PENDAHULUAN
Tapai atau tape adalah kudapan yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan pangan
berkarbohidrat sebagai substrat oleh ragi. Di Indonesia dan negara-negara tetangganya, substrat
ini biasanya umbi singkong dan beras ketan. Ragi untuk fermentasi tapai merupakan campuran
beberapa mikroorganisme, terutama fungi (kapang dan jamur), seperti Saccharomyces
cerevisiae, Rhizopus oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor sp., Candida utilis,
Saccharomycopsis fibuligera, dan Pediococcus sp, namun tidak tertutup kemungkinan jenis lain
juga terlibat. Tapai hasil fermentasi dengan ragi yang didominasi Saccharomyces cerevisiae
umumnya berbentuk semi-cair, lunak, berasa manis keasaman, mengandung alkohol, dan
memiliki tekstur lengket. Produksi tapai biasanya dilakukan oleh industri kecil dan menengah.
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka melalui praktikum ini akan mengetahui lebih lanjut,
tentang pembuatan tape khususnya tape dengan menggunakan bahan dari beras ketan merah
(Oryza sativa L.).
Tujuan kami melaksanakan praktikum ini agar dapat mengetahui proses pembuatan dan
proses fermentasi pada tape beras ketan merah, serta dapat mengetahui apa saja kelebihan dan
kelemahan dari tape beras ketan merah itu sendiri.
Fermentasi yang baik dilakukan pada suhu 28-30ÛC dan membutuhkan waktu 45 jam.
Fermentasi dapat diperlambat jika dingin. Fermentasi tapai paling baik dilakukan pada kondisi
mikro aerob .Pada kondisi ini, kapang tidak mampu tumbuh sehingga tidak dapat menghidrolisis
pati .Namun demikian, pada kondisi aerob yang merupakan kondisi paling baik bagi kapang dan
kahamir, aroma tidak berkembang dengan baik karenatergantung dari fermentasi alkohol dan
pada kondisi ini fermentasi alcohol menurun.
Suhu berpengaruh kepada kecepatan fermentasi, meskipun suhu yang lebih rendah dari
25 ÛC akan menghasilkan produk dengan kadar alcohol yang tinggi pada fermentasi144 jam.
Tapai dapat bertahan 2 3 hari bila di fermentasi pada suhu kamar. Apabila fermentasi dalam
suhu kamar melebihi hasil yang didapatkan akan rusak. Bila dikemas dengan cangkir plastik dan
disimpan dalam lemari es akan bertahan selama 2 bulan akan tetapi teksturnya akan rusak yaitu
menjadi keras (Elan, 1994).
BAB III
METODE PENELITIAN
4.1 Pembahasan
Tapai merupakan makanan selingan yang cukup popular di Indonesia dan Malaysia.
Pada dasarnya ada dua tipe tapai, tapai ketan dan tapai singkong. Tapai memiliki rasa manis dan
sedikit mengandung alkohol, memiliki aroma yang menyenangkan, bertekstur lunak dan berair.
Tapai sebagai produk makanan cepat rusak karena adanya fermentasi lanjut setelah kondisi
optimum fermentasi tercapai, sehinga harus segera dikonsumsi. Namun demikian jika disimpan
dalam tempat yang dingin maka akan dapat bertahan selama dua minggu. Hasil dari fermentasi
lanjut adalah produk yang asam beralkohol, yang tidak enak lagi untuk dikonsumsi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi,
terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam
lingkungan anaerobik.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi
adalah etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang
umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman
beralkohol lainnya.
Setelah melakukan pengamatan selama ---- hari tentang pembuatan tape ketan, kami
dapat membahas bagaimana tape ketan dibuat, memaparkan faktor-faktor yang terlibat dalam
pembuatan ataupun dalam proses fermentasi tape. Pertumbuhan mikroorganisme selama proses
fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi garam, oksigen, dan suhu.
Konsentrasi garam yang dianjurkan adalah 5-15% (20-600S). Garam berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan jenis-jenis mikroorganisme pembusuk yang tidak diinginkan selama
proses fermentasi berlangsung.
Prinsip kerja garam dalam proses fermentasi adalah untuk mengatur Aw (ketersediaan air
untuk kebutuhan mikroorganisme). Mikroorganisme yang diinginkan untuk tumbuh adalah jenis-
jenis bakteri penghasil asam. Selain mengatur Aw, garam juga berfungsi untuk menarik keluar
cairan sel jaringan yang mengandung sakarida-sakarida, dimana sakarida tersebut merupakan
nutrien untuk pertumbuhan mikroorganisme. Kadar garam selama fermentasi akan berubah
karena cairan dalam sel-sel jaringan tertarik keluar sel, karena itu secara periodik harus diadakan
penyesuaian kadar garam.
Suhu selama proses fermentasi sangat menentukan jenis mikroorganisme dominan yang
akan tumbuh. Umumnya diperlukan suhu 300C untuk pertumbuhan mikroorganisme. Bila suhu
kurang dari 300C pertumbuhan mikroorganisme penghasil asam akan lambat sehingga dapat
terjadi pertumbuhan produk.
Ketersediaaan oksigen harus diatur selama proses fermentasi. Hal ini berhubungan
dengan sifat mikroorganisme yang digunakan. Contoh khamir dalam pembuatan anggur dan roti
biasanya membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung, sedangkan untuk bakteri-
bakteri penghasil asam tidak membutuhkan oksigen selama proses fermentasi berlangsung. Oleh
karena itulah, proses fermentasi pada ketan yang tertutup rapat lebih cepat dibandingkan dengan
ketan yang terbuka.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Tape merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Proses pembuatan tape melibatkan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur Saccharomyces
cerivisiae dan setelah melakukan pengamatan selama ----- hari tentang pembuatan tape ketan,
kami dapat membahas bagaimana tape ketan dibuat, memaparkan faktor-faktor yang terlibat
dalam pembuatan ataupun dalam proses fermentasi tape. Pertumbuhan mikroorganisme selama
proses fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi garam, oksigen, dan suhu.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA