82-83, operasional. 21, 41
99, 111, 113-114, 148 Layanan, 75-77
Kekeluargaan, 3-4, 11, 16-17, 19, Lembaga, 22, 24, 26, 28, 31, 38, 51,
22-23, 28, 37, 40-42, 44, 97, 99, 74, 76, 81-85, 95, 100, 102-105,
105-106, 113-114, 127 11-112, 125
Kemiskinan, 38, 54, 62, 71, 147
Kemitraan, 58, 76, 79-80, 83, 88, 145
Kesejahteraan, 15-16, 19, 29-30, 32, M
50, 53, 55, 61, 72, 75, 83, 87-89,
Mahkamah Konstitusi, 11, 23, 31,
97, 102, 146
98-99, 105
Keuangan, 6, 31, 52, 68, 78, 102,
Manajemen, 23, 42, 45, 50-54, 56-
111-112, 125
58, 76, 101, 112, 124, 127, 129,
Khusnatul Zulfa Wafirotin, 39
146
Khusus, 23, 81, 100
Manajerial, 114
Kinerja, 38, 46, 50, 60, 70-72, 102-
Masyarakat, 3, 5, 11, 13, 19-26, 28-
104, 114-116, 124, 129
30, 38, 41, 43, 49-51, 53, 55-57,
Konstan, 69, 120
61, 71-82, 87-88, 96-97, 104,
Konsumen, 44, 50, 70, 79, 83, 124,

151
112, 114, 145 P
Mekanisme, 21, 26, 39, 80, 103, 106, Pandangan, 42, 51-52, 61, 96
127 Partomo Titik Kartika, 43
Manager, 116, 120, 122, 124, 126- Pelatihan, 79-81, 125, 129
127, 129 Pembangunan, 13-17, 20-21, 28, 46,
Mikro, 54, 82-83, 104, 111-112, 125 48, 51, 53, 67, 70, 86, 88, 146
Modal Pemasaran, 29, 39, 54, 58, 82,
Koperasi, 12, 46, 58 88, 101, 112, 115, 124, 127,
Luar, 7, 12, 72, 95, 111 146=147
Sendiri, 7, 24, 46, 58, 72, 74, 95, Pemerintah, 4-5, 13-15, 26, 28, 30,
111 38-39, 49-50, 53, 55-57, 61, 67,
Modern, 38, 54, 57-59 73-78, 83-85, 88, 98-99, 101-
Mojo, Fischer dan Degefa, 114 102, 105-106, 112, 116, 124-
125, 129, 146-147
Pemilihan, 6, 57, 68
N Pendidikan, 6, 29, 39, 43 50, 53, 56,
Nasional 68, 70, 73-81, 84, 125, 129, 146
Perekonomian, 5, 8, 11-13, 16- Pengawasan, 6-7, 24, 30-31, 39, 50,
17, 22, 30, 41 78, 112-114, 57, 79, 84, 93, 95-96, 102-103,
145, 148 106, 126, 129, 147-148
Negara, 4, 12, 14, 16-17, 19, 21, 25, Pengelolaan, 4, 11-12, 22, 38, 45, 47-
37-38, 46, 50, 56, 115, 145 58, 52, 57-58, 60, 67-68, 73, 79,
82, 102-103, 106, 113, 125
Penguatan koperasi, vi, 6, 39
Pengurus, 7, 24, 29, 38-39, 45, 48,
O 50-59, 72, 74, 76, 79-81, 88,
Operasional 101-103, 116, 124, 147
Biaya, 60 Perekonomian, 3, 5, 8, 11-31, 37, 41,
Prosedur, 59 49, 55, 67, 69-71, 79, 87-88, 97,
Organisasi, 17, 22, 28-29, 31, 37, 104-106, 111-114, 129, 143-148
39-41, 43-44, 46, 58-59, 72-73, Perkoperasian, v-vi, 7, 11-12, 19,
76, 82, 99 21-23-24, 38, 41-42, 51,76-78,
Output, 29, 111, 124-125 80-81, 84, 96, 98-102, 105-106,
146-148
Perubahan, vi, 3, 7, 15, 24, 44, 58,
59-60, 93, 96, 98,

152
Potensi, 17, 60, 83, 86, 88
Positif, 16, 43, 55, 67, 78, 87, 125,
127, 129
S
Primer, 7, 39, 68
Produk Domestik Bruto (PDB), 4, Sekunder, 6-7, 39, 68, 76, 145
100, 111, 145-146 Syarikat Dagang Islam, 104
Produksi signifikan, 82-83, 111, 124-125, 127,
Sarana, 58 129, 145
Strategi, 53 Simpan Pinjam, 4, 7, 11-12, 24, 60,
Produktivitas, 39, 46, 124, 73, 79, 95-96, 102
Profesional, 26, 28, 50, 52-53, 57 Sinkronisasi, 75, 77, 80, 82
Program, 5, 13, 25, 28, 31, 39, 55, 58, Sisa Hasil Usaha, 12, 43, 45-46, 70,
74-75, 78, 80-82, 84, 104 111, 113, 121, 124, 129
Proses Sistem Perekonomian Indonesia, vi,
Pembangunan, 53 3, 15-17, 19, 22
Produksi nasional, 20 Sosialisasi, 50, 56, 78-81
Provinsi, 6-7, 26-27, 67-89, 113, Sudjatmoko, 59
116-117, 128-129, 145, 147 Sumber Daya Manusia, 20, 31, 38-
39, 52, 57, 59-61, 69, 74, 76, 83,
102, 105, 112, 127, 129, 146
strategi, 29-30, 67, 83-84
R sumber
Rakyat Data, 6-7, 68, 145
Ekonomi, 3-4, 20, 22, 28, 42, Data dan informasi, 6
100, 105, Daya ekonomi, 16
Rapat Anggota Tahunan (RAT), 13, swadaya, 44, 99, 111,
47-48, 80, 112, 116, 119, 122, swasta, 30, 46, 53, 61
127 syariah
Reformasi, 13-15, 55 koperasi, 7, 95, 104-106, 146-
Regresi, 118-121 147
Rehabilitasi, 5, 13, 25, 55 prinsip, 4
Rencana Kerja, 57
Reorientasi, 55
Restrukturisasi, 59, 112 T
Revitalisasi, 39, 76, 79, 84, 88, 147 Teknologi Informasi, 38, 58-60, 88,
Revolusi industri 4.0, 3, 59 146

153
Tenaga Kerja, 37, 69-73
Toto Sugiyono, 52
transparansi, 103
U
Usaha Kecil Menengah, 43, 67, 85
Usaha mikro, 82-83, 112, 125
Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) 7, 68, 73-74, 82-86, 112
Undang-Undang
Dasar NKRI 1945, 3, 6, 19, 37, 97
Perkoperasian, v-vi, 7, 93, 96, 98,
148,
universal, 99
urgensi, 7, 93, 96
usaha anggota, 59

V
Volume usaha, 72, 95, 114, 120-121,
124-126, 129
Volume sektor riil, 101, 111

W
Waspada Investasi, 95
Wawancara, 6, 67-68, 72, 81, 114-
115, 145
Wirausaha, 82-83

154
BIOGRAFI EDITOR

Prof. Carunia Mulya Firdausy, MADE, Ph. D.,


APU. adalah Profesor Riset Bidang Ekonomi
Lembaga Ilmu Pengetahuan (LIPI) dan Guru
Besar Ilmu Ekonomi Universitas Tarumanagara
(UNTAR). Lahir di Jakarta pada tanggal 30
Desember 1957. Gelar Sarjana diperoleh dari
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
(IPB) pada tahun 1981. Kemudian melanjutkan ke jenjang Master Degree
di bidang Agricultural Development Economics (MADE) dari Australian
National University, Canberra, Australia pada tahun 1986. Kemudian
meraih Ph.D bidang Ilmu Ekonomi dari University of Queensland, St.
Lucia, Brisbane-Australia pada tahun 1992. Tahun 1995-1996, menjadi
Staf Ahli Khusus Menteri Sekretaris Negara dalam pembuatan materi
Pidato Presiden RI bidang Ekonomi. Kemudian tahun 1997-2001
menjadi Kepala Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI. Tahun 2001-2002
menjadi Staf Ahli bidang Ekonomi, Dewan Ketahanan Nasional. Tahun
2005-2010 menjadi Deputi Menteri Riset dan Teknologi (Ristek) pada
Bidang Dinamika Masyarakat dan President of Non-Align Movement for
Science and Technology (NAM), serta Chairman of ASEAN Committee on
Science and Technology (ASEAN-COST).
Pengabdiannya dalam pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang Ekonomi mencakup antara lain: (a) penelitian dalam bidang
ekonomi pembangunan, makro ekonomi dan ekonomi internasional
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI); (b) Konsultan penelitian

155
Biografi Editor

Asian Development Bank (ADB), United Nation for Economic and Social
for Asia and Pacific (UN-ESCAP), International Labour Organization
(ILO), UNDP, UNCTAD, UNSFIR, ISEAS, ISIS dan World Bank; (c) Dosen
dan pembimbing mahasiswa program S1, S2, dan S3, untuk mahasiswa
di beberapa Universitas seperti UI, IPB, UNPAD, dan UNTAR; (d) Mitra
Bestari Buletin Ilmiah Perdagangan, Jurnal Ekonomi dan Kebijakan
Publik, Sekretariat Jenderal DPR-RI dan Jurnal Standarisasi, BSN;
(e) Redaktur Jurnal Ekonomi UNTAR dan Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan LIPI; (f) sejak tahun 2008 menjadi Editorial Member
of Journal of Social and Economic Science, International Journal of
Development Research and Quantitative Techniques dan International
Journal of Economics and Business Studies, New York, USA; (g) Editor
dari berbagai Jurnal Ekonomi; (h) Penyunting dari berbagai buku
dan prosiding bertemakan ekonomi; dan (i) Coordinator East Asian
Development Network (EADN) untuk Indonesia dan anggota Think
Tank Asian Development Bank (ADB) sejak tahun 2010. Berbagai
karya ilmiah baik dalam bentuk jurnal telah diterbitkan antara lain
dalam Review of Asian Development Bank (ADB), Bulletin of Indonesian
Economic Studies, Institute for Southeast Asian Studies (ISEAS), ILO
dan UN ESCAP. Demikian pula dengan buku hasil penelitian yang
diterbitkan oleh UN ESCAP, ILO, UNSFIR, UNDP dan ADB serta penerbit
internasional lainnya. Alamat email yang dapat dihubungi adalah
cmfirdausy@gmail.com dan carunia_firdausy@yahoo.com.

156
BIOGRAFI PENULIS

Achmad Sani Alhusain, SE., MA., Lahir di Cimahi, 11 Mei 1972.


Menyelesaikan Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Padjadjaran (UNPAD) Bandung, tahun 1998. Menyelesaikan Master
of Art in Economic Policy di AndrewYoungSchool of Policy Studies,
GeorgiaStateUniversity, Atlanta, USA, 2002. Penulis merupakan Peneliti
Madya Golongan IV/a dengan bidang kepakaran Kebijakan Publik
pada Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Tulisan yang sudah
diterbitkan antara lain berjudul: Kebijakan Pembangunan Ekonomi
Kreatif, Kebijakan Pemerataan Pembangunan Daerah di Indonesia,
dan Upah Minimum: Kebijakan, Permasalahan dan Solusi. Penulis
juga aktif melakukan berbagai penelitian, pengkajian, dan analisa
yang berhubungan dengan isu-isu kebijakan publik serta memberikan
pendampingan pada Alat Kelengkapan Dewan dan dalam proses
pembentukan Undang-undang yang sesuai dengan bidang kepakaran.
Email: sani_alhusain@yahoo.com

Ariesy Tri Mauleny, S.Si., M.E., Penulis adalah Peneliti Muda dengan
kepakaran Kebijakan Ekonomi yang berkarir di Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI. Lahir di Palembang, 26 Maret 1975. Menyelesaikan
Sarjana Sains di FMIPA Universitas Indonesia (1997) dan Magister
Perencanaan dan Kebijakan Publik, kekhususan Keuangan Pusat dan
Daerah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia
(2007). Penulis terlibat pendampingan RUU PNBP (KOMISI XI-2016),
RUU Penjaminan (BALEG-2015), RUU Hubungan Keuangan Pusat dan

157
Biografi Penulis

Daerah (PANSUS-2014). Tulisan yang telah diterbitkan baik Info Sing-


kat, Jurnal, atau Bagian Buku, antara lain: Strategi Peningkatan PAD
dan Tujuan Pembangunan Regional (2017), Kesiapan Indonesia me-
nuju Ketenagalistrikan Nasional Berkelanjutan (2017), Penguatan Ka-
pasitas Keuangan Negara melalui Revisi UU Pengelolaan PNBP (2017),
Dilema Skema Pembiayaan Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Indonesia (2017), Penjaminan Pembiayaan UMKM (2016), Kebijakan
Pembiayaan Infrastruktur (2016), Pemangkasan Anggaran 2016 dan
Target Pertumbuhan Ekonomi (2016). Penulis juga terlibat penelitian
diantaranya dengan topik: Revitalisasi Koperasi (2017), PAD (2016),
Konektivitas (2015), dan Evaluasi Pembangunan Daerah (2014); Pe-
nulis dapat dihubungi melalui email: ariesy.t.leny@gmail.com atau
ariesy.t.leny@dpr.go.id.;

Nidya Waras Sayekti, SE., MM., lahir di Jakarta 3 Juli 1978, menyele-
saikan pendidikan Diploma Perbankan di Politeknik Universitas Indo-
nesia tahun 1999, Sarjana Ekonomi Manajemen di Universitas Mercu
Buana tahun 2003, dan Magister Manajemen Sumber Daya Manusia di
Universitas Mercu Buana tahun 2006. Mulai bekerja sejak tahun 2000
sampai dengan 2004 di Bank BNI Unit Usaha Syariah, kemudian pada
tahun 2005 bekerja di Sekretariat Badan Urusan Rumah Tangga DPR
RI sebagai Staf Pengolah Data, dan tahun 2010 hingga sekarang berka-
rir sebagai Peneliti Muda Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik pada
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Beberapa topik penelitian
telah dilakukan, diantaranya Kebijakan Strategis Pembangunan Eko-
nomi Kelautan di Indonesia(2018), Revitalisasi Pengelolaan Koperasi
di Indonesia(2017). Penulis juga telah menghasilkan beberapa karya
ilmiah, yaitu: Tantangan Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia
(Info Singkat, 2018),Kebijakan Pembangunan dan Strategi Peningka-
tan Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kota Tangerang (Bagian Buku
Bunga Rampai, 2017); serta Ketimpangan Ekonomi dan Kebijakan

158
Biografi Penulis

Pemerataan Pembangunan di Provinsi Banten (Jurnal, 2017).Email:


nidya_ws@yahoo.com.

Lisnawati, S.Si., M.S.E., adalah Peneliti Muda bidang Ekonomi dan


Kebijakan Publik dengan bidang konsentrasi Ekonomi Terapan.
Lahir di Jakarta,8 September 1982. Pendidikan S1 Sarjana Sains
diselesaikan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jakarta pada
tahun 2005. Pendidikan S2 diselesaikan di Ilmu Ekonomi Universitas
Indonesia pada Tahun 2008. Bekerja sebagai Peneliti bidang ekonomi
dan kebijakan publik pada Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan
Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. Saat ini terlibat aktif
dalam penelitian di bidang ekonomi dan kebijakan publik diantaranya
penelitian tentang Konektivitas. Penulis dapat dihubungi melalui
email:lisnawati.dpr@gmail.com.

159

Anda mungkin juga menyukai