MODUL 06
VENTURIFLUME
NIM : 15318030
2020
I. Tujuan
1 Menentukan debit aktual aliran yang melalui alat ukur debit berdasarkan prinsip
kesetimbangan pada hydraulic bench
2 Menentukan debit teoritis berdasarkan tinggi muka air di titik kritis dan lebar
penyempitan venturiflume
3 Menentukan nilai Energi Spesifik, Bilangan Froude, dan Cd untuk menentukan jenis
aliran
4 Menentukan koefisien discharge berdasarkan perbandingan debit aktual dan debit teoritis
II. Data Awal
1 Data yang diketahui
b3 = 0.05 m
Waktu (s)
Variasi
t1 t2 t3
1 4.53 4.56 4.46
2 4.16 4.05 4.31
3 3.47 3.7 3.72
4 3.38 3.49 3.44
5 3.32 3.34 3.26
Tabel II.2 Data awal pengukuran ketinggian muka air pada saluran
Kedalaman (m)
Variasi
y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
1 0.0665 0.0655 0.0564 0.0453 0.038 0.0214 0.0212
2 0.0718 0.0703 0.062 0.0488 0.0403 0.0235 0.026
3 0.0724 0.072 0.0633 0.0507 0.0421 0.0237 0.0265
4 0.0775 0.0763 0.0654 0.0546 0.0449 0.0255 0.0278
5 0.0834 0.082 0.0703 0.0576 0.0452 0.0264 0.0314
Jarak (m)
Variasi
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7
1005
1000
995
Densitas (kg/m3)
990
985
980
y = -0,0035x2 - 0,0729x + 1000,6
975 R² = 0,9991
970
965
960
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)
0 0,000001785
5 0,000001519
10 0,000001306
15 0,000001139
20 0,000001003
25 0,000000893
30 0,0000008
40 0,000000658
50 0,000000553
60 0,000000474
70 0,000000413
80 0,000000364
Nilai x = Suhu rata-rata = 23.5oC sehingga didapat nilai massa jenis air adalah
997.02565 kg/m3.
= 2.5 kg × 3
= 7.5 kg
Keliling basah saluran pada variasi dan titik lainnya dapat dihitung menggunakan
cara yang sama dengan memperhatikan syarat lebar saluran yang telah disebutkan
i. Menghitung Jari-jari Hidrolisis (R)
Untuk menghitung jari-jari hidrolisis pada variasi 1 titik 1 dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut
𝐴1
𝑅1 =
P1
0.0049875 𝑚2
𝑅1 = = 0.023978365 𝑚
0.208 𝑚
Jari-jari hidrolisis pada titik dan variasi lain dapat dihitung dengan cara yang sama
𝑣.𝑅
𝑅𝑒1 = ϑ
𝑚
0.333928882 𝑥 0.023978365 m
𝑠
𝑅𝑒1 = 0.0010358 𝑚 2 /𝑠
𝑅𝑒1 = 5697.156594
Bilangan Reynolds pada titik dan variasi lain dapat dihitung dengan cara yang sama
v1 2
ES1 = y1 +
2g
(0.334723459 𝑚/𝑠)2
ES1 = 0.0718 m + m
2 x 9.81 2
s
ES1 = 0.077510489 m
Energi spesifik (ES) pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
o. Menghitung Nilai Yc
Q2
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 = √ 2
𝑏𝑡 𝑔
( 0.00166547 𝑚3 /𝑠)2
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 =√ m
(0.0625 𝑚 )2 𝑥 9.81 2
s
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 = 0.041675573 m
Nilai Ycteroritis variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
p. Menghitung Nilai Debit Aktual (Qteoritis)
Untuk menghitung nilai Cdakt pada variasi 1 dapat digunakan persamaan sebagai
berikut
3
Q 𝑡𝑒𝑜 = 𝑏𝑡 𝑥 √𝑔 𝑥 (𝑦4 )2
m 3
Q 𝑡𝑒𝑜 = 0.0625 𝑚 𝑥 √9.81 𝑥 ( 0.0453 𝑚 )2
s2
Q 𝑡𝑒𝑜 = 0.041675573 m3 /s
Nilai Cdakt untuk variasi lain dapat dilakukan dengan cara yang sama
Persamaan Qteo yang digunakan pada pengolahan data diatas merupakan persamaan
penyederhanaan dari persamaan dasar aliran fluida. Prinsip dasar yang menjadi acuan
persamaan tersebut adalah persamaan kontinuitas serta persamaan Froude yang memiliki
persamaan sebagai berikut
𝑣
NFR =
√g x 𝑦
𝑄 = 𝐴𝑥𝑣
Kedua persamaan tersebut memiliki kesamaan dalam penyusunnya, yaitu variabel 𝑣
(kecepatan alir fluida). Dengan mensubstitusikan variabel tersebut maka akan didapat
persamaan gabungan sebagai berikut
𝑄 = 𝐴 𝑥 NFR √g x 𝑦
Dengan meninjau pada kondisi kritis aliran, maka didapatkan bilangan froude pada
aliran memiliki nilai sebesar 1. Selain itu, pada percobaan ini fluida mengalami kondisi kritis
pada kondisi dengan syarat
𝑦 = y4 ; 𝑏 = bt
Jika kondisi syarat tersebut disubstitusi kedalam persamaan gabungan yang telah
diturunkan diatas, maka akan didapat persamaan Qteo yang digunakan pada pengelohan data
𝑄 = (𝑏 𝑥 𝑦) 𝑥 1√𝑔 𝑥 𝑦
𝑄 = (𝑏𝑡 𝑥 𝑦4 ) 𝑥 √𝑔 𝑥 𝑦4
3
𝑄 = 𝑏𝑡 (𝑦4 )2 𝑥 √𝑔
V.3 Analisis Grafik
V.2.3.1 Grafik Kedalaman Aliran Terhadap Jarak Antar Titik
Profil Aliran
0,1
0,08 Variasi 1
0,06
y (m)
Variasi 2
0,04
Variasi 3
0,02
Variasi 4
0
0 0,5 1 1,5 Variasi 5
x (m)
Dari grafik tersebut, pada titik di hulu lebih tinggi dibandingkan titik
yang ada di hilir. Sebagian besar pada titik ke-1 dan ke-2 tidak terjadi perubahan kedalaman
yang signifikan. Hal tersebut disebabkan karena pada titik tersebut memang belum ada
intervensi / perubahan yang terjadi sehingga menjadi wajar jika kedalaman pada kedua titik
tersebut tidak berbeda jauh. Namun, kedalaman setelah melewati titik-2 mulai menurun yang
terus belanjut hingga menuju titik-6. Penurunan tersebut disebabkan pada rentang tersebut
terdapat flume yang dipasangkan pada saluran. Flume tersebut menyebabkan adanya
perubahan luas penampang saluran sehingga mengubah kondisi aliran. Setelah melewati titik-
6, dimana flume sudah tidak terpasang dalam saluran, kedalaman pada titik akhir pengamatan
menunjukan adanya kenaikan. Peristiwa tersebut disebabkan karena adanya loncatan hidrolis
setelah aliran mengalami perubahan kembali dari saluran ber-flume menuju saluran mula-mula.
0,0025
y = 0,8732x
R² = 0,9089
0,002
Qaktual (m3/s)
0,0015
0,001
0,0005
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003
Qteoritis (m3/s)
Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.2), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
sebesar 0.9089 yang positif dan mendekati 1, menunjukan bahwa variabel x dan y
memiliki hubungan yang kuat. Selain itu didapat nilai korelasi (R) sebesar 0.961572112
membuktikan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus. Hal
tersebut dapat dilihat juga didalam grafik, dimana Qteoritis meningkat seiring dengan
meningkatnya Qaktual
Dari grafik diatas juga dapat disimpulkan nilai Cdakt dari sistem secara keseluruhan
percobaan. Nilai Cdakt didapat dari besar gradien dari persamaan regresi pada grafik
diatas. Sehingga didapat nilai Cdakt = 0.8732
Sedangkan untuk nilai Cdteo pada venturiflume dapat dicari menggunakan literatur.
Litertarur yang berhubungan dengan Cdteo venturiflume salah satunya merupakan
grafik Cd literatur terhadap nilai m.t. Dimana m dan t merupakan variabel yang
didefinisikan sebagai berikut:
𝑏𝑡
𝑚=
𝑏
ℎ1 − 𝑎
𝑡=
ℎ1
𝑏𝑡 − 𝑏
𝑎=
2
0.0625 𝑚
𝑚= = 0.83
0.075 𝑚
0.075 𝑚 − 0.0625 𝑚
𝑎= = 0.0625 𝑚
2
∑ ℎ𝑖
ℎ1 =
𝑛
0.0665 𝑚 + 0.0718 𝑚 + 0.0724 𝑚 + 0.0775 𝑚 + 0.0834 𝑚
ℎ1 =
5
ℎ1 = 0.07432 𝑚
0.07432 𝑚 − 0.0625 𝑚
𝑡= = 0.915904198
0.07432 𝑚
𝑚. 𝑡 = 0.763253498
Nilai m.t tersebut kemudian diplotkan kedalam grafik Cd literatur dan didapat nilai
Cdteoritis = 0.65
Perhitungan galat Cd juga dapat dilakukan, melihat bahwa nilai Cdakt dan Cdteo teluh
dihitung. Perhitungan galat Cd sistem mengikuti persamaan sebagai berikut.
𝐶𝑑𝑡𝑒𝑜 − 𝐶𝑑𝑎𝑘𝑡
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | |
𝐶𝑑𝑡𝑒𝑜
0.65 − 0.8732
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | |
0.65
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 34.338 %
Terbentuknya galat antara nilai Cdteo dan Cdakt pada percobaan kemungkinan
disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan pada analisis kesalahan.
V.2.3.3 Grafik Bilangan Froude Terhadap Kedalaman Aliran
3
y = 0,003x-1,826 y = 0,0037x-1,843
R² = 0,9972 R² = 0,9964
Var1 Var3
2,5
y = 0,0032x-1,844 y = 0,004x-1,847
R² = 0,9963 R² = 0,9968 Variasi 1
2 Var2 Var4 Variasi 2
y = 0,0043x-1,842 Variasi 3
R² = 0,9961
Variasi 4
NFR
1,5 Var5
Variasi 5
Power (Variasi 1)
1
Power (Variasi 2)
Power (Variasi 3)
0,5 Power (Variasi 4)
Power (Variasi 5)
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
y (m)
Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.4), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
berturut untuk variasi 1,2,3,4,5 adalah : 0.9972 ; 0.9963; 0.9964; 0.9968; 0.9961.
Angka-angkat tersebut menunjukan bahwa kedua varibel memiliki hubungan yang
sangat kuat. Selain itu didapat nilai korelasi (R) setiap variasi berturut-turut sebesar -
0.995030936; -0.993986641; - 0.992897882;-0.99520657;-0.986906092 membuktikan
bahwa hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat dan berbanding terbalik.
𝑣
NFR =
√g x 𝑦
𝑄
NFR = 𝐴
√g x 𝑦
𝑄 1
NFR = 𝑥
√g 𝐴√ 𝑦
𝑄 1
NFR = 𝑥
𝑏√g 𝑦√ 𝑦
1
NFR ≈ 3
𝑦2
Sehingga nilai hubungan antara variabel NFR dan kedalaman adalah -1.5 dan dapat
dihitung galatnya untuk setiap variasi dengan persamaan berikut
−1.5 − (−1,826)
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | |
−1.5
16000
14000
Variasi 1
12000
Variasi 2
10000 Variasi 3
Variasi 4
Re
8000
Variasi 5
6000 Power (Variasi 1)
y = 1750.5x-0.495 y = 2013.6x-0.494 y = 2013.6x-0.494 Power (Variasi 2)
4000 R² = 0.8429 R² = 0.8494 R² = 0.8494
Var 1 Var 2 Var 3 Power (Variasi 3)
y = 2017.1x-0.51 y = 1924.1x-0.537 Power (Variasi 4)
2000
R² = 0.8632 R² = 0.8783
Var 4 Power (Variasi 5)
Var 5
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
Y (m)
Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.4), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
berturut untuk variasi 1,2,3,4,5 adalah 0.8429; 0.8494; 0.8494; 0.8632; 0.8783. Angka-
angkat tersebut menunjukan bahwa kedua varibel memiliki hubungan yang sangat kuat.
Selain itu didapat nilai korelasi (R) setiap variasi berturut-turut sebesar -0.975671114 ;
-0.976152695; -0.979311024; -0.984887498; -0.98598963 membuktikan bahwa
hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat dan berbanding terbalik.
𝑣𝑥𝑅
NRe =
ϑ
𝑄 𝑅
NRe = 𝑥
ϑ 𝐴
𝐴
𝑄 𝑃
NRe = 𝑥
ϑ 𝐴
𝑄 1
NRe = 𝑥
ϑ 𝑃
𝑄 1
NRe = 𝑥( )
ϑ 𝑏 + 2𝑦
NRe ≈ 𝑦 −1
Sehingga nilai hubungan antara variabel NRe dan kedalaman adalah -1 dan dapat
dihitung galatnya untuk setiap variasi dengan persamaan berikut
−1 − (−0.495)
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | |
−1
Grafik Energi Spesifik terhadap yaktual dapat merepresentasikan kekritisan air pada
kedalaman tertentu. Dari grafik ini akan didapat garis yc aktual dan titik yang berada diatas
garis tersebut memiliki karakteristik aliran subkritis dan titik yang berada dibawah garis
tersebut memilki karakteritristik aliran superkritis. Selain itu, terdapat juga garis y=ES yang
merupakan batas garis yang tidak akan bersinggungan ataupun berpotongan dengan kurva y
terhadap ES. Hal ini disebabkan karena energi spesifik suatu aliran terdiri dari energi potensial
v2
dan energi kinetik fluida (ES1 = yaktual + 2g). Jika kurva menyinggung garis tersebut, berarti
v2
energi kinetik (2g )dari fluida harus memiliki nilai 0, dimana hal tersebut hanya dapat terjadi
saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.
Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual dari
grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari perhitungan
saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.
saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.
Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.4), didapat nilai yc aktual sebesar 0.058. Nilai
𝑑𝐸𝑆
yc aktual mengartikan bahwa di saat tersebut =0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu
dy
saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.
Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.5), didapat nilai yc aktual sebesar 0.046. Nilai
yc aktual mengartikan bahwa di saat tersebut dES/dy=0. Hal itu diartikan pada grafik
yaitu saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva
dengan garis y=2/3 ES.
Flume dan Weir merupakan alat yang dapat difungsikan untuk menghitung debit.
Kedua alat tersebut memiliki beberapa perbedaan dalam prinsip pengukurannya
1. Flume
Memiliki headloss yang lebih kecil dibandingkan weir
Tidak terdapat death zone pada flume, dimana sedimen dan puing-puing
menumpuk
Biaya pembuatan yang relatif lebih mahal
Menggunakan prinsip efek kontraksi dan kecepatan terminal dalam
pengukuran debit
Terjadi perubahan kondisi kekritisan air pada saat melewati flume
2. Weir
Memiliki headloss yang relatif lebih besar dibandingkan flume
Memungkinkan terbentuknya death zone
Biaya pembuatan yang relatif lebih murah
Hanya menggunakan prinsip efek kontraksi dalam pengukuran debit
Tidak terjadi perubahan kondisi kekritisan air pada saat melewati weir
2. Trapezoidal Flume
Trapezoidal flume alat yang dikembangkan terutama untuk mengukur
aliran irigasi. Tujuannya adalah untuk merancang flume yang mampu mengukur
secara akurat rentang aliran yang jauh lebih luas daripada Parshall flume dengan
penekanan khusus pada sensitivitas aliran rendah.
Ketidakvalidan data percobaan dengan data teoritis disebabkan karena data teoritis diasumsikan
terjadi pada kondisi ideal, sedangkan pada nyatanya pemenuhan kondisi ideal tersebut merupakan suatu
hal yang sangat sulit untuk mungkin terjadi. Tidak terpenuhinya kondisi ideal tersebut disebabkan oleh
bebarapa faktor seperti beberapa variabel yang diasumsikan tidak ada, ketidaktelitian alat, dan
kesalahan dalam melakukan percobaan dan mengamati hasil percobaan. Contoh dari kesalahan tersebut
antara lain adalah termometer yang menyentuh kulit (tangan) sehingga nilai suhu tidak valid,
ketidaktepatan memulai waktu pengukuran, variasi nilai debit yang terlalu besar atau kecil, ketinggian
muka air yang bergerak-gerak sehingga pengukuran menjadi tidak tepat.
VI. Analisis B
1. Irigasi
Gambar VI.1 Flume pada Irigasi Sungai
(Sumber: http://www.vpcfiberglass.com/trapezoidal_flume.shtml)
Flume digunakan untuk membawa air irigasi melintasi parit, jurang atau
depresi alami lainnya. Flume ini tersedia dalam berbagai ukuran / kapasitas
aliran dan keduanya, pada kenyataannya, dirancang khusus untuk aliran
irigasi yaitu untuk menetukan besarnya debit aliran sungai. Bentuknya dapat
disesuaikan dengan bentuk umum saluran irigasi dan saluran dengan area
yang rumit.
2. Bangunan sadap
1. Saluran primer ke saluran primer yang lain dan atau dari saluran primer ke saluran
tersier.
2. Saluran primer ke saluran sekunder dan atau saluran sekunder ke saluran tersier.
3. Saluran sekunder yang satu ke saluran sekunder yang lain dan atau saluran sekunder
ke saluran tersier.
Keuntungan dari penggunanaan alat ukur ini diantaranya:
1. Dapat mengukur pembagian dan penyadapan air pada tinggi tekan yang kecil.
2. Dapat membersihkan endapan di depan alat ukur dengan sendirinya karena kecepatan
aliran di leher yang diakibatkan oleh elevasi dasar leher.
3. Tidak mudah diubah pembagian airnya oleh orang yang tidak bertanggung jawab
VII. Kesimpulan
1. Nilai debit aktual hasil pengukuran pada setiap variasi sebagai berikut
2. Nilai debit teoritis hasil pengukuran pada setiap variasi sebagai berikut
Tabel VII.2 Hasil Akhir Debit Teoritis
Variasi Qteoritis(m3/s)
1 0.001887
2 0.00211
3 0.002235
4 0.002497
5 0.002706
3. Nilai Energi Spesifik, Bilangan Froude, dan Cdakt pada setiap variasi dan titik sebagai
berikut
Variasi Cdakt
1 0.882419441
2 0.854137135
3 0.927303389
4 0.876423545
5 0.840652035
(Cdakt )avg = 0.8732
IX. Lampiran