LAPORAN PENDAHULUAN
1. TINJAUAN MEDIS
1.1 KATARAK
1.1.1 Pengertian
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan
oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas Dkk, 2009).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.Biasanya terjadi akibat
proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga
berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka
panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama, atau
kelainan mata yang lain.
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya transparan dan
dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan
penglihatan.
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan-keadaan sebagai berikut :
1. Tanpa kelainan mata atau sistemik lainya :
a. Katarak Senil
b. Katarak Juvenil
c. Beberapa Katarak Herediter
2. Yang disertai kelainan-kelainan mata, akan tetapi tanpa kelainan sistemik:
a. kelainan kongenital/herediter
1. Koloboma
2. Mikroftalmus
3. Aniridia
b. kelainan yang didapat atau herediter yang timbul setelah dewasa :
1. bermacam-macam penyakit mata sepeerti glaukoma, ablasi, uveitis
2. kelainan mata pada premature
3. toksik ( kortikostreroid, ergot , antikolinesterase topikal )
4. trauma mata
3. Yang menyertai kelainan sistemik :
No Jenis Kelainan
1. Kelainan yang umum :
1. Embriopati :
- Infeksi intrauterin
- Radiasi masa hamil,induksi obat masa hamil
- Sindrom Down
- Kehamilan pada usia tua
2. Sindrom Marfan
3. Disefali mandibulookulofasial (muka burung)
4. Degenerasi pigmen epitel retine:
- Retinitis pigmentosa
- Sindrom LaurenceMoonBiedl
- Obesitas,polidaktili, ketulian, dan lain-lain
5. Penyakit sistemik yang menimbulkan uveitis dan katarak.
2. Kelainan Kulit
1. Dermatitis atopik
2. Sindrom Rothmund
3. Inkontinensia pigmen
4. Sindrom Werner
5. Iktiosis kongenital
6. Sindrom Siemen
3. Metabolik
1. Diabetes Melitus
2. Galaktosemia
3. Sindrom Lowe
4. Hipokalsemi
5. Peenyakit Fabry
6. Penyakit Refsum
4. Neurologik
1. Degenerasi hepatolenytikuler
2. Ataksia spinoserebral, olihofrenia
5. Kelainan otot
1. Distrifi miotonik
6. Kelainan Tulang
1. Disostosis mandibulofasial
2. Osteosis fibrosa
3. Stipped epiphysis
4. Oksisefali
7. Kelainan kromosom
1. Sindrrom Down
2. Trisomi 13-15
3. Sindrom Cockayne
Katarak Kongenital adalah kekeruhan pada lensa yang timbul pada saaat pembentukan
lensa. Kekeruhan sudah terdapat pada waktu bayi lahir. Katarak ini sering ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubella, diabetes melitus, toksoplasmosis,
hipoparatiroidisme, galaktosemia.
Ada pula yang menyertai kelainan bawaan pada mata itu sendiri seperti mikroftalmus,
aniridia, koloboma,keratokonus, ektopia lentis, megalokornea, heterokronia iris. Kekeruhan
dapat dijumpai dalam bentuk arteri hialoidea yang persisten, katarak polaris anterior, posterior,
katarak aksialis, katarak zonularis, katarak stelata, katarak totalis dan katarak kongenital
membranesea.
Katarak Primer katarak primer, menurut umur ada tiga golongan yaitu katarak juvenilis
(umur < 20tahun); katarak presenalis (umur sampai 50 tahun) dan katarak senilis (umur > 50
tahun). Katarak primer dibagi menjadi 4 stadium :
1. Stadium insipien
Jenis katarak ini adalah stadium paling paling dini. Visus belum terganggu,
dengan koreksi masih bisa 5/5-5/6. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer
berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda.
2. Stadium Imatur
Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa, terutama terdapat di bagian
posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Shadow test positif. Saat ini mungkin terjadi
hidrasi korteks yang menyebabkan lensa menjadi cembung sehingga indeks refraksi
berubah dan mata menjadi miopia. Keadaan ini disebut intumesensi. Cembungnya lensa
akan mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan
menimbulkan komplikasi glukoma.
3. Katarak Matur
Pada stadium ini terjadi pengeluaran air sehingga lensa akan berukuran normal
normal kembali. Saat ini lensa telah keruh seluruhnya sehingga sumua sinar yang masuk
pupil dipantulkan kembali. Shadow test negatif. Di pupil tampak lensa seperti mutiara.
4. Katarak Komplikata
Katarak jenis ini terjadi sekunder atau sebagai komplikasidaripenyakit lain.
Penyebab katarak jenis ini adalah :
a. Gangguan okuler, karena retinitis pigmentosa, glaukoma, ablasio retina yang sudah
lama, uveitis, miopia maligna.
b. Penyakit sistemik, diabetes melitus, hipoparatiroid, sindrom Down, dermatitis atopik.
c. Trauma, trauma tumpul, pukulan, benda asing, di dalam mata, terpajan panas yang
berlebihan, sinar-X, radioaktif, terpajan sinar matahari, toksik kimia.
Katarak Sekunder adalah istilah untuk semua bahan seperti kapsul lensa,sel epitel,
serabut lensa, elemen fibrin sesudah suatu peradangan dan hasil degenarasi atau degenerasi
lensa yang tertinggal sesudah suatu operasi katarak extra kapsuler atau sesudah suatu trauma
yang memecah lensa.katarak sekunder dapat menyebabkan kemunduran tajam penglihatan.
Tampak sebagai suatu massa tebal yang dapat terdiri atas kapsul anterior, kapsula posterior,
masa lensa, cincin Soemmering dan Elsching pearl.
No Gejala Subjektif
1. Tampak sebagai suatu masa tebal yang terdiri atas kapsul anterior, kapsula
posterior, massa lensa, cincin soemering dan Elschnig pearl.
2. Cincin soemering akan bertambah besar olehadenya daya regenarsi epitel
yang terdapat di dalamnya.
3. Elschnig pearl adalah epitel subkapsuler yang berproliferasi dan membesar
sehingga tampak sebagai busa sabun.
Katarak Senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut , yaitu diatas
usia 50 tahun.
Katarak trauma adalah katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata. Trauma
dapat berupa trauma tumpul maupun tajam. Katarak akibat trauma tumpul ditemukan dalm
bentuk : cetakan pupil yang berbentuk vossious ring, katarak berbentuk roset , katarak trauma
diseminata subepitel berbentuk kekeruhan yang bercaak-bercak dan terletak di bawah lapisan
epitel lensa bagian depan, katarak zonular dan lamelar : bentuk ini sering terlihat pada orang
muda setelah trauma.
1.1.2 Etilogi Katarak
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami katarak yang
biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini
disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus
lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan
kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras.
Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Dengan menjadi
tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan
menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat
berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat
dekat (presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa keruh.
Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya berbeda.
Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun. Berbagai
faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi
kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa seperti diabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra
violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan
radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti
betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin,
pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes
melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001)
1.1.3 Patofisiologi Katarak
Lensa normal dengan struktur posterior
iris yang jernih, transparan, dan
memiliki kekuatan refraksi besar
Ketidakseimbangan penyerapan protein lensa
normal
Koagulasi Terputusnya protein
lensa normal
Kekeruhan pada lensa mata Influks air ke
dalam
Menghambat jalannya cahaya ke
lensa Mematahkan serabut
Penurunan tajam
Mengaburkan pandangan Menganggu
pandangan
Transmisi
Gangguan penerimaan
sensori : kerusakan
sensori
2. Diagnosa Keperawatan
1 Gangguan Persepsi Sensori
Batasan karakteristik:
(1) Berubahnya ketajaman pancaindera
(2) Berubahnya respon yang umum terhadap rangsangan
(3) Distorsi pancaindera
Faktor- faktor yang berkaitan:
(1) Pengintegrasian pancaindera yang terganggu
(2) Penerimaan terhadap pancaindera yang terganggu
(3) Penyebaran gangguan pancaindera
NOC
a. kontrol kecemasan
indicator:
(1) Memantau intensitas kecemasan
(2) Menghilangkan pencetus kecemasan
(3) Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan
(4) Merencanakan strategi koping terhadap situasi yang menekan
(5) Menggunakan strategi koping yang efektif
(6) Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa cemas
b. Gambaran Tubuh
Indikator:
(1) Deskripsi pada bagian tubuh yang terkena dampak
(2) Menyesuaikan diri dengan berubahnnya status kesehatan
NIC
a. Terapi kegiatan
Intervensi:
(1) Bekerjasama dengan tenaga kesehatan, dokter, dan/atau ahli terapis dalam merencanakan
dan memantau kegiatan program sebaimana mestinya
(2) Bantu untuk menemukan makna diri melalui aktivitas yang biasa (misalnya bekerja)
dan/atau aktivitas liburan yang disukai
(3) Bantu memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi, dan sosial
(4) Bantu mengidentifikasi dan memperoleh sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan
yang dikehendaki
(5) Instruksikan pasien/keluarga untuk menghormati aturan dalam aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif demi menjaga keberfungsian dan kesehatan
(6) Bantu dengan kegiatan fisik yang biasa (misalnya, berjalan, berpindah, berbalik, dan
perawatan pribadi), sesuai kebutuhan
(7) Bantu pasien/keluarga untuk memantau kemajuan dalam pencapaian tujuan
b. Peningkatan komunikasi: deficit penglihatan
Intervensi:
(1) Catat reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan (misal, depresi, menarik diri, dan
menolak kenyataan)
(2) Menerima reaksi pasien terhadap rusaknya penglihatan
(3) Bantu pasien dalam menetapkan tujuan yang baru untuk belajar bagaimana “melihat”
dengan indera yang lain
(4) Andalkan penglihatan pasien yang tersisa sebagaimana mestinya
(5) Gambarkan lingkungan kepada pasien
(6) Jangan memindahkan benda-benda di kamar pasien tanpa memberitahu pasien
(7) Sediakan bahan bacaan Braille, sebagaimana perlunya
2 Resiko cedera
Definisi : Beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi
dengan sumber adaptif dan sumber defensif individu
Faktor Resiko :
(1) Biologis (mis, tingkat imunisasi komunitas, mikroorganisme)
(2) Zat kimia (mis, racun, polutan, obat, agenens farmasi, alkohol, nikotin, pengawet, kosmetik,
pewarna)
(3) Manusia (mis, agens nosokomial, pola ketegangan, atau faktor kognitif, afektif, dan
psikomotor)
(4) Cara pemindahan/transpor
(5) Nutrisi (mis, desain, struktur, dan pengaturan komunitas, bangunan, dan/atau peralatan)
(6) Profil darah yang abnormal (mis, leukositosis / leukopenia, gangguan faktor Koagulasi,
trombositopenia, sel sabit, talasemia, penurunan hemoglobin)
(7) Disfungsi biokimia
(8) Usia perkembangan (fisiologis, psikososial)
(9) Disfungsi efektor
(10) Disfungsi imun-autoimun
(11) Disfungsi integratif
(12) Malnutrisi
(13) Fisik (mis, integritas kulit tidak utuh, gangguan mobilitas)
(14) Psikologis (orientasi afektif)
(15) Disfungsi sensorik
(16) Hipoksia jaringan
NOC
Risk Kontrol
(1) Klien terbebas dari cedera
(2) Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury/cedera
(3) Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan/perilaku personal
(4) Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury
(5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
(6) Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC
Environment Management (Manajemen lingkungan)
(1) Sediakan Iingkungan yang aman untuk pasien
(2) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif
pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
(3) Menghindarkan lingkungan yang berbahaya (misalnya memindahkan perabotan)
(4) Memasang side rail tempat tidur
(5) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
(6) Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijangkau pasien.
(7) Membatasi pengunjung
(8) Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
(9) Mengontrol lingkungan dari kebisingan
(10) Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
(11) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab penyakit
Post Operasi
2.1 Diagnosa keperawatan : Nyeri Akut
2.1.1 NANDA
Nyeri Akut
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai
kerusakan (International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau
diprediksi
Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan
1. Bukti nyeri dengan menggunakan a. Agens cedera biologis (mis infeksi,
standar daftar periksa nyeri untuk iskemia, neoplasma)
pasien yang tidak dapat b. Agens cedera fisik (mis., abses,
mengungkapkannya (mis, Neonatal amputasi, luka bakar, terpotong,
Infant Pain Scale, Pain Assessment mengangkat berat, prosedur bedah,
Checklist for Senior with Limited trauma, olahraga berlebihan)
Ability to Communicate) c. Agen cedera kimia (mis, luka bakar,
2. Diaforesis kapsaisin, metilen klorida, agen
3. Dilatasi pupil mustard)
4. Ekspresi wajah nyeri (mis., mata
kurang bercahaya, tampak kacau,
gerakan mata berpencar atau tetap
pada satu fokus, meringis)
5. Fokus menyempit (mis., persepsi
waktu, proses berpikir, interaksi
dengan orang dan lingkungan
6. Fokus pada diri sendiri
7. Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala nyeri
(mis., skala Wong-Baker FACES,
skala analog visual skala penilaian
numerik)
8. Keluhan tentang karakteristik nyeri
dengan menggunakan standar
instrumen nyeri (mis., McGill Pain
Questionnaire, Brief Pain
Inventory)
9. Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
10. Mengekspresikan perilaku (mis,
gelisah, merengek, menangis,
waspada)
11. Perilaku distraksi
12. Perubahan pada parameter
fisiologis (mis., tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan saturasi oksigen, dan
end- tidal karbon dioksida [CO2))
13. Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
14. Perubahan selera makan
15. Putus asa
16. Sikap melindungi area nyeri
17. Sikap tubuh melindungi
2.1.2 NOC
Kontrol Nyeri 1605
Definisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri
160502 Mengenali kapan nyeri terjadi
160501 Menggambarkan faktor penyebab
160510 Menggunakan jurnal harianuntuk memonitor gejala dari waktu ke waktu
160503 Menggunakan tindakan pencegahan
160504 Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik
160505 Menggunakan analgesik yang di rekomendasikan
160513 Melaporkan perubahan perubahan terhadap gejala nyeri terhadap
profesional kesehatan
160507 Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan
160508 Menggunakan sumber daya yang tersedia
160509 Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
160511 Melaporkan nyeri yang terkontrol
2.1.2 NIC
Manajemen Nyeri 1400
Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan yang
dapatditerima oleh pasien
Aktivitas-aktivitas 26. Kurangi atau eliminasi faktor-
1. Lakukan pengkajian nyeri faktor yang dapat mencetuskan
komprehensif yang meliputi atau meningkatkan
lokasi , karekteristik,onset/durasi, nyeri(misalnya, ketakutan ,
frekuensi, kualitas, intensitas atau kelelahan,keadaan monoton dan
beratnya nyeri dan faktor pencetus kurang pengetahuan)
2. Observasi adanya petunjuk 27. Pertimbangkan keinginann pasien
nonverbal mengenai ketidak- untuk berpartisipasi, kemampuan
nyamanan terutama pada mereka berpaartisipasi, kecenderungan,
yang tidak bisa berkomunikasi dukungan dari orang terdekat
secara efektif terhadap dan kontraindikasi
3. Pastikan perawatan analgesic bagi ketika memilih strategi penurunan
pasien dilakuka dengan nyeri
pemantauan yang ketat 28. Pilih dan implementasikan
4. Gunakan strategi komunikasi tindakan yang beragam
terapeutik untuk mengetahui (misalnya,farmakologi,
pengalaman nyeri dan sampaikan nonfarmakologi, interpersonal)
penerimaan pasien terhadap nyeri untuk memfasilitasi penurunan
5. Gali pengetahuan dan nyeri, sesuai dengan kebutuhan
kepercayaan pasien mengenai 29. Ajarkan prinsip-prinsip
nyeri manajemen nyeri
6. Perhatikan pengaruh budaya 30. Pertmbangkan tipe dan sumber
terhadap respon nyeri nyeri ketika memilih strategi
7. Tentukan akibat dari pengalaman penurunn nyeri
nyeri terhadap kualitashidup 31. Dorong pasien untuk memonitor
pasien (misalnya, tidur, nafsu nyeri dan menangani nyerinya
makan, pengertian, perasaan , dengan tepat
hubungan peforma kerja, dan 32. Ajarkan penggunaan teknik
tanggung jawab peran) nonfarmakologi (seperti, biofeed
8. Gali bersama pasien faktor-faktor back. TENS, hypnosis, relaksasi,
yang dapat menurunkan atau bimbingan antisipasif, terapi
memperberat nyeri music, terapi bermain,, terapi
9. Evalasi pengalaman nyeri aktifitas, akupressur, aplikasi
dimasalaluyang meliputi riwayat panas/dingin dan pijatan, sebelum
nyeri kronik individu atau , sesudah dan jika memungkinkan
keluarga atau nyeri yang , ketika melakukan aktifitas yang
menyebabkan menimbulkan nyeri, sebelum
disability/ketidakmampuan/kecac nyeri terjadi atau meningkat dan
atan, dengan tepat bersamaan dengan tindakan
10. Evaluasi bersama pasien dan tim penurunan rasa nyeri lainnya)
kesehatan lain mengenai 33. Gali penggunaan metode
efektivitas tindakan pengontrolan farmakologi yang di pakai pasien
nyer yang pernah di lakukan saat ini untuk menurunkan nyeri
sebelumnya 34. Ajarkan metodefarmakologi
11. Bantu keluarga dalam mencari untuk menurunkan nyeri
dan menyediakan dukungan 35. Dorong pasien menggunakan
12. Gunakan metode penilaian yang obat-obatan penurun nyeri yang
sesuai dengan tahapan adekuat
perkembangan yang 36. Kolaborasi dengan pasien, orang
memungkinkan untuk terdekat dan tim kesehatan
meonitoring perubahan nyeri yang lainnya untuk memilih dan
akan dapat membantu mengimplementasikan tindakan
mengidentifikasi faktor pencetus penurunan nyeri nonfarmakologi
actual dan potensial (missal, sesuai kebutuhan
catatan perkembangan dan catatan 37. Beriakn individu penurun nyeri
harian) yang optimal dengan peresepan
13. Tentukan kebutuhan frekuensi analgesic
untuk melakukan pengkajian 38. Implementasikan penggunaan
ketidaknyamanan pasien dan pasien – -terkontrol analgesic
mengimplementasikan rencana (PCA), jika sesuai
monitor 39. Gunakan tindakan pengontrol
14. Berikan informasi mengenai nyeri nyeri sebelum nyeri bertambah
, seperti penyebab nyeri, berapa berat
lama nyeri akan dirasakan , dan 40. Berikan obat sebelum melakukan
antisipasi dari ketidak-nyamanan aktivitas untuk meningkatkan
akibat prosedur partisipasi, namun (lakukan)
15. Kendalikan faktor lingkungan evaluasi (mengenai) bahaya dari
yang dapat mempengaaruhi sedasi
respon pasien terhadap 41. Pastikan pemberian analgesic dan
ketidaknyamanan (misalnya, atau strategi nonfarmakologi
suhu, ruangan , pencaahayaan, sebelum dilakukan prosedur yang
suara bising) menimbulkan nyeri
16. Informasikan tim kesehatan lain 42. Periksa tingkat ketidak nyamanan
atau anggota keluarga mengenai bersama pasien , catat perubahan
strategi nonfarmakologi yang pada catatan medis pasien ,
sedang di gunakan untuk informasikan petugas kesehatan
mendorong pendekatan preventif lain yang merawat pasien
terkait dengan manajemen nyeri
17. Gunakan pendekata multi disiplin 43. Evaluasi keefektifan dan dari
untu manajemen nyeri , jika sesuai tindakan pengontol nyeri yang di
18. Pertimbangkan untuk merujuk pakai selama pengkajian nyeri
pasien keluarga dan orang dilakukan
terdekat pada kelompok
pendukung dan sumber-sumber
lainnya sesuai kebutuhan
19. Berikan informasi yang akurat
untuk meningkatkan pengetahun
dn respon keluarga terhadap
pengalaman nyeri
20. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan nyeri, jika
memungkinkan
21. Monitor kepuasan pasien terhadap
manajeman nyeri dalam interval
yang spesifik
22. Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan
respon pasien
23. Dukung istirahaat atau tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
24. Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
25. Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil dan jika keluhan
pasien saat ini berubah signifikan
dari pengalaman nyer sebelum nya
Pemberian analgesik 2210
Definisi : Penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
Aktivitas-aktivitas: 15. Berikan analgesik tambahan
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan/atau pengobatan jika
dan keparahan nyeri sebelum diperlu kan untuk
mengobati pasien meningkatkan efek
2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, pengurangan nyeri
dosis, dan frekuensi obat analgesik 16. Pertimbangkan penggunaan
yang diresepkan infus terus-menerus, baik
3. Cek adanya riwayat alergi obat sendiri atau digabungkan
4. Evaluasi kemampuan pasien untuk dengan opioid bolus, untuk
berperan serta dalam pemilihan mempertahan kan level
analgetik, rute dan dosis dan serum
keterlibatan pasien, sesuai kebutuhan 17. Jalankan tindakan
5. Pilih analgesik atau kombinasi keselamatan pada pasien
analgesik yang sesuai ketika lebih dari yang menerima analgesik
satu diberikan narkotika, sesuai kebutuhan
6. Tentukan pilihan obat analgesik 18. Mintakan pengobatan nyeri
(narkotik, non narkotik, atau NSAID), PRN sebelum nyeri menjadi
berdasarkan tipe dan keparahan nyeri parah
7. Tentukan analgesik sebelumnya, rute 19. lnformasikan pasien yang
pemberian, dan dosis untuk mencapai mendapatkan narkotika
hasil pengurangan nyeri yang optimal bahwa rasa mengantuk
8. Pilih rute intravena daripada rute kadang terjadi selama 2-3
intramuskular, untuk injeksi hari pertama pemberian dan
pengobatan nyeri yang se jika selanjutnya akan
memungkinkan menghilang
9. Tinggalkan narkotik dan obat-obat lain 20. Perbaiki kesalahan
yang dibatasi, sesuai dengan aturan pengertian/mitos yang
rumah sakit dimiliki pasien dan anggota
10. Monitor tanda vital sebelum dan setelah keluarga yang mungkin
memberikan analgesik narkotik pada keliru tentang analgesik
pemberian dosis pertama kali atau jika 21. Evaluasi keefektifan
ditemu- kan tanda-tanda yang tidak analgesik dengan interval
biasanya yang teratur pada setiap
11. Berikan kebutuhan kenyamanan dan setelah pemberian
aktivitas lain yang dapat membantu khususnya setelah
relaksasi untuk memfasilitasi pemberian pertama kali,
penurunan nyeri juga observasi adanya tanda
12. Berikan analgesik sesuai waktu dan gejala efek samping
paruhnya, terutama pada nyeri yang (misalnya, depresi
berat pernafasan, mual dan
13. Susun harapan yang positif mengenai muntah,mulut kering dan
keefektifan analgesik untuk konstipasi)
mengoptimKolaborasikan dengan 22. Dokumentasikan respon
dokter apakah obat, dosis, rute pem terhadap analgesik dan
berian, atau perubahan interval adanya efek samping
dibutuhkan, buat rekomendasi khusus 23. Evaluasi dan
berdasarkan prinsip analgesik dokumentasikan tingkat
14. Ajarkan tentang penggunaan analgesik, sedasi dari pasien yang
strategi untuk menurunkan efek menerima opioid
samping, dan harapan terkait dengan 24. Lakukan tindakan-tindakan
keterlibatan dalam keputusan untuk menurunkan efek
pengurangan nyerialkan respon pasien samping analgesik
(misalnya, konstipasi dan
iritasi lambung)
070313 Gangguan 1 2 3 4 5 NA
kognisi yang
tidak bisa NIC
diperjalankanPerlindungan Infeksi
6550
070331 Lethargi
Definisi : pencegahan 1 infeksi2 pada pasien
dan deteksi dini 3 4
beresiko 5 NA
070332
Aktivitas-aktivitasHilang
: nafsu 1 216. Tingkatkan
3 4
asupan 5
nutrisi NA
yang
makan tanda dan
1. Monitor adanya cukup
070319 Infiltrasi x-ray 1 2 3 4 5 NA
gejala infeksi sistemik dan local 17. Anjurkan asupan cairan dengan
dada
2. Monitor kerentanan terhadap tepat
infeksi 18. Anjurkan istirahat
070320 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
3. Tinjau riwayat (dilakukannya) 19. Pantaau adanya perubahan tingkat
kultur darah
perjalanan internasional dan energy atau malaise
kolonisasi
global 20. Anjurkan peningkatan mobilitas
kultur darah
4. Monitor hitung mutlak dan latihan dengan tepat
Kolonisasi
granulosit, WBC, dan hasil- 21. Anjurkan pernafasan dalam dan
(pada) alat
hasil diferensial batuk dengan tepat
bantu
5. Ikuti pencegahan neutropenia, 22. Berikan agen imunisasi dengan
aksesvaskuler
070335 Kolonisasi 1 2 3 4 5 NA
(pada) alat
yang sesuai tepat
6. Hindari kontak dekat dengan 23. Instruksikan pasien untuk minum
hewan peliharaan hewan dan antibiotic yang di resepkan
penjamu dengan imunitas yang 24. Jaga penggunaan antibotik denga
membahayakan (immune- bijaksana
compromised) 25. Jangan mencoba pengobatan
7. Skrining semua pengunjung antibiotic untuk infeksi-infeksi
terkait penyakit menular virus
8. Pertahan kan asepsis untuk 26. Ajarkan pasien dan keluarga
pasien beresiko pasien mengenai berbedaan-
9. Pertahankan teknik-teknik perbedaan infeksi virus dan baterai
isolasi, yang sesuai 27. Ajarkan pasien dan keluarga
10. Berkikan perawatan kulit yang mengenai tanda dan gejala infeksi
tepay untuk (area yang kapan harus melaporkannya
memngalami edema) kepada pemberi layanan kesehatan
11. Periksa kulit dan selaput lender 28. Ajarkan pasien dan keluarga cara
untuk adanya kemerahan untuk menghindari infeksi
kehangatan ekstrim atau 29. Kurangi buah-buahan segar dan
drainase sayur-sayuran , dan merica dalam
12. Periksa kondisi setiap sayatan diet pasien dengan neutropenia
bedah atau luka 30. Singkirkan bunda-bunga segar dan
13. Dapatkan kultur yang di tanaman-tanaman dari area pasien
perlukan dengan tepat
14. Lapor dugaan infeksi pada 31. Berikan ruang pribadi yang
personil pengendali infeksi diperlukan
15. Lapor kultur positif pada 32. Pastikan keamanan air dengan
persnil pengendali infeksi mengajukan hiperklorinasi dan
pemanasan lebih dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA
dr. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Dkk (2010). Pedoman Diagnosis dan Terapi LAB/UPF
Ilmu Penyakit Mata. Surabaya : Universitas Airlangga
Istiqomah, Indriana N (2009). Asuhan Keperawtan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather (2015). Diagnosis Keperawatan defisinsi dan Klasifikasi 2015-2017, Edisi
10. Jakarta. ECG
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-andriniest-6717-2-babii(-).pdf
Sidarta Ilyas Dkk, (2009). Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Fakultas Kedokteran Indonesia
NAMA MAHASISWA : Erika Endrasari, Neeta Ria Sonata Purba, Pipit Wulandari
NIM :-
RUANG : Instalasi Rawat Jalan
TANGGAL : 17 Januari 2020
1. BIODATA :
Nama : Ny. S No.Reg 775126
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Pesantren, Kediri
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Tanggal MRS : 17 Januari 2020
Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2020
Golongan Darah :O
Diagnosa Medis : Post Op Katarak OD (mata kanan)
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri, nyeri berkurang saat istrahat dan nyeri bertambah saat
beraktivitas nyeri seperti tertusuk-tusuk nyeri di mata sebelah kanan dengan skala nyeri 3
nyeri hilang timbul mata kanan masih tampak memerah.
x x x x
6
5
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: menikah
: garis keturunan
X : meninggal
---- : tinggal serumah
9. TANDA-TANDA VITAL
Suhu Tubuh : 37ºC
Denyut Nadi : 82x/menit
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Pernafasan : 20x/menit
TT / TB : 52 Kg, 162 cm
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : kulit kepala bersih, rambut hitam, tidak ada luka/lesi, dan tidak ada nyeri tekan
Mata : sklera berwarna putih, reflek pupil +/-, retina sulit dilihat, terdapat dlatasi pupil,
konjungtiva berwarna merah muda, mata kanan tampak kemerahan, tampak oedema di
mata sebelah kanan
Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
Mulut : mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi tampak bersih
Hidung : hidung bersih, tidak ada sinus atau polip, tidak terdapat nyeri tekan
Telinga : bersih, simetris dan tidak ada benjolan
E. Pemeriksaan Jantung :
Inspeksi : tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak terlihat denyut nadi apeks (ictus cordis
fi ICS V-VII midklavikula sinistra)
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan, CRT <2detik
Perkusi : suara jantung pekak, batas jantung kanan pada ICS II-IV dextra, batas jantung
atas pada ICS II midklavikula sinistra, batas bawah jantung pada ICS V midklavikula
sinistra, dan batas kiri jantung pada ICS V midklavikula
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar tunggal tanpa suara jantung tambahan
F. Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan, tidak terdapat luka bekas operasi
Auskultasi : bising usus 10x/menit
Perkusi : suara perut terdengar tyimpani
Palpasi : turgor kulit lembab, tidak teraba benjolan, tidak ada pembengkakan organ hepar
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
Reflek patela +/+
Keterangan :
5 5 1. Otot ada kontraksi
5 5 2. Gerakan minimal gaya gravitasi
3. Dapat bergerak bebas melawan gravitasi
4. 4. Dapat bergerak bebas dengan gravitasi
5. Dapat bergerak bebas melawan gravitasi tekanan maksimal
H. Pemeriksaan Neurologi :
Kesadaran composmentis:
GCS: 4-5-6 Keterangan : 4: respon membuka mata spontan
5 : respon verbal kata-kata jelas
6 : mengikuti perintah
Kediri ,
……………………….
Tanda Tangan Mahasiswa,
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN : Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera fisik (prosedur
pembedahan)
3. NOC :
a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada