Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI

KERUPUK

(Studi Kasus di Sentra Produksi Kerupuk THR)

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Ekonomi Teknik

DOSEN PENGAMPU :

Dr. I.B. Suryaningrat, S.TP., MM.

Disusun oleh:

1. Dani Prasetyo (171710301017)


2. Astri Mufitasari (171710301019)
3. Dini Kusuma Ningrum (171710301055)
4. Azizah Laila Widyastuti (171710301077)

TIP A

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENDAHULUAN

Kerupuk adalah jenis makanan kering yang terbuat dari bahan-bahan yang
mengandung pati cukup tinggi. Kerupuk merupakan makanan kecil yang
mengalami pengembangan volume membentuk produk porus dan mempunyai
densitas rendah selama proses penggorengan (Koswara, 2009).
Sentra kerupuk THR merupakan salah satu home industry yang bergerak
di bidang pangan yakni berupa pembuatan kerupuk. Sentra produksi ini berdiri
selama 18 tahun. Sejak tahun 2000, pada saat itu perusahaan ini masih
menggunakan mesin manual. Kemudian pada tahun 2013, perusahan ini
mempunyai 3 mesin yang digunakan untuk pembuatan kerupuk dan dalam
pengaturan keuangan atau manajemen keuangannya dikelola sendiri oleh owner
dan bukan oleh ahli keuangan (akuntan). Untuk itu perlu dilakukan analisis
kelayakan finansial untuk mengetahui layak atau tidaknya suatu usaha tersebut
untuk dikelola serta menganalisis kepekaan/ sensitivitas perusahaan terhadap
perubahan biaya operasional, penurunan pendapatan serta gabungan antara
keduanya. Kajian atau studi kelayakan usaha dalam suatu perusahaan akan
memberikan peluang dan gambaran mengenai layak atau tidaknya suatu usaha
tersebut dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2000).
Penelitian ini bertujuan menganalisa kelayakan finansial dari industri
pengolahan kacang oven untuk mengetahui layak atau tidaknya usaha tersebut
dijalankan dan mengetahui kepekaan perusahaan terhadap kenaikan biaya
operasional dan penurunan pendapatan serta perubahan harga produk dengan
metode Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio),
Internal Rate of Return (IRR), Break Even Point (BEP), Payback Period (PP),
dan Analisis Sensitivitas.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan tanggal 2 Desember 2018. Penelitian dan pengambilan
data dilakukan di sentra produksi kerupuk THR, Kecamatan Kaliwates,
Kabupaten Jember.
Alat dan Bahan
Alat : software microsoft words, microsoft excel.
Bahan : Data finansial mengenai hasil pengamatan pada sentra produksi kerupuk
THR.
Metode Pengumpulan data
1. Wawancara
2. Kepustakaan
Metode Analisa Data
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan nilai sekarang dari selisih antar benefit (manfaat)
dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. Net Present Value
menunjukkan kelebihan benefit dibanding dengan cost (Soeharto, 1999).

Keterangan:
Bt = penerimaan (benefit social bruto) pada tahun ke-t
Ct = biaya (cost) pada tahun ke-t
n = umur ekonomis proyek (5 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (9%)
t = tahun ke-t

2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)


Net B/C merupakan perbandingan antara present value dengan total biaya
bersih dalam tahun-tahun dimana Bt-Ct bersifat negatif, yaitu biaya kotor lebih
dari benefit kotor (Soekartawi, 1986).
Kriteria Pengambilan Keputusan:
a. Net B/C Ratio > 1, maka industri kerupuk secara finansial layak untuk
dilanjutkan.
b. Net B/C Ratio < 1, maka industri kerupuk secara finansial tidak layak
untuk dilanjutkan.
3. Internal Rate of Return (IRR)
Formulasi analisis IRR adalah sebagai berikut.

Keterangan:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat NPV bernilai negatif
4. Break Even Point (BEP)
Untuk mengetahui titk impas yang harus dilampaui oleh hasil penjualan
produk, dapat dilakukan pendekatan dengan menggunakan analisis BEP.

Keterangan:
BT = biaya tetap total
BV = biaya variabel
R = total penerimaan (revenue)
5. Payback Period (PP)
Payback period (PP) merupakan jangka waktu/periode yang diperlukan
perusahaan untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk berinvestasi kerupuk.

6. Analisis Sensitivitas
Suatu rencana proyek yang sudah diputuskan untuk dilaksanakan
berdasarkan pada perhitungan serta berdasarkan pada evaluasi (NPV, PP dan
IRR) namun dalam kenyataan tidak menutup kemungkinan terjadi kesalahan
yang disebabkan oleh kenaikan harga. Dengan adanya kemungkinan tersebut
maka harus diadakan analisis kembali untuk melakukan penyesuaian
perubahan dari kenaikan harga tersebut (Djamin, 1993).
Tujuan dilakukan analisis kepekaan adalah untuk mengetahui
kemungkinan yang akan terjadi terhadap hasil analisis proyek bila ada suatu
kesalahan atau perubahan dalam dasar penghitungan.
Beberapa parameter yang dapat menyebabkan perubahan pada usaha
kerupuk adalah kendala cuaca yang menyebabkan proses pengeringan pada
kerupuk terganggu. Jika cuacanya cerah dan panas dapat memproduksi
kerupuk 3 kwintal perhari, namun jika musim hujan bisa kering selama 3
hari. Hal ini yang menyebabkan pendapatan produksi dan kualitas kerupuk
juga menurun. Selain itu, yaitu dengan menggunakan kenaikan biaya
operasional dan penurunan penerimaan sebesar 10%, 15% dan 20% serta
gabungan antara kenaikan biaya operasional 10% dan penurunan
penerimaan sebesar 10% ; peningkatan biaya operasional sebesar 15% dan
penurunan pendapatan sebesar 20%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisi Cash Flow
Biaya Investasi
Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh home industri kerupuk THR
Kabupaten Jember sebesar Rp. 100.000.000. Sumber biaya tersebut berasal dari
dana sendiri.
Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses produksi
setiap tahunnya. Dengan biaya total sebesar 1,190,600,000. Biaya tersebut terdiri
dari biaya produksi yang dibutuhkan pertahunnya yaitu Rp. 1.180.980.000
pertahun. Biaya perawatan yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.620.000 pertahun.
Biaya Pendapatan
Biaya pendapatan (pemasukan) didapatkan dari penjualan kerupuk yaitu sebesar
1.620.000.000/tahun.

2. Analisis Kelayakan Finansial


Hasil analisis data, diperoleh NPV, Net B/C ratio, IRR serta PP dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Perhitungan NPV, Net B/C ratio, IRR serta PP pada home industry
Kerpuk THR tahun 1-5 dengan tingkat suku bunga 9%
Uraian Nilai Keputusan
NPV 1,283,214,385 Layak
Net B/C rasio 1.360658492 Layak
IRR (%) 384% Layak
PP (tahun) 0.23288309

Nilai kriteria kelayakan investasi harus dilihat dari keseluruhan hasil


analisis kriteria investasi bukan hanya dilihat dari salah satu analisis kriteria saja.
Dari hasil tabel 1. Menunjukkan bahwa industry kerupuk THR layak secara
financial untuk diusahakan. Karena nilai NPV >0, Net B/C ratio >1 dan nilai IRR
>9%.
3. Analisis Sensitivitas
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Kerupuk THR Terhadap Peningkatan
Biaya Operasional
Tabel 1. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kerupuk terhadap
kenaikan biaya operasional (12%) pada tingkat suku bunga 9% per
tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 12% Persentase Keputusan
perubahan
NPV 1.283.214.384 822.984.749 36% Layak
Net B/C ratio 1,3606 1,2148 11% Layak
IRR (%) 384 % 252% 34% Layak
PP (tahun) 0,2328 0,349 -50%
NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan nilai IRR > 9 % sehingga dapat
disimpulkan bahwa industry kerupuk THR nilai IRR nya layak terhadap
kenaikan biaya operasional sebesar 12% dan untuk analisis lainnya layak untuk
dilanjutkan. Industry kerupuk ini tidak peka terhadap kenaikan bunga sebesar
12%.

Tabel 2. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kerupuk terhadap


kenaikan biaya operasional (15%) pada tingkat suku bunga 9 % per
tahun.
Uraian Nilai Awal Kenaikan 15% Persentase Keputu
Perubahan san
NPV 1.283.214.385 707.927.341 45% Layak
Net B/C ratio 1,3606 0,9071 33% Tidak
Layak
IRR (%) 384% 218% 43% Layak
PP (tahun) 0,2328 0,5227 -124%
NPV > 0, Net B/C ratio < 1 dan nilai IRR > 9% sehingga dapat
disimpulkan bahwa industri kerupuk tidak layak untuk dilanjutkan. Industry
kerupuk THR peka terhadap kenaikan bunga sebesar 15%.
Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Kerupuk THR Terhadap Penurunan
Pendapatan
Tabel 3. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kerupuk terhadap
penurunan penerimaan (12%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan 12% Persentase Keputusan
Perubahan
NPV 1.283.214.384 656.999.023 49% Layak
Net B/C ratio 1,3606 1,1973 12% Layak
IRR (%) 384 % 204 % 47% Layak
PP (tahun) 0,2328 -1,7667 859%
Pada tabel 3. diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan
nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri kerupuk layak
untuk dilanjutkan. Industry kerupuk ini tidak peka terhadap penurunan suku
bunga 12%.

Tabel 4. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri kerupuk terhadap


penurunan penerimaan (15%) pada tingkat suku bunga 9% per tahun.
Uraian Nilai Awal Penurunan 15% Persentase Keputusa
Perubahan n
NPV 1.283.214.384 500.445.183 61% Layak
Net B/C ratio 1,3606 1,1565 15% Layak
IRR (%) 384 % 158% 59% Layak
PP (tahun) 0,2328 1,284 -130%

Tabel 4. diatas menunjukkan bahwa NPV > 0, Net B/C ratio > 1 dan
nilai IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industri kerupuk layak
untuk dilanjutkan. Industry kerupuk THR ini tidak peka terhadap penurunan
suku bunga 15%.

Sensitivitas Kelayakan Usaha Industri Kerupuk THR Terhadap Peningkatan


Biaya Operasional dan Penurunan Pendapatan
Analisis ketiga yaitu menggabungkan cara pertama dan cara kedua yaitu
meningkatkan biaya operasional serta penurunan pendapatan. Cara ketiga yaitu
menggabungkan antara biaya operasional sebesar 10% dan penurunan penerimaan
sebesar 10% serta gabungan antara biaya operasional 15% dan penurunan
pendapatan sebesar 20%.
Tabel 5. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri industry kerupuk terhadap
kenaikan biaya operasional (10%) serta penurunan penerimaan (10%)
pada tingkat suku 9% per tahun.
Uraian Nilai Biaya operasional Persentase Keputusan
naik dan turun perubahan
(10%)
NPV 1,283,214,385 377,843,554 71% Layak
Net B/C rasio 1.360658492 1.113266039 18% Layak
IRR (%) 384% 53% 86% Layak
PP (tahun) 0.23288309 0.674127006 -189%

Tabel 5. Menunjukkan bahwa nilai NPV > 0, Net B/C ratio > 1, dan nilai
IRR > 9% sehingga dapat disimpulkan bahwa industry kerupuk THR tidak peka
terhadap kenaikan biaya operasional sebesar 10% dan penurunan sebesar 10%
sehingga layak untuk dilanjutkan. Industry kerupuk THR ini peka terhadap
penurunan dan kenaikan suku bunga 10%.

Tabel 6. Estimasi sensitivitas kelayakan usaha industri industry kerupuk terhadap


kenaikan biaya operasional (15%) serta penurunan penerimaan (20%)
pada tingkat suku 9% per tahun.
Uraian Nilai Biaya operasional Persentase Keputusan
naik dan turun perubahan
(10%)
NPV 1,283,214,385 -266,604,211 121% Tidak Layak
Net B/C rasio 1.360658492 0.963799765 29% Tidak Layak
IRR (%) 384% 53% -25% Tidak Layak
PP (tahun) 0.23288309 -1.933488012 930%
Pada tabel 6 menunjukkan dengan kenaikan biaya operasional sebesar
20% dan penurunan penerimaan sebesar 15% akan menurunkan NPV hingga ke
level negatif (-) yaitu sebesar Rp. -266,604,211yang berarti bahwa industry
kerupuk THR tidak mampu menutupi biaya yang telah dikeluarkan dan secara
finansial industri tersebut mengalami kerugian sebesar Rp. -51.720.000, serta Net
B/C ratio < 1 dan IRR bernilai (-) sehingga tidak layak untuk dilanjutkan. Oleh
karena itu, diperlukan upaya-upaya preventif, terutama dari segi penekanan biaya
operasional, untuk mencegah terjadi kenaikan biaya operasional sebesar 20% dan
penurunan penerimaan sebesar 15%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Home industry kerupuk THR secara finansial layak untuk diusahakan, dengan
nilai NPV 1.283.214.385, NET B/C 1,3606 dan IRR 384%. Analisis payback
period menunjukkan bahwa modal investasi akan kembali pada jangka waktu 0,2
tahun. Analisis sensitivitas kenaikan biaya operasional sebesar 12% dan 15%.
Pada kenaikan penerimaan dengan bunga 12% dinyatakan layak dan pada bunga
15% dinyatakan tidak layak karena NET B/C < 1. Pada penurunan penerimaan
dengan bunga 12% dan 15% dinyatakan layak. Industry ini tidak peka terhadap
penurunan bunga sebesar 12% dan 15%.

Saran
Perusahaan diharapkan lebih peka dalam perencanaan pengembangan kedepan
sehingga tidak terjadi perubahan biaya operasional maupun penurunan
penerimaan hingga mencapai titik kritis.
DAFTAR PUSTAKA

Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan Analisis Proyek. Jakarta: LPFE UI.

Husnan, S. dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek Edisi Keempat.


Jogjakarta: UPP AMP YKPN.

Koswara, S. 2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. Jakarta : Bumi Aksara.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional.


Jakarta: Erlangga.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Press.


LAMPIRAN GAMBAR

Keterangan foto (dari kiri ke kanan):


1) Azizah Laila W
2) Ibu Wiwik
3) Astri Mufitasari
4) Dani Prasetyo

Anda mungkin juga menyukai