Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTIROID

Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing

Rosliana D, S.Kp, M.H.Kes, M.Kep

Disusun oleh

Risvi Sri Ayu (32722001D18092)

Kelas 2B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESHATAN SUKABUMI
Kampus l: Jl. Karamat No. 36 tlf. (0266) 210215 kota Sukabumi

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia serta ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan keperawatan dengan Hipertiroid”. Dan tidak lupa, kami ucapkan terima kasih kepada
Dosen mata ajar Keperawatan Maternitas. Rosliana D, S.Kp, M.H.Kes, M.Kep .Karena tanpa
bimbingan dan arahannya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu kami berharap kepada para pembaca agar
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan tersebut di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, terutama bagi kami sebagai penulis.

Sukabumi, 17 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1.1 Latar Belakang............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................................
2.1 Pengertian....................................................................................................................
2.2 Etiologi........................................................................................................................
2.3 Tanda dan Gejala Klinis..............................................................................................
2.4 Pemeriksaan Diagnosis...............................................................................................
2.5 Penatalaksanaan..........................................................................................................
2.6 Komplikasi..................................................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................
3.1 Pengkajian...................................................................................................................
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................................
3.3 Intervensi dan Rasional...............................................................................................
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................................
4.2 Saran...........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memperoduksi hormon
tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabakan
beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan
thyrotoxicodsis (Bararah, 2009). Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar
tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Krisis Tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling berat
mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar penyakit
Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor pencetus :
infeksi operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress emosi,
penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru, penyakit
serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu keras.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid ?
2. Apa etiologi dari Hipertiroid ?
3. Bagaimana patofisiologi dari Hipertiroid ?
4. Apa saja tanda dan gejala dari Hipertiroid ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang/diagnostic dari Hipertiroid ?
6. Bagaimana medis dari Hipertiroid ?
7. Apa saja komplikasi dari Hipertiroid ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep teori penyakit Hipertiroid dan asuhan keperawatan pada
klien dengan Hipertiroid.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui penyakit Hipertiroid
b. Mengetahui penyebab Hipertiroid
c. Mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid
d. Mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostic pada Hipertiroid
f. Mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid
g. Mengetahui komplikasi dari Hipertiroid
h. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian

Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan


sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi
ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012).
Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan
pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang
disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena
autoimun pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit
sistemik akut. Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi,
infeksi, trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

2.2 Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan
merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini
dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri
seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia.
Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel
dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan
biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum
terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak
mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon
tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon
tiroid.

2.3 Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih
banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme
normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih
cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada
individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi
tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).

2.3 Tanda dan Gejala Klinis


Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
a) Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan
diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung,
edema.
b) Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
c) Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
d) Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum lipid,
peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram abdomen.
e) Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
f) Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas,
kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
g) Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
h) Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
i) Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
j) Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol kedepan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan
air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola
mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan
dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau
kelainan kornea.

2.4 Pemeriksaan Diagnosis


1. Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3,terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
b) Serum T4,tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
c) In deks T4 bebas,meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada
penyakit graves
2. Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan
setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa
atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T
(Tarwoto,dkk.2012)

2.5 Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan
mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua
orang.Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus
dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri
kepala,mual muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk
tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-
sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi
hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi
efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang
mungkin terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf
kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.
2.6 Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan
keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid,
dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan
efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma
kepala, infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium,
amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan
pola makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
 Penurunan berat badan
 Peningkatan suhu tubuh
 Kelelahan
 Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
 Cepat lelah
 Intoleransi aktivitas
 Tremor
 Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
 Iritabilitas
 Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
 Gangguan tajam penglihatan
 Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
 Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
 Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
 Menurunnya libido
 Menurunnya perkembangan fungsi seksual
 Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
 Eksoftalmus
 Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak
stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga
didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi
ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari
ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf
mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda,
tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara
sempurna perlu dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung
seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung
perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon
dan tremor, iritabilitas.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan metabolik
2. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan metabolisme
3. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas
saraf simpatik
4. Gangguan citra tubuh b.d pembesaran kelenjar tiroid
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan b.d peningkatan metabolisme

3.3 Intervensi dan Rasional


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan metabolisme
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan nutrisi kembali normal.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme
terpenuhi.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Hindari makanan yang dapat 1. Penigkatan multilitas saluran cerna
meningkatkan peristaltic usus. dapat mengakibatkan diare dan
ganguan absorpsi nutris yang
diperlukan.
Kolaborasi :
1.Konsultasi dengan ahli gizi utnutk 1.Mungkin memerlukan bantuan untuk
memberikan diet kalori tinggi. menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan pengganti
yang paling sesuai.

Observasi : Observasi :
1.Auskultasi bising usus 1.Bising usu hiperaktif mencerminkan
peningkatkan motilitas lambung yang
menurnkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
2.Pantau masukan makanan setiap hari 2.Penurunan berat badan terus menerus
dan timbang berat badan tiap hari. dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiriod.

Edukasi : Edukasi :
1.Dorong klien makan dan 1.Membantu menjaga pemasukan
meningkatkan jumlah makan. kalori cukup tinggi untuk menambah
kalori tetap tinggi.

2. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan metabolisme


Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam pola nafas
efektif
Kriteria hasil :
 nafas 16-20x/menit
 bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan

Intervensi Rasional
Mandiri
1.Auskultasi bunyi nafas dan catat 1.Bunyi nafas menurun / tak ada bila
adanya bunyi nafas adventisius, seperti jalan nafas obstruksi sekunder terhadap
krekels, mengi, gesekan pleural. perdarahan, bekuan atau kolaps jalan
nafas kecil ( atelektasis ). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
2.Tinggikan kepala dan bantu 2.Duduk tinggi memungkinkan
mengubah posisi. Bangunkan klien ekspansi paru dan memudahkan
turun tempat tidur dan ambulasi pernafasan.
sesegera mungkin.
3.Dorong / bantu klien dalam nafas 3.Dapat meningkatkan / banyaknya
dalam dan latihan batuk. Penghisapan sputum dimana gangguan ventilasi dan
per oral atau nasotrakeal bila ditambah ketidaknyamanan upaya
diindikasikan. bernafas.

Kolaborasi
1.Memaksimalkan bernafas dan
1.Berikan oksigen tambahan.
menurunkan kerja nafas.

Observasi
1.Kecepatan biasanya meningkat.
1.Observasi frekuensi, kedalaman
Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
pernafasan dan ekspansi dada. Catat
nafas.
upaya pernafasan, termasuk
penggunaan otot bantu / pelebaran
nasal.

2.Kongesti alveolar mengakibatkan


2.Observsi pola batuk dan karakter
batuk kering / iritasi.
sekret.

3. Penurunan curah jantung b.d hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas
saraf simpatik
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung
menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil : Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler <
3 detik, tidak ada distritnea.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1.Catat atau perhatikan 1.Takirkardi mungkin merupakan
kecepatan irama jantung dan adanya cerminan langsung stimulasi otot jantung
distrirnea. oleh hormone tiroid distritnea sering kali
terjadi dan dapat membahnyakan fungsi
jantung atau curah jantug.
2.Auskultasi suara jantung, perhatikan 2. S1 dan mumur yang menonjol yang
adanya bunyi jantung tambahan, berhubungan dengan curah jantung
adanya orama gallop dan mumur meningakat pada keadaan metabolic.
sistolik. adanya S3 sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung

Kolaborasi : Kolaborasi :
1.Berikan cairan IV sesuai indikasi. 1.pemberian cauiran melalui IV dengan
Cepat untuk memperbaiki volum
sirkulasi
2. Berikan sesuai indikasi. 2.Mempertahankan curah jantung yang
adekuat.
Observasi : Observasi :
1.Observasi tanda dan gejala haus 1.Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
yang hebat, mukosa membran kering akan menurunkan volum sirkulasi
yang lemah. dan menurunkan curah jantung.
2.observasi nadi atau denyut jantung 2.Memberikan hasil pengkajian yang lebih
pada pada pasien saat tidur. akurat untuk menentukan takikardi.
4. Gangguan citra tubuh b.d pembesaran kelenjar tiroid
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh
klien tidak terganggu

Kriteria Hasil :

 Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri.


 Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pengambilan
keputusan tentang perawatan.

Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien dan 1. untuk memvalidasi perasaannya.
berikan jaminan bahwa klien dapat
mengatasi krisis ini.

Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien kemudian 1. keterlibatan dapat memberikan
libatkan klien dalam mengambil rasa kontrol dan meningkatkan
keputusan tentang keperawatan, harga diri.
bila memungkinkan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien melakukan 1. untuk meningkatkan rasa
perawatan diri. kemandirian dan kontrol.
2. Dorong klien untuk 2. Kedukaan harus mendahului
mengungkapkan kedukaan tentang penerimaan.
kehilangan.
3. Dorong klien untuk tetap 3. Catatan tertulis dapat membantu
menuliskan perasaan, tujuan, menunjukkan kemajuan klien.
keluhan, dan kemajuan yang
terjadi pada dirinya.
4. Diskusikan kemajuan klien dan 4. Untuk meningkatkan sikap positif.
tunjukan bagaimana kondisinya
telah meningkat.
5. Dorong klien untuk berpartisipasi 5. Untuk membantu mendapatkan
dalam kelompok pendukung, bila dukungan dan pemahaman atau
perlu, membuat suatu perjanjian konseling tambahan.
dengan profesi kesehatan mental.
6. Dorong klien untuk 6. Untuk meningkatkan harga diri
menggambarkan perkembangan dan untuk mendemontrasikan
klien melalu hospitalisasi. bagaimana klien telah beradaptasi
terhadap perubahan citra tubuh.
7. Ajarkan dan dorong strategi 7. Untuk membantu klien mengatasi
koping yang sehat. perilaku yang tidak produktif.

5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan b.d peningkatan metabolisme


Tujuan : Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam risiko
ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil :
 Asupan dan haluaran cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai usia dan
kondisi fisik.
 Klien mempunyai tugor kulit yang normal.
 Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Timbang berat badan klien 1. Untuk membantu mendeteksi
setiap hari sebelum sarapan. perubahan keseimbangan cairan.
2. Tentukan cairan apa yang 2. Untuk meningkatkan asupan.
disukai klien dan simpan
cairan tersebut disamping
tempat tidur klien.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral 1. Untuk membantu mempertahankan
sesuai intruksi. keseimbangan cairan.

Observasi : Observasi :
1. Periksa membran mukosa 1. Membran mukosa kering
mulut setiap hari. merupakan suatu indikasi dehidrasi.
2. Pantau kadar elektrolit serum. 2. Perubahan niali elektrolit dapat
menandakan ketidakseimbangan
cairan.
3. Ukur asupan cairan dan 3. Penurunan asupan atau peningkatan
haluaran urine untuk haluaran mengakibatkan defisit
mendapatkan status cairan. cairan dan mengakibatkan kelebihan
cairan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien untuk mematuhi 1. Untuk membantu mencapai
diet yang diinstrusikan. keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Ajarkan klien dan anggota 2. Tindakan ini mendorong klien dan
keluarga cara pemberian asuhan untuk
mempertahankan asupan berpartisipasi dalam perawatan,
cairan yang tepat, termasuk sehingga meningkatkan kontrol.
mencatat berat badan setiap
hari, mengukur asupan dan
haluaran, dan mengenal tanda-
tanda ketidakseimbangan
cairan.
3.4 Implementasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat dari intervensi yang telah dibuat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang lebih baik dengan kriteria hasil yang diharapkan

3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan akhir dari proses keperawatan, dimana
perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri pasien dan menilai sejauh
mana masalah itu dapat diatasi. Evaluasi dapat dilaporkan dalam susunan sebagai berikut:
a. S (data subjektif)
Informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan
b. O (data objektif)
Informasi yang didapatkan berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan
c. A (Analisis)
Kesimpulan yang dibuat perawat dari hasil membandingkan antara informasi
subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil. Kesimpulan berupa masalah
teratasi, teratasi sebagian, dan tidak teratasi.
d. P (Planning)
Rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih
dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan
dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh
peningkatan hormone tiroid
Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1
dan pada usia antara 20-40 tahun
penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid,
tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid. Pasien dengan
hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, pernah
berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme normal.
Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Komplikasi Hipertiroid adalah Eksoftalmus,
Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung,

4.2 Saran

Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pemabaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik,
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan Keperawatan. Jakarta:EGC..


Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana penulisan.Jakarta:EGC
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC.
Heater,Herdman,T.2012.Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 Jakarta: EGC
Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin.Jakarta: CV Trans
Info Media.
Wartunah,Tarwoto.2006.kebutuhan dasar manusia proses keperawatan.Jakarta:Salemba
Medika.
Wilkson,Judith,W,dkk.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai