Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PAPER

ONGKOS MATERIAL HANDLING

Disusun sebagai Tugas Mata Kuliah Tata Letak Pengolahan Bahan

DOSEN PENGAMPU :

Andi Eko Wiyono, S.TP., M.P.

Disusun oleh:

1. Dani Prasetyo (171710301017)


2. Erlin Jamalia Ulfa (171710301049)
3. Fauzan Mufid M. (171710301065)
4. Hayyun Afiati N. (171710301031)
5. Melinda Lady Plus (171710301047)
6. Wifqi Nur Pangestu (171710301061)

TIP A

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Material Handling merupakan proses penanganan bahan yang dilakukan
dalam perusahaan industri, yang artinya memindahkan bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ketempat tujuan yang telah
ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang
terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat
proses produksi yang lain. Pada dasarnya kegiatan material handling adalah
kegiatan tidak produktif, karena pada kegiatan ini bahan tidaklah mendapat
perubahan bentuk atau perubahan nilai, sehingga sebenarnya akan mengurangi
kegiatan yang tidak efektif dan mencari ongkos material handling terkecil.
Menghilangkan transportasi tidaklah mungkin dilakukan, maka caranya adalah
dengan melakukan hand-off, yaitu menekan jumlah ongkos yang digunakan untuk
biaya transportasi. Menekan jumlah ongkos transportasi dapat dilakukan dengan
cara: menghapus langkah transportasi, mekanisasi atau meminimasi jarak.
Ongkos Material Handling (OMH) merupakan suatu ongkos yang timbul
akibat adanya aktivitas material dari satu mesin ke mesin lain atau dari satu
departemen kedepartemen lain yang besarnya ditentukan sampai pada suatu
tertentu. Dalam industri ongkos material handling diusahan seminimal mungkin
sehingga, perlu adanya ketepatan perhitungan dan ke efektifitasan dalam tata letak
pabrik dan aliran produksi sehingga ongkos menjadi lebih efisien. Ongkos
material handling dapat dihitung menggunakan perhitungan dengan data jarak
perpindahan dan frekuensi pemindahan.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah yang dapat dibuat adalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan material handling?
2. Bagaimanakah perencanaan material handling dalam suatu perusahaan atau
pabrik?
3. Bagaimanakah cara perhitungan ongkos material handling?
4. Apakah peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan material
handling?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang dapat disusun dari rumusan masalah di atas
adalah:
1. Mengetahui pengertian material handling.
2. Mengetahui perencanaan material handling dalam suatu perusahaan atau
pabrik.
3. Mengetahui dan memahami perhitungan jarak dan ongkos material handling.
4. Mengetahui peralatan-peralatan yang digunakan dalam kegiatan material
handling.
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Material Handling
Menurut Rochman,et al. (2010), material handling bisa diartikan sebagai
pergerakan, penyimpanan, perlindungan, pengendalian material di seluruh proses
manufaktur dan distribusi termasuk penggunaan dan pembuangannya. Atau bisa
didefinisikan sebagai penyediaan material dalam jumlah, kondisi, posisi, waktu
dan tempat yang tepat untuk mendapatkan ongkos yang efisien.
Pengertian Material Handling menurut John A Stubin, dalam Business
Management yaitu, Material handling adalah suatu bagian yang integral dari
proses produksi yang meliputi penyimpanan, pemuatan, penuranan, dan juga
bagian transportasi mengangkut material ke pengepakan sampai barang jadi yang
siap dipasarkan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan
bahwa material  handling  adalah kegiatan mengangkat,  mengangkut, 
meletakkan bahan-bahan/barang-barang dalam proses di dalam pabrik, kegiatan
ini dimulai sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik, sampai pada saat
barang jadi dikeluarkan dari pabrik.
Pada dasarnya tujuan utama diadakannya material handling adalah untuk
menghilangkan pemborosan atau inefisiensi. Beberapa tujuan lain dari
dilaksanakannya material handling adalah sebagai berikut ini:
1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan
memberikan perlindunganterhadap material.
2. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
3. Meningkatkan produktivitas:
a. Material akan mengalir pada garis lurus.
b. Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin.
c. Perpindahan sejumlah material pada satu kali waktu.
d. Mekanisme penanganan material.
e. Otomasi penanganan material.
f. Menjaga atau mengembangkan rasio antara produksi dan penanganan
material.
g. Meningkatkan muatan/beban dengan penggunaan peralatan material
handling otomatis.
4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas.
a. Menigkatkan penggunaan bangunan.
b. Pengadaan bangunan serbaguna.
c. Standarisasi peralatan material handling.
d. Menjaga, dan menempatkan seluruh peralatan sesuai kebutuhan dan
mengembangkan program pemeliharaan inventif.
e. Integrasi seluruh peralatan material handling dalam suatu sistem.
5. Sebagai pengawasan persediaan.
Purwaningsih dan Purnawan (2007) juga menyatakan bahwa material
handling adalah suatu kegiatan dalam memindahkan barang, dan bisa juga
dikatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan, pemindahan,
pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari bahan atau material
dengan segala bentuknya. Kegiatan material handling dalam perusahaan melewati
tiga tahapan pengembangan, yaitu:
1. Konvensional yaitu pemindahan bahan atau material yang masih
sederhana, dengan fasilitas yang terbatas dan perhatian sedikit saja
diberikan pada keterkaitan antara-antara keadaan yang terpisah.
2. Kontemporer yaitu pemindahan bahan yang mempunyai aliran barang
yang menyeluruh.
3. Modern atau berorientasi ke sistem yaitu peindahan bahan dan kegiatan
distribusi secara fisik sebagai bagian dari suatu sistem, termasuk
pemindahan bahan dari semua sumber pasokan, seluruh pemindahan
dalam pabrik, dan distribusi barang jadi ke pelanggan.
2.2. Perencanaan Material Handling
Perencanaan material handling di dalam perusahaan atau pabrik haruslah
menyesuaikan dengan tata letak ataupun layout dari perusahaan karena tata letak
yang baik dapat menangani sistem material handling secara menyeluruh. Jika
sistem material handling yang kurang sistematis menjadi masalah yang cukup
besar dan mengganggu proses produksi (Wignjosoebroto, 1996 dalam Susetyo,et
al., 2010).
Rochman,et al. (2010) mengatakan bahwa tujuan utama perencanaan
material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi dan guna
meningkatkan efisiensi perpindahan material dari satu departemen ke departemen
lainnya.Oleh karena itu, perlu memperhatikan beberapa pertimbangan seperti
karakteristik material, tingkat aliran material, tipe tata letak pabrik dan peralatan
yang sesuai. Pertimbangan lain yang harus dilakukan adalah aliran material yang
menyangkut jumlah material dan jarak perpindahan material.
Tabel 1. Karakteristik dari metode material handling

Menurut Herjanto (2008), perencanaan penanganan material adalah suatu


komponen penting dalam perencanaan fasilitas, terutama dalam kaitannya dengan
desain tata letak. Ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan di dalam
perencanaan penanganan material, yaitu:
1. Sistem penanganan material yang disusun harus dapat memenuhi tujuan
dan persyaratan dasar, serta mempertimbangkan keinginan masa datang.
2. Sistem kegiatan penanganan dan dan penyimpanan hendaknya merupakan
suatu sistem operasi yang terintegrasi termasuk dalam penerimaan,
inspeksi, penyimpanan, produksi, perakitan, pengemasan, pergudangan,
pengangkutan dan transportasi.
3. Peralatan penanganan material dan prosedurnya agar didesain sedemikian
rupa dengan mempertimbangkan faktor kemampuan manusia dan
keterbatasannya, sehingga dapat terjadi interaksi yang efektif dengan
manusia yang menggunakan sistem.
4. Metode dan peralatan penanganan material yang dipilih harus memberikan
biaya per unit angkut yang rendah.
5. Faktor pemakaian energi dari sistem penanganan material dan prosedurnya
harus diikutsertakan dalam melakukan justifikasi ekonomi.
6. Penggunaan ruangan harus dimanfaatkan seefektif mungkin.
7. Sedapat mungkin manfaatkan gaya berat untuk memindahkan material,
dengan tetap memperhatikan keterbatasan yang menyangkut faktor
keselamatan tenaga kerja, kerusakan maupun kehilangan produk.
8. Untuk meningkatkan informasi pengendalian material, sedapat mungkin
gunakan komputerisasi dalam sistem penanganan material dan
penyimpanan.
9. Dalam penanganan dan penyimpanan, arus data agar dapat diintegrasikan
dengan arus fisik material.
10.Urutan operasi dan tata letak peralatan harus efektif dan efisien.
11.Metode dan peralatan penanganan material agar distandarisasikan
sehingga terdapat kesamaan dalam pelaksanaan dan acuan yang
digunakan.
12.Peralatan penanganan material jika mungkin dimekanisasikan untuk
meningkatkan efisiensi.
13.Metode dan peralatan penanganan material yang digunakan harus
memiliki dampak minimal terhadap lingkungan.
14.Metode penanganan harus sesederhana mungkin, dengan mengeliminasi,
mengurangi, atau mengkombinasikan gerakan dan atau peralatan yang
tidak perlu.
15.Metode dan peralatan yang dipilih sedapat mungkin bisa digunakan untuk
berbagai tugas dalam berbagai kondisi operasi.
16.Metode dan peralatan penanganan material harus sesuai dengan peraturan
keselamatan yang berlaku.
17.Sistem penanganan material harus mencakup rencana pemeliharaan dan
jadwal perbaikan untuk semua peralatan serta kebijaksanaan jangka
panjang untuk penggantian peralatan dan metode yang using.
2.3. Cara Menghitung Ongkos Material Handling.
Ongkos material handling dapat dihitung menggunakan bantuan tabel
ongkos material handling yang berisi beberapa faktor material handling. Data
tersebut didapat dengan mewawancari industri terkait material handling.
Menurut literatur (Prastia, 2013), tabel perhitungan ongkos material Handling
dapat berisi:
Dari Ke Nama Bentuk Potongan Produk Jumlah Berat Berat Alat OMH Jarak Total
Komponen Material Material /Hari Tiap bentuk total angkut ongkos
bntk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen utama, data komponen
tambahan dan MPPC.
Kolom 5 = Untuk komponen utama didapat dari pembagian volume
diterima dengan volume dipakai. Untuk komponen tambahan
didapat dari pembagian unit tersedia dengan volume assy.
Contoh perhitungan:
Volum terima
Potongan material = Volum pakai

= (240 x 120 x 1) / (40 x 30 x 1)


= 24 buah
(Artinya satu papan dapat dibuat 24 komponen tersebut)
Kolom 6 = Data diperoleh dari bahan disiapkan untuk setiap komponen
yang terdapat pada routing sheet.
Kolom 7 = Datanya diperoleh dari pembagian antara kolom 6 dengan
kolom 5.
Contoh perhitungan:
Jumlah tiap bentuk = Produk/hari / Pot. Material
= 39,52 / 24 = 2 buah
(artinya, dibutuhkan dua unit papan untuk dapat
memenuhi kebutuhan yang diinginkan)
Kolom 8 = Diketahui dari data komponen utama dan komponen
tambahan
Kolom 9 = Datanya diperoleh dari perkalian antara kolom 7 dengan
kolom 8.
Contoh perhitungan:
Berat Total = Jumlah tiap bentuk x berat bentuk
= 2 x 0,74 = 1,49 kg
Kolom 10 dan 11= Penentuan alat angkut beserta OMH yang digunakan untuk
memindahkan material. Datanya diperoleh dengan ketentuan
sebagai berikut:
Alat angkut orang digunakan untuk berat material lebih kecil
dari sama dengan 25 Kg. OMH sama dengan Rp 500/meter
Alat angkut walky pallet untuk berat material lebih besar dari
25 Kg dan lebih kecil dari 150 Kg. OMH sama dengan Rp
750/meter.
Alat angkut orang untuk berat material lebih besar dari 150
Kg. OMH sama dengan Rp 1500/meter.
(lakukan terlebih dahulu kolom 9, Untuk semua
komponen)
Kolom 12 = Datanya diperoleh dengan menggunakan rumus dan
ketentuan sebagai berikut:
Jarak antar departemen = ½ √A + ½ √B
Ketentuan:
Receiving = total luas lantai gudang bahan baku
Shipping = total luas lantai barang jadi
Mesin-mesin = total luas mesin/departemen
Contoh perhitungan:
Jarak antar departemen = ½ √A + ½ √B
= ½ √149.04+ ½ √74 = 7,6852 m
Dengan kolom 12.
Contoh perhitungan:
Total ongkos = OMH x Jarak antar Departemen
= 500 x 7,6852 = Rp. 3842,60
Menurut literatur (susetyo dkk, 2010) perhitungan OMH juga dapat
dilakukan Berdasarkan jarak antar stasiun kerja fasilitas produksi awal, besarnya
aliran produksi (frekluensi) dan ongkos material handling per meter (OMH per
meter), maka total ongkos material handling dapat diketahui dengan mengalikan
jarak, besarnya frekuensi dan ongkos material handling per meter.
Penentuan frekuensi pemindahan dan ongkos material handling
F = nmat
C
Keterangan :
- F = frekuensi pemindahan.
- nmat = jumlah unit yang dipindah.
- C = kapasitas alat angkut (unit).
Sehingga ongkos pemindahan bahan baku dapat dihitung dengan persamaan
berikut: OMH = r × f ×OMH /m
Keterangan :
OMH = ongkos material handling.
r = jarak perpindahan (m).
f = frekuensi pemindahan.
2.4 Peralatan yang Digunakan dalam Material Handling
Menurut Puspita (2014) berikut ini adalah peralatan yang digunakan dalam
material handling.
A. Mesin-mesin pemindahan bahan (material handling) dapat dibagi dalam tiga
kelompok, yaitu:
1. Peralatan pengangkat merupakan peralatan yang ditujukan untuk
memindahkan muatan satuan dalam satu batch, misal:
a. Mesin pengangkat, yaitu: Reach stacker, Reach truck.
b. Crane, misal: mobile cranes, tower cranes.
c. Elevator

Gambar 1. Reach Truck

2. Peralatan pemindah (conveyor) merupakan peralatan yang ditujukan untuk


memindahkan muatan curah (banyak partikel, homogen) maupun muatan
secara kontinu, misal:
a. Screw conveyor.
b. Belt conveyor.
c. Pneumatic conveyor.
d. Vibratory conveyor.
Gambar 2. Belt conveyor
3. Peralatan permukaan dan overhead merupakan peralatan yang ditujukan
untuk memindahkan muatan curah dan satuan, baik batch maupun kontinu,
misal:
a. Scrapper.
b. Excavator.
c. Bulldozer.
B. Peralatan penyimpanan dan pengumpulan material
1. Hand truck.
2. Pallet.
3. Racks.
4. Bin.
5. Box.

Gambar 3. Racks
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan, maka kesimpulan yang didapat,
yaitu:
Material handling adalah suatu kegiatan dalam memindahkan barang, dan
bisa juga dikatakan sebagai seni dan ilmu yang meliputi penanganan, pemindahan,
pengepakan, penyimpanan, sekaligus pengendalian dari bahan. Tujuan utama
perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi dan guna
meningkatkan efisiensi perpindahan material dari satu departemen ke departemen
lainnya. Ongkos material handling dapat dihitung dengan rumus:

OMH = r × f ×OMH /m
Peralatan material handling yaitu: Peralatan Kontainer dan Pengunitan, Peralatan
Transportasi Material, Peralatan Penyimpanan dan Pengumpulan, dan Peralatan
Identifikasi.
3.2. Saran
Diharapkan mahasiswa agar lebih mencari informasi dan materi mengenai
material handling dari beberapa sumber, sehingga mahasiswa lebih mudah
memahami kegiatan material handling dalam suatu pabrik dan juga lebih teliti saat
melakukan perhitungan ongkos material handling.
DAFTAR PUSTAKA
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi. Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.
Prastia, A. Wibowo, A. dan Ivan. 2013. Modul Ongkos Material Handling
(OMH). Laboratorium teknik Industri Lanjut.
Prastia. 2013. Ergonomi Industri. Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan
Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.
Purwaningsih, Ratna., dan P. A. Wicaksono. 2007. Buku Ajar Ergonom Industri.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Puspita, K.T. 2007. Perancangan Balanced Scorecard sebagai Instrumen
Pengukuran Kinerja pada PT Unitex, Tbk. Skripsi pada Departemen
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Rochman, Taufik., R. D. Astuti., R. Patriana. 2010. Peningkatan Produktivitas
Kerja Operator Melalui Perbaikan Alat Material Handling dengan
Pendekatan Ergonomi. Performa.
Susetyo, D. Simanjutak, R.A. Ramos, J.M. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak
Fasilitas Produksi Dengan Pendekatan Group Technology Dan
Algoritma Blocplan Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling.
Yogyakarta : Jurnal Teknologi, Volume 3 Nomor 1 , Juni 2010, 75-84.
Susetyo, Joko; R. A. Simanjuntak; dan J. M. Ramos. 2010. Perancangan Ulang
Tata Letak Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Group Technology
dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos Material Handling.
Jurnal Teknologi, 3(1):75-84.

Anda mungkin juga menyukai