Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II – TL 2201

MODUL 06

VENTURIFLUME

Nama Praktikan : Deni Cahyadi

NIM : 15318030

Kelompok/Shift : 1B (07.30 – 09.00)

Tanggal Praktikum : 9 April 2020

Tanggal Pengumpulan : 15 April 2020

PJ Modul : Givanny Maiherlia (15316100)

Puti Rizqi adani (15316065)

Asisten yang Bertugas : Givanny Maiherlia (15316100)

Puti Rizqi adani (15316065)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
I. Tujuan
1 Menentukan debit aktual aliran yang melalui alat ukur debit berdasarkan prinsip
kesetimbangan pada hydraulic bench
2 Menentukan debit teoritis berdasarkan tinggi muka air di titik kritis dan lebar
penyempitan venturiflume
3 Menentukan nilai Energi Spesifik, Bilangan Froude, dan Cd untuk menentukan jenis
aliran
4 Menentukan koefisien discharge berdasarkan perbandingan debit aktual dan debit teoritis
II. Data Awal
1 Data yang diketahui

Massa beban = 2.5 kg Suhu akhir = 24o C

Massa air = 7.5 kg Suhu rata-rata = 23.5 o C

Suhu awal = 23o C Lebar Saluran = 0.239 m

b2 = 0.075 m Lebar Saluran (b) = 0.08 m

b3 = 0.05 m

2 Data yang diukur


a. Data Awal
Tabel II.1 Data awal pengukuran waktu

Waktu (s)
Variasi
t1 t2 t3
1 4.53 4.56 4.46
2 4.16 4.05 4.31
3 3.47 3.7 3.72
4 3.38 3.49 3.44
5 3.32 3.34 3.26
Tabel II.2 Data awal pengukuran ketinggian muka air pada saluran

Kedalaman (m)
Variasi
y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
1 0.0665 0.0655 0.0564 0.0453 0.038 0.0214 0.0212
2 0.0718 0.0703 0.062 0.0488 0.0403 0.0235 0.026
3 0.0724 0.072 0.0633 0.0507 0.0421 0.0237 0.0265
4 0.0775 0.0763 0.0654 0.0546 0.0449 0.0255 0.0278
5 0.0834 0.082 0.0703 0.0576 0.0452 0.0264 0.0314

Tabel II.3 Data awal jarak titik pengukuran pada saluran

Jarak (m)
Variasi
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7

1 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4


2 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
3 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
4 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
5 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
Tabel II.4 Hubungan temperatur dengan massa jenis

Suhu (°C) Densitas (kg/m3)


0 999,9
5 1000
10 999,7
15 999,1
20 998,2
30 995,7
40 992,2
50 988,1
60 983,2
70 977,8
80 971,8
90 966,3
100 958,4
(Sumber: Shaughnessy, E. J., and Katz, I. M., and Schaffer, J. P, 2005)

1005
1000
995
Densitas (kg/m3)

990
985
980
y = -0,0035x2 - 0,0729x + 1000,6
975 R² = 0,9991
970
965
960
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)

Gambar II.1 Grafik hubungan massa jenis air terhadap suhu.


Tabel II.4 Hubungan temperatur dengan viskositas kinematis

Temperature [°C] Kinematic viscosity [m2/s]

0 0,000001785
5 0,000001519
10 0,000001306
15 0,000001139
20 0,000001003
25 0,000000893
30 0,0000008
40 0,000000658
50 0,000000553
60 0,000000474
70 0,000000413
80 0,000000364

(Sumber: Shaughnessy, E. J., and Katz, I. M., and Schaffer, J. P, 2005)

Gambar II.3 Grafik Hubungan Suhu dengan Viskositas Kinematis Air


III. Pengolahan Data

a. Menghitung Massa Jenis Air


Untuk menghitung massa jenis air, dapat menggunakan hubungan antara massa
jenis air dan temperatur. Berdasarkan Tabel II.1 yang diplotkan pada Gambar II.1,
didapat persamaan :
y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6

Nilai x = Suhu rata-rata = 23.5oC sehingga didapat nilai massa jenis air adalah
997.02565 kg/m3.

b. Menghitung Viskositas Kinematis Air


Untuk menghitung viskositas kinematis air, dapat menggunakan hubungan antara
viskositas kinematis air dan temperatur. Berdasarkan Tabel II.2 yang diplotkan pada
Gambar II.2, didapat persamaan : 2 × 10-10𝑥2 - 3 × 10-8𝑥 + 2 × 10-6
y= 2E-10x2 – 3E-08x + 2E-06
Dengan memasukan variabel x=23.5 didapat 𝑣𝑎𝑖𝑟 saat suhu 23.5oC= 1.40545E-06
m2/s

c. Menghitung Nilai Massa Air


Berdasarkan perbandingan antar lengan pada hydraulic bench yang diletakkan
beban, didapat kesimpulan bahwa massa air sama dengan tiga kali massa beban atau
dapat ditulis,
Massa air = Massa beban × 3 Massa air

= 2.5 kg × 3

= 7.5 kg

d. Menghitung Volume Air (Vair)


Untuk menghitung volume air yang digunakan pada saat praktikum dengan
hydraulic bench, dapat diketahui dengan persamaan,
massa air
Vair = massa jenis air
7.5 kg
Vair = 997.02565 kg/m3

Vair = 0.007522374 m3.


e. Menghitung Waktu Rata-rata (tavg)
Untuk menghitung t avg Variasi 1 pada Tabel 2.5 dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut,
Σt 4.53 + 4.56 + 4.46
t̅ = = 𝑠 = 4.5167 s
N 3
Waktu rata-rata pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

f. Menghitung Debit Aktual (Qaktual)


Untuk menghitung Qaktual Variasi 1 pada Tabel 2.5 dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut,
Vair 0.007522374 m3 3
Q aktual = = = 0.00166547 m ⁄s
̅t 4.5167 𝑠
Debit aktual pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

g. Menghitung Luas Penampang Saluran


Pada venturiflume terdapat dua luas penampang saluran dengan lebar saluran b2 dan
b3. Lebar saluran b2 merupakan lebar pada titik 1,2,6,dan 7. Sedangkan lebar saluran
b3 merupakan lebar pada titik 3,4, dan 5.
𝐴1 = 𝑏2 𝑥 𝑦1 = 0.075 𝑚 𝑥 0.0665 𝑚 = 0.0049875 m2
𝐴3 = 𝑏3 𝑥 𝑦3 = 0.05 𝑚 𝑥 0.0564 𝑚 = 0.00282 m2
Luas penampang saluran pada variasi dan titik lainnya dapat dihitung menggunakan
cara yang sama dengan memperhatikan syarat lebar saluran yang telah disebutkan

h. Menghitung Keliling Basah Saluran


Sama halnya dengan luas penampang, keliling basah saluran pada venturiflume
memiliki dua besar lebar saluran, b2 dan b3 dengan penempatan lebar yang sama
pada penjelasan perhitungan luas penampang. Sehingga keliling basah saluran
dapat dihitung dengan mengunakan persamaan
𝑃1 = 𝑏2 + 2𝑦1 = 0.075 𝑚 + 2(0.0665 𝑚) = 0.208 m
𝑃3 = 𝑏3 + 2𝑦3 = 0.05 𝑚 + 2(0.0564 𝑚) = 0.1628 m

Keliling basah saluran pada variasi dan titik lainnya dapat dihitung menggunakan
cara yang sama dengan memperhatikan syarat lebar saluran yang telah disebutkan
i. Menghitung Jari-jari Hidrolisis (R)
Untuk menghitung jari-jari hidrolisis pada variasi 1 titik 1 dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut
𝐴1
𝑅1 =
P1
0.0049875 𝑚2
𝑅1 = = 0.023978365 𝑚
0.208 𝑚
Jari-jari hidrolisis pada titik dan variasi lain dapat dihitung dengan cara yang sama

j. Menghitung Nilai Bilangan Reynolds (NRE)


Untuk menghitung Bilangan Reynolds pada variasi 1 titik 1 dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut

𝑣.𝑅
𝑅𝑒1 = ϑ

𝑚
0.333928882 𝑥 0.023978365 m
𝑠
𝑅𝑒1 = 0.0010358 𝑚 2 /𝑠

𝑅𝑒1 = 5697.156594

Bilangan Reynolds pada titik dan variasi lain dapat dihitung dengan cara yang sama

k. Menghitung Lebar Penyempitan (bt)


Untuk menghitung lebar pernyempitan pada venturiflume dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut
𝑏2 + 𝑏3
𝑏𝑡 =
2
0.075 𝑚 + 0.05 𝑚
𝑏𝑡 = = 0.0625 𝑚
2
l. Menghitung Kecepatan Aliran (v)
Untuk menghitung kecepatan aliran pada variasi 1 titik 1 dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut,
Q 0.00166547 m3 /𝑠
𝑣= = = 0.333928882 m/s
A 0.0049875 m2
Kecepatan aliran pada variasi lain dapat dihitung dengan cara yang sama.
m. Menghitung Besar Energi Spesifik (ES)

Untuk menghitung energi spesifik (ES) variasi 1 titik 1 dapat menggunakan


persamaan sebagai berikut,

v1 2
ES1 = y1 +
2g
(0.334723459 𝑚/𝑠)2
ES1 = 0.0718 m + m
2 x 9.81 2
s
ES1 = 0.077510489 m
Energi spesifik (ES) pada variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

n. Menghitung Nilai Bilangan Froude


Untuk menghitung bilangan Froude variasi 1 titik 1 dapat menggunakan persamaan
sebagai berikut,
v1
NFR1 =
√g x y1
0.334723459 𝑚/𝑠
NFR 1 =
m
√9.81 x 0.0665 m
s2
NFR 1 = 0.413436349
Bilangan Froude (NFR ) dan variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.

o. Menghitung Nilai Yc

Untuk menentukan nilai Yteoritis pada variasi 1 dapat dihitung dengan


menggunakan persamaan sebagai berikut,

Q2
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 = √ 2
𝑏𝑡 𝑔

( 0.00166547 𝑚3 /𝑠)2
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 =√ m
(0.0625 𝑚 )2 𝑥 9.81 2
s
𝑌𝑐𝑡𝑒𝑜 = 0.041675573 m

Nilai Ycteroritis variasi lainnya dapat dihitung dengan cara yang sama.
p. Menghitung Nilai Debit Aktual (Qteoritis)

Untuk menghitung nilai Cdakt pada variasi 1 dapat digunakan persamaan sebagai
berikut

3
Q 𝑡𝑒𝑜 = 𝑏𝑡 𝑥 √𝑔 𝑥 (𝑦4 )2

m 3
Q 𝑡𝑒𝑜 = 0.0625 𝑚 𝑥 √9.81 𝑥 ( 0.0453 𝑚 )2
s2

Q 𝑡𝑒𝑜 = 0.041675573 m3 /s

Nilai Cdakt untuk variasi lain dapat dilakukan dengan cara yang sama

q. Menghitung nilai Cdaktual


Untuk menghitung nilai Cdakt pada variasi 1 dapat digunakan persamaan sebagai
berikut
𝑄𝑎𝑘𝑡
𝐶𝑑𝑎𝑘𝑡 =
Q 𝑡𝑒𝑜
0.00166547
𝐶𝑑𝑎𝑘𝑡 =
0.001887391
𝐶𝑑𝑎𝑘𝑡 = 0.882419441
Nilai Cdakt untuk variasi lain dapat dilakukan dengan cara yang sama

IV. Data Akhir

Tabel IV.1 Data hasil perhitungan variasi 1


Titik y (m) A (m2) V (m3) Qakt (m3/s) v (m/s) ES (m) yc(m)

1 0.0665 0.004988 0.33392888 0.07218341

2 0.0655 0.004913 0.33902703 0.07135827


3 0.0564 0.00282 0.5905923 0.07417774
0.007522 0.001665 0.04167557
4 0.0453 0.002265 0.73530697 0.07285741

5 0.038 0.0019 0.87656331 0.07716224

6 0.0214 0.001605 1.0376762 0.07628134

7 0.0212 0.00159 1.0474656 0.07712172


Tabel IV.2 Data hasil perhitungan variasi 1 (Lanjutan)
Titik Fr Qteo (m3/s) Cdakt P (m) R (m) Re
1 0.413436349 0.208 0.023978365 5697.156594
2 0.422940403 0.206 0.023847087 5752.468793
3 0.793987614 0.1628 0.017321867 7278.922429
4 1.103024301 0.001887391 0.882419441 0.1406 0.016109531 8428.22597
5 1.435677812 0.126 0.015079365 9404.829932
6 2.264751023 0.1178 0.013624788 10059.49551
7 2.296874854 0.1174 0.013543441 10093.76977

Tabel IV.3 Data hasil perhitungan variasi 2


Titik y (m) A (m2) V (m3) Qakt (m3/s) v (m/s) ES (m) yc(m)

1 0.0718 0.005385 0.33472345 0.07751048

2 0.0703 0.0052725 0.34186549 0.07625678

3 0.062 0.0031 0.58144704 0.07923143


0.00752237 0.00180248 0.04393104
4 0.0488 0.00244 0.73872369 0.07661410

5 0.0403 0.002015 0.89453390 0.08108445

6 0.0235 0.0017625 1.02268699 0.07680727


7 0.026 0.00195 0.92435170 0.06954873

Tabel IV.4 Data hasil perhitungan variasi 2 (Lanjutan)


Titik Fr Qteo (m3/s) Cdakt P (m) R (m) Re
1 0.398831475 0.2186 0.024634035 5866.867776

2 0.411664203 0.2156 0.024455009 5948.503227

3 0.745555221 0.174 0.017816092 7370.674114


0.854137135
4 1.067671419 0.0021103 0.1476 0.016531165 8689.006069

5 1.422688368 0.1306 0.01542879 9820.04055

6 2.129973977 0.122 0.014446721 10512.27292

7 1.830273825 0.127 0.015354331 10098.4039


Tabel IV.5 Data hasil perhitungan variasi 3
Titik y (m) A (m2) V (m3) Qakt (m3/s) v (m/s) ES (m) yc(m)

1 0.0724 0.00543 0.38163525 0.07982332

2 0.072 0.0054 0.38375544 0.07950603

3 0.0633 0.003165 0.65474862 0.08514994


0.007522 0.002072 0.04821208
4 0.0507 0.002535 0.81746721 0.08475977

5 0.0421 0.002105 0.98445577 0.09149619

6 0.0237 0.001778 1.16583932 0.0929753

7 0.0265 0.001988 1.0426563 0.08190939

Tabel IV.6 Data hasil perhitungan variasi 3 (Lanjutan)


Titik Fr Qteo (m3/s) Cdakt P (m) R (m) Re
1 0.452839905 0.2198 0.024704277 6708.187902
2 0.456618807 0.219 0.024657534 6732.692698
3 0.830879864 0.1766 0.017921857 8349.148929
0.002234737 0.927303389
4 1.159129236 0.1514 0.016743725 9738.835541
5 1.53186557 0.1342 0.015685544 10987.03205
6 2.417853711 0.1224 0.014522059 12046.23939
7 2.044954875 0.128 0.015527344 11519.21641

Tabel IV.7 Data hasil perhitungan variasi 4


Titik y (m) A (m2) V (m3) Qakt (m3/s) v (m/s) ES (m) yc(m)
1 0.0775 0.005813 0.3765777 0.0847279
2 0.0763 0.005723 0.3825002 0.083757
3 0.0654 0.00327 0.6693754 0.0882371
0.007522 0.002189 0.0500037
4 0.0546 0.00273 0.8017794 0.087365
5 0.0449 0.002245 0.9749923 0.0933511
6 0.0255 0.001913 1.1445007 0.0922626
7 0.0278 0.002085 1.0498118 0.0839725
Tabel IV.8 Data hasil perhitungan variasi 4 (Lanjutan)
Titik Fr Qteo (m3/s) Cdakt P (m) R (m) Re

1 0.431886074 0.23 0.025271739 6771.334771

2 0.442114692 0.2276 0.025142794 6842.737247

3 0.835692281 0.1808 0.018086283 8613.976755


0.002497488 0.876423545
4 1.095529431 0.1592 0.017148241 9782.70727

5 1.469073423 0.1398 0.016058655 11140.25034

6 2.288292219 0.126 0.015178571 12360.373

7 2.010270782 0.1306 0.015964778 11925.01529

Tabel IV.9 Data hasil perhitungan variasi 5


Titik y (m) A (m2) V (m3) Qakt (m3/s) v (m/s) ES (m) yc(m)
1 0.0834 0.006255 0.3636949 0.0901418
2 0.082 0.00615 0.3699043 0.088974
3 0.0703 0.003515 0.647201 0.0916491
4 0.0576 0.00288 0.007522 0.7898998 0.0894013 0.0513058
0.002275
5 0.0452 0.00226 1.006598 0.0968432
6 0.0264 0.00198 1.1489452 0.0936821
7 0.0314 0.002355 0.9659922 0.0789607

Tabel IV.10 Data hasil perhitungan variasi 5 (Lanjutan)


Titik Fr Qteo (m3/s) Cdakt P (m) R (m) Re

1 0.40208667 0.2418 0.025868486 6694.109594

2 0.41242784 0.239 0.025732218 6772.534309

3 0.77934009 0.1906 0.018441763 8492.317418

4 1.05081504 0.002706127 0.840652035 0.1652 0.017433414 9798.036924

5 1.51165385 0.1404 0.016096866 11528.7443

6 2.25768245 0.1278 0.015492958 12665.38106

7 1.74050099 0.1378 0.017089985 11746.26778


V. Analisis A
V.1Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini, percobaan diawali dan diakhiri dengan mengukur suhu fluida
menggunakan termometer. Pengukuran suhu dilakukan untuk menentukan besar massa jenis
fluida (densitas) karena suhu merupakan faktor penentu besar massa jenis fluida tersebut.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah menghubungkan hydraulic bench
ke sumber listrik bertegangan 110 V. Namun apabila sumber tegangan melebihi 110 V, maka
hydraulic bench akan mengalami kerusakan. Kemudian menekan tombol power button
berfungsi untuk menyalakan hydraulic bench. Kemudian menutup valve bench, lalu nyalakan
pompa, periksa apakah terjadi kebocoran dalam saluran atau di bagian lainnya. Setelah itu,
tutup drain valve dalam weight tank dengan cara memtar tuas cam lever. Tujuan ditutupnya
drain valve agar saluran keluar air tertutup dari weight tank sehingga air yang masuk mengisi
weight tank. Kemudian buka valve bench maka air akan mengalir ke weight tank dan kembali
ke bench. Siapkan stopwatch untuk menghitung berapa waktu yang diperlukan hingga tuas
terangkat kembali. Setelah beberapa saat, tuas beban akan terangkat dan beban 2.5 kg langsung
diletakan di tuas tersebut, saat beban tuas terangkat nyalakan stopwatch. Kemudian tuas beban
akan kembali terangkat dan stopwatch dihentikan. Kemudian, hal yang harus dilakukan adalah
kalibrasi alat pengukur kedalaman. Tujuannya adalah agar dicapai ketelitian pengukuran atau
dengan kata lain untuk memastikan akurasi alat ukur kedalaman tersebut. Pada percobaan ini
harus diukur lebar saluran sebelum penyempitan dan lebar saluran setelah penyempitan.
Ditentukan tujuh titik kedalaman sesuai dengan ilustrasi, dimana merupakan titik-titik yang
diasumsikan terjadi perubahan kondisi aliran. Dilakukan lima variasi debit dengan setiap
variasinya dilakukan triplo dalam pengukuran waktu untuk mencegah adanya kesalahan dalam
pengambilan data. Setelah data diambil, matikan hydaulic bench .

V.2 Penurunan Rumus Qteoritis

Persamaan Qteo yang digunakan pada pengolahan data diatas merupakan persamaan
penyederhanaan dari persamaan dasar aliran fluida. Prinsip dasar yang menjadi acuan
persamaan tersebut adalah persamaan kontinuitas serta persamaan Froude yang memiliki
persamaan sebagai berikut

𝑣
NFR =
√g x 𝑦
𝑄 = 𝐴𝑥𝑣
Kedua persamaan tersebut memiliki kesamaan dalam penyusunnya, yaitu variabel 𝑣
(kecepatan alir fluida). Dengan mensubstitusikan variabel tersebut maka akan didapat
persamaan gabungan sebagai berikut

𝑄 = 𝐴 𝑥 NFR √g x 𝑦

Dengan meninjau pada kondisi kritis aliran, maka didapatkan bilangan froude pada
aliran memiliki nilai sebesar 1. Selain itu, pada percobaan ini fluida mengalami kondisi kritis
pada kondisi dengan syarat

𝑦 = y4 ; 𝑏 = bt

Ket: y = kedalaman aliran ; dan b = lebar saluran

Jika kondisi syarat tersebut disubstitusi kedalam persamaan gabungan yang telah
diturunkan diatas, maka akan didapat persamaan Qteo yang digunakan pada pengelohan data

𝑄 = (𝑏 𝑥 𝑦) 𝑥 1√𝑔 𝑥 𝑦

𝑄 = (𝑏𝑡 𝑥 𝑦4 ) 𝑥 √𝑔 𝑥 𝑦4
3
𝑄 = 𝑏𝑡 (𝑦4 )2 𝑥 √𝑔
V.3 Analisis Grafik
V.2.3.1 Grafik Kedalaman Aliran Terhadap Jarak Antar Titik

Profil Aliran
0,1
0,08 Variasi 1
0,06
y (m)

Variasi 2
0,04
Variasi 3
0,02
Variasi 4
0
0 0,5 1 1,5 Variasi 5
x (m)

Gambar V.2.3.1 Grafik Kedalaman Aliran terhadap Jarak Titik

Dari grafik tersebut, pada titik di hulu lebih tinggi dibandingkan titik
yang ada di hilir. Sebagian besar pada titik ke-1 dan ke-2 tidak terjadi perubahan kedalaman
yang signifikan. Hal tersebut disebabkan karena pada titik tersebut memang belum ada
intervensi / perubahan yang terjadi sehingga menjadi wajar jika kedalaman pada kedua titik
tersebut tidak berbeda jauh. Namun, kedalaman setelah melewati titik-2 mulai menurun yang
terus belanjut hingga menuju titik-6. Penurunan tersebut disebabkan pada rentang tersebut
terdapat flume yang dipasangkan pada saluran. Flume tersebut menyebabkan adanya
perubahan luas penampang saluran sehingga mengubah kondisi aliran. Setelah melewati titik-
6, dimana flume sudah tidak terpasang dalam saluran, kedalaman pada titik akhir pengamatan
menunjukan adanya kenaikan. Peristiwa tersebut disebabkan karena adanya loncatan hidrolis
setelah aliran mengalami perubahan kembali dari saluran ber-flume menuju saluran mula-mula.

V.2.3.2 Grafik Debit Aktual Terhadap Debit Teoritis

0,0025
y = 0,8732x
R² = 0,9089
0,002
Qaktual (m3/s)

0,0015

0,001

0,0005

0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003
Qteoritis (m3/s)

Gambar V.2.3.2 Grafik Debit Aktual terhadap Debit Teoritis

Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.2), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
sebesar 0.9089 yang positif dan mendekati 1, menunjukan bahwa variabel x dan y
memiliki hubungan yang kuat. Selain itu didapat nilai korelasi (R) sebesar 0.961572112
membuktikan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus. Hal
tersebut dapat dilihat juga didalam grafik, dimana Qteoritis meningkat seiring dengan
meningkatnya Qaktual

Dari grafik diatas juga dapat disimpulkan nilai Cdakt dari sistem secara keseluruhan
percobaan. Nilai Cdakt didapat dari besar gradien dari persamaan regresi pada grafik
diatas. Sehingga didapat nilai Cdakt = 0.8732

Sedangkan untuk nilai Cdteo pada venturiflume dapat dicari menggunakan literatur.
Litertarur yang berhubungan dengan Cdteo venturiflume salah satunya merupakan
grafik Cd literatur terhadap nilai m.t. Dimana m dan t merupakan variabel yang
didefinisikan sebagai berikut:

𝑏𝑡
𝑚=
𝑏
ℎ1 − 𝑎
𝑡=
ℎ1
𝑏𝑡 − 𝑏
𝑎=
2

Ket :h1 =Rata-rata kedalaman titik 1 𝑎 = Tinggi penyempitan

bt = Lebar Penyempitan b = Lebar saluran sebelum penyempitan

Gambar V.2.3.3 Grafik Cd literatur


(Sumber : Gunt Hamburg,2003)
Sehingga perlu dihitung variabel- variabel yang belum diketahui. Dengan
mensubstitusikan nilai kedalam persamaan tersebut didapat nilai variabel m dan t
sebagai berikut :

0.0625 𝑚
𝑚= = 0.83
0.075 𝑚

0.075 𝑚 − 0.0625 𝑚
𝑎= = 0.0625 𝑚
2
∑ ℎ𝑖
ℎ1 =
𝑛
0.0665 𝑚 + 0.0718 𝑚 + 0.0724 𝑚 + 0.0775 𝑚 + 0.0834 𝑚
ℎ1 =
5
ℎ1 = 0.07432 𝑚

0.07432 𝑚 − 0.0625 𝑚
𝑡= = 0.915904198
0.07432 𝑚

𝑚. 𝑡 = 0.763253498

Nilai m.t tersebut kemudian diplotkan kedalam grafik Cd literatur dan didapat nilai
Cdteoritis = 0.65

Perhitungan galat Cd juga dapat dilakukan, melihat bahwa nilai Cdakt dan Cdteo teluh
dihitung. Perhitungan galat Cd sistem mengikuti persamaan sebagai berikut.

𝐶𝑑𝑡𝑒𝑜 − 𝐶𝑑𝑎𝑘𝑡
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | |
𝐶𝑑𝑡𝑒𝑜
0.65 − 0.8732
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | |
0.65
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 34.338 %

Terbentuknya galat antara nilai Cdteo dan Cdakt pada percobaan kemungkinan
disebabkan oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan pada analisis kesalahan.
V.2.3.3 Grafik Bilangan Froude Terhadap Kedalaman Aliran

3
y = 0,003x-1,826 y = 0,0037x-1,843
R² = 0,9972 R² = 0,9964
Var1 Var3
2,5
y = 0,0032x-1,844 y = 0,004x-1,847
R² = 0,9963 R² = 0,9968 Variasi 1
2 Var2 Var4 Variasi 2
y = 0,0043x-1,842 Variasi 3
R² = 0,9961
Variasi 4
NFR

1,5 Var5
Variasi 5
Power (Variasi 1)
1
Power (Variasi 2)
Power (Variasi 3)
0,5 Power (Variasi 4)
Power (Variasi 5)

0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
y (m)

Gambar V.2.3.4 Grafik Bilangan Froude terhadap Kedalaman Aliran

Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.4), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
berturut untuk variasi 1,2,3,4,5 adalah : 0.9972 ; 0.9963; 0.9964; 0.9968; 0.9961.
Angka-angkat tersebut menunjukan bahwa kedua varibel memiliki hubungan yang
sangat kuat. Selain itu didapat nilai korelasi (R) setiap variasi berturut-turut sebesar -
0.995030936; -0.993986641; - 0.992897882;-0.99520657;-0.986906092 membuktikan
bahwa hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat dan berbanding terbalik.

Selanjutnya dapat dihitung nilai hubungan dengan membandingkan nilai pangkat


dari Bilangan Froude dari nilai pangkat variabel x pada persamaan grafik diatas sebagai
data aktual untuk setiap variasi. Sedangkan untuk nilai hubungan secara teoritis dapat
dicari dengan menggunakan perbandingan rumusnya

𝑣
NFR =
√g x 𝑦
𝑄
NFR = 𝐴
√g x 𝑦
𝑄 1
NFR = 𝑥
√g 𝐴√ 𝑦
𝑄 1
NFR = 𝑥
𝑏√g 𝑦√ 𝑦

1
NFR ≈ 3
𝑦2

Sehingga nilai hubungan antara variabel NFR dan kedalaman adalah -1.5 dan dapat
dihitung galatnya untuk setiap variasi dengan persamaan berikut

𝑁𝐹𝑅 𝑡𝑒𝑜 − 𝑁𝐹𝑅 𝑎𝑘𝑡


𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | |
𝑁𝐹𝑅 𝑡𝑒𝑜

−1.5 − (−1,826)
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | |
−1.5

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = 21.73 %

Tabel V.2.3.4 Galat NFR untuk setiap variasi

Variasi Galat Fr (%)


1 21.733
2 22.933
3 22.867
4 23.133
5 22.8
V.2.3.4 Grafik Bilangan Reynolds Terhadap Kedalaman Aliran

16000

14000

Variasi 1
12000
Variasi 2
10000 Variasi 3
Variasi 4
Re

8000
Variasi 5
6000 Power (Variasi 1)
y = 1750.5x-0.495 y = 2013.6x-0.494 y = 2013.6x-0.494 Power (Variasi 2)
4000 R² = 0.8429 R² = 0.8494 R² = 0.8494
Var 1 Var 2 Var 3 Power (Variasi 3)
y = 2017.1x-0.51 y = 1924.1x-0.537 Power (Variasi 4)
2000
R² = 0.8632 R² = 0.8783
Var 4 Power (Variasi 5)
Var 5
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
Y (m)

Gambar V.2.3.5 Grafik Bilangan Reynolds terhadap Kedalaman Aliran

Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.4), didapat nilai koefisien determinasi atau R²
berturut untuk variasi 1,2,3,4,5 adalah 0.8429; 0.8494; 0.8494; 0.8632; 0.8783. Angka-
angkat tersebut menunjukan bahwa kedua varibel memiliki hubungan yang sangat kuat.
Selain itu didapat nilai korelasi (R) setiap variasi berturut-turut sebesar -0.975671114 ;
-0.976152695; -0.979311024; -0.984887498; -0.98598963 membuktikan bahwa
hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat dan berbanding terbalik.

Selanjutnya dapat dihitung nilai hubungan dengan membandingkan nilai


pangkat dari Bilangan Reynolds dari nilai pangkat variabel x pada persamaan grafik
diatas sebagai data aktual untuk setiap variasi. Sedangkan untuk nilai hubungan secara
teoritis dapat dicari dengan menggunakan perbandingan rumusnya

𝑣𝑥𝑅
NRe =
ϑ

𝑄 𝑅
NRe = 𝑥
ϑ 𝐴

𝐴
𝑄 𝑃
NRe = 𝑥
ϑ 𝐴
𝑄 1
NRe = 𝑥
ϑ 𝑃
𝑄 1
NRe = 𝑥( )
ϑ 𝑏 + 2𝑦
NRe ≈ 𝑦 −1

Sehingga nilai hubungan antara variabel NRe dan kedalaman adalah -1 dan dapat
dihitung galatnya untuk setiap variasi dengan persamaan berikut

𝑁𝑅𝑒 𝑡𝑒𝑜 − 𝑁𝑅𝑒 𝑎𝑘𝑡


𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | |
𝑁𝑅𝑒 𝑡𝑒𝑜

−1 − (−0.495)
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | |
−1

𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = 50.5%

Tabel V.2.3.5 Galat NRe untuk setiap variasi

Variasi Galat NRe (%)


1 50.5
2 50.6
3 50.6
4 49
5 46.3

V.2.3.5 Grafik Energi Spesifik Terhadap Kedalaman Aliran

Grafik Energi Spesifik terhadap yaktual dapat merepresentasikan kekritisan air pada
kedalaman tertentu. Dari grafik ini akan didapat garis yc aktual dan titik yang berada diatas
garis tersebut memiliki karakteristik aliran subkritis dan titik yang berada dibawah garis
tersebut memilki karakteritristik aliran superkritis. Selain itu, terdapat juga garis y=ES yang
merupakan batas garis yang tidak akan bersinggungan ataupun berpotongan dengan kurva y
terhadap ES. Hal ini disebabkan karena energi spesifik suatu aliran terdiri dari energi potensial
v2
dan energi kinetik fluida (ES1 = yaktual + 2g). Jika kurva menyinggung garis tersebut, berarti

v2
energi kinetik (2g )dari fluida harus memiliki nilai 0, dimana hal tersebut hanya dapat terjadi

disaat fluida tidak memiliki kecepatan /tidak bergerak.


V.2.3.5.1 Variasi 1

Gambar V.2.3.1 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 1


Dari grafik diatas (Gambar V.B.2.4), didapat nilai yc aktual sebesar 0.049. Nilai yc
𝑑𝐸𝑆
aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu
dy

saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual dari
grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari perhitungan

|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |


Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.0417 − 0.049
Galat = | | x 100%
0.0417
Galat = 17.57486796 %
V.2.3.5.2 Variasi 2

Gambar V.2.3.2 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 2


Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.2), didapat nilai yc aktual sebesar 0.051. Nilai
𝑑𝐸𝑆
yc aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu
dy

saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual


dari grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari
perhitungan

|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |


Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.0439 − 0.051
Galat = | | x 100%
0.0439
Galat = 16.091%
V.2.3.5.3 Variasi 3

Gambar V.2.3.3 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 3


Dari grafik diatas (Gambar V2.3.3), didapat nilai yc aktual sebesar 0.048. Nilai
𝑑𝐸𝑆
yc aktual mengartikan bahwa di saat tersebut = 0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu
dy

saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual


dari grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari
perhitungan

|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |


Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.0482 − 0.048
Galat = | | x 100%
0.0482
Galat = 0.4399 %
V.2.3.5.4 Variasi 4

Gambar V.2.3.4 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 4

Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.4), didapat nilai yc aktual sebesar 0.058. Nilai
𝑑𝐸𝑆
yc aktual mengartikan bahwa di saat tersebut =0. Hal itu diartikan pada grafik yaitu
dy

saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva dengan
garis y=2/3 ES.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual


dari grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari
perhitungan

|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |


Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.05 − 0.058
Galat = | | x 100%
0.05
Galat = 15.9914542 %
V.2.3.5.5 Variasi 5

Gambar V.2.3.5 Grafik Hubungan antara ES dengan yaktual variasi 5

Dari grafik diatas (Gambar V.2.3.5), didapat nilai yc aktual sebesar 0.046. Nilai
yc aktual mengartikan bahwa di saat tersebut dES/dy=0. Hal itu diartikan pada grafik
yaitu saat grafik berada pada puncaknya yang bertepatan pada perpotongan kurva
dengan garis y=2/3 ES.

Selanjutnya dapat dihitung nilai galat dengan membandingkan nilai yc aktual


dari grafik hubungan ES dan yaktual dengan nilai yc teoritis yang didapatkan dari
perhitungan

|𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 - 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 |


Galat = x 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.0513 − 0.046
Galat = | | x 100%
0.0513
Galat = 10.3416 %
V.4 Perbedaan Flume dan Weir

Flume dan Weir merupakan alat yang dapat difungsikan untuk menghitung debit.
Kedua alat tersebut memiliki beberapa perbedaan dalam prinsip pengukurannya
1. Flume
 Memiliki headloss yang lebih kecil dibandingkan weir
 Tidak terdapat death zone pada flume, dimana sedimen dan puing-puing
menumpuk
 Biaya pembuatan yang relatif lebih mahal
 Menggunakan prinsip efek kontraksi dan kecepatan terminal dalam
pengukuran debit
 Terjadi perubahan kondisi kekritisan air pada saat melewati flume
2. Weir
 Memiliki headloss yang relatif lebih besar dibandingkan flume
 Memungkinkan terbentuknya death zone
 Biaya pembuatan yang relatif lebih murah
 Hanya menggunakan prinsip efek kontraksi dalam pengukuran debit
 Tidak terjadi perubahan kondisi kekritisan air pada saat melewati weir

V.5 Jenis-Jenis Flume


1. U-Shape Flume
U-Shape Flume sering juga disebut Rectangular Flume. Flume ini lebih
mudah dibangun, dapat lebih mudah masuk ke saluran yang ada, dan sedimen
yang ada lebih sedikit daripada Parshall Flume.

Gambar V.5.1 U-Shape Flume


(Sumber : https://www.lmnoeng.com/Flumes/flumes.php)

2. Trapezoidal Flume
Trapezoidal flume alat yang dikembangkan terutama untuk mengukur
aliran irigasi. Tujuannya adalah untuk merancang flume yang mampu mengukur
secara akurat rentang aliran yang jauh lebih luas daripada Parshall flume dengan
penekanan khusus pada sensitivitas aliran rendah.

Gambar V.5.2 Trapezoidal Flume


Sumber: (https://www.openchannelflow.com/flumes/trapezoidal-flumes)
3. Parshall Flume
Alat ukur ini adalah alat ukur yang telah diuji secara laboratoris untuk
mengukur aliran dalam saluran terbuka. Parshall flume terdiri dari tiga bagian
utama, yakni:
1. Bagian penyempitan (converging / contracting section)
2. Bagian leher (throat section)
3. Bagian pelebaran (diverging / expanding section)
Gambar V.5.3 Parshall Flume
(Sumber : https://www.lmnoeng.com/Flumes/flumes.php)
V.6 Kesalahan dalam percobaan

Ketidakvalidan data percobaan dengan data teoritis disebabkan karena data teoritis diasumsikan
terjadi pada kondisi ideal, sedangkan pada nyatanya pemenuhan kondisi ideal tersebut merupakan suatu
hal yang sangat sulit untuk mungkin terjadi. Tidak terpenuhinya kondisi ideal tersebut disebabkan oleh
bebarapa faktor seperti beberapa variabel yang diasumsikan tidak ada, ketidaktelitian alat, dan
kesalahan dalam melakukan percobaan dan mengamati hasil percobaan. Contoh dari kesalahan tersebut
antara lain adalah termometer yang menyentuh kulit (tangan) sehingga nilai suhu tidak valid,
ketidaktepatan memulai waktu pengukuran, variasi nilai debit yang terlalu besar atau kecil, ketinggian
muka air yang bergerak-gerak sehingga pengukuran menjadi tidak tepat.

VI. Analisis B
1. Irigasi
Gambar VI.1 Flume pada Irigasi Sungai
(Sumber: http://www.vpcfiberglass.com/trapezoidal_flume.shtml)

Flume digunakan untuk membawa air irigasi melintasi parit, jurang atau
depresi alami lainnya. Flume ini tersedia dalam berbagai ukuran / kapasitas
aliran dan keduanya, pada kenyataannya, dirancang khusus untuk aliran
irigasi yaitu untuk menetukan besarnya debit aliran sungai. Bentuknya dapat
disesuaikan dengan bentuk umum saluran irigasi dan saluran dengan area
yang rumit.

2. Bangunan sadap

Gambar VI.2 Bangunan Sadap


(Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/bagianbagian-bangunan-
irigasi)

Bangunan bagi-sadap adalah sebuah bangunan yang berfungsi membagikan


air dan menyabang dari :

1. Saluran primer ke saluran primer yang lain dan atau dari saluran primer ke saluran
tersier.
2. Saluran primer ke saluran sekunder dan atau saluran sekunder ke saluran tersier.
3. Saluran sekunder yang satu ke saluran sekunder yang lain dan atau saluran sekunder
ke saluran tersier.
Keuntungan dari penggunanaan alat ukur ini diantaranya:

1. Dapat mengukur pembagian dan penyadapan air pada tinggi tekan yang kecil.
2. Dapat membersihkan endapan di depan alat ukur dengan sendirinya karena kecepatan
aliran di leher yang diakibatkan oleh elevasi dasar leher.
3. Tidak mudah diubah pembagian airnya oleh orang yang tidak bertanggung jawab

VII. Kesimpulan
1. Nilai debit aktual hasil pengukuran pada setiap variasi sebagai berikut

Tabel VII.1 Hasil Akhir Debit Aktual


Variasi Qaktual (m3/s)
1 0.000692
2 0.00052
3 0.000237
4 0.000165
5 0.002275

2. Nilai debit teoritis hasil pengukuran pada setiap variasi sebagai berikut
Tabel VII.2 Hasil Akhir Debit Teoritis
Variasi Qteoritis(m3/s)
1 0.001887
2 0.00211
3 0.002235
4 0.002497
5 0.002706

3. Nilai Energi Spesifik, Bilangan Froude, dan Cdakt pada setiap variasi dan titik sebagai
berikut

Tabel VII.3 Hasil Akhir Energi Spesifik Aliran


Variasi Es1 (m) Es2 (m) Es3(m) Es4(m) Es5(m) Es6(m) Es7(m)
1 0.07218 0.07136 0.07418 0.07286 0.07716 0.07628 0.07712
2 0.07751 0.07626 0.07923 0.07661 0.08108 0.07681 0.06955
3 0.07982 0.07951 0.08515 0.08476 0.09150 0.09298 0.08191
4 0.08473 0.08376 0.08824 0.08737 0.09335 0.09226 0.08397
5 0.09014 0.08897 0.09165 0.08940 0.09684 0.09368 0.07896

Tabel VII.4 Hasil Akhir Bilangan Froude Aliran


Variasi (NFR)1 (NFR)2 (NFR)3 (NFR)4 (NFR)5 (NFR)6 (NFR)7
1 0.413436 0.422940 0.793988 1.103024 1.435678 2.264751 2.296875
2 0.398831 0.411664 0.745555 1.067671 1.422688 2.129974 1.830274
3 0.452840 0.456619 0.830880 1.159129 1.531866 2.417854 2.044955
4 0.431886 0.442115 0.835692 1.095529 1.469073 2.288292 2.010271
5 0.402087 0.412428 0.779340 1.050815 1.511654 2.257682 1.740501

Tabel VII.5 Hasil Akhir Cdakt

Variasi Cdakt
1 0.882419441
2 0.854137135
3 0.927303389
4 0.876423545
5 0.840652035
(Cdakt )avg = 0.8732

VIII. Daftar Pustaka


1. Badan Standarisasi Nasional.2015. “Pengukuran Debit Pada Saluran
Terbuka Menggunakan Bangunan Ukur Tipe Melimpah
Atas”.Jakarta: BSN 2015.
2. Bagian-bagian Bangunan Irigasi,2013 https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-
air/bagian-bagian-bangunanirigasi (diakses 11 april 2020 pukul 17.11 WIB)
3. Chow, Ven Te, 1979, Open-Channel Hydraulics. Tokyo : McGraw Hill
4. Gunt Hamburg,2003. Open- Channel Flow. German,
https://www.gunt.de/en/products/hydraulicsforcivilengineering/hydraulicengineering/
open-channel-flow/glct-1:pa-148:ca-179 diakses pada 15 April 15.12 WIB
5. Mekanika Fluida II Alat-alat Ukur Saluran Terbuka, https://docplayer.info/41424827-
Mekanika-fluida-ii-alat-alat-ukur-pada-saluran-terbuka.html diakses pada 15 April
2020 17.43 WIB
6. Trapezoidal Flumes, https://www.openchannelflow.com/flumes/trapezoidal-flumes
diakses pada 15 April 2020 pukul 17:43 WIB

IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai