Anda di halaman 1dari 1

TRENDING NOW:

Lafal Azan saat Wabah, Covid-19, dan


Uzur Umum yang Lain

Search 

SHALAT

Tata Cara Pelaksanaan Shalat


Tasbih
Kamis 30 Mei 2019 21:15 WIB

Share:     

Ilustrasi (pinterest)

Salah satu shalat sunnah yang dianjurkan oleh


para ulama kita adalah shalat tasbih. Dinamakan
demikian karena di dalam shalat tersebut banyak
dibaca tasbih. Sebagian masyarakat muslim di
Indonsia menjadikan shalat tasbih sebagai sarana
untuk mendapatkan lailatul qadr di bulan
Ramadhan. Untuk menjaring malam yang sangat
mulia ini mereka melakukan shalat malam secara
berjamaah di sepuluh malam terakhir Ramadhan
dan shalat tasbih dipilih untuk menjadi sarananya.

Advertisement

Iklan

Discover easy remote access


Work at 100% productivity from anywhere

TeamViewer Learn More

Para ulama mendasarkan kesunnahan shalat


tasbih pada sebuah hadits riwayat Abu Rafi’ di
mana Rasulullah memberitahukan kepada paman
beliau Abbas tentang tata cara dan berbagai
keutamaan melakukan shalat tasbih. Dalam
berbagai kitab fiqih yang menuturkan perihal shalat
tasbih para ulama menyebut hadits yang cukup
panjang tersebut. Meski dipandang sebagai hadits
dlaif (lemah) namun para ulama Syafi’iyah seperti
Abu Muhammad Al-Baghawi dan Abul Mahasin
Ar-Rayani menetapkan kesunnahan shalat tasbih
ini. Ini sebagaimana dituturkan oleh Imam Nawawi
dalam Al-Adzkâr (Jakarta, Darul Kutub Al-
Islamiyah, 2004, hal. 202).

Bila dilihat dari sisi keutamaannya para ulama


memandang shalat tasbih memiliki keutamaan
yang begitu besar sampai Imam As-Subki
menyatakan bahwa tidaklah orang yang
mendengar tentang keutamaan shalat tasbih
namun ia meninggalkannya (tidak melakukannya)
kecuali orang itu adalah orang yang merendahkan
agama (lihat: Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Minhâjul
Qawîm, Beirut: Darul Fikr, tt., hal. 203).

Advertisement

Adapun waktu pelaksanaan shalat tasbih dapat


dilakukan kapan saja, baik siang hari ataupun
malam hari, sepanjang tidak pada waktu yang
dilarang untuk shalat. Hanya saja Imam Nawawi
memiliki pendapat yang menyatakan adanya
perbedaan dalam teknis pelaksanaan shalat tasbih
di siang dan malam hari. Bagi beliau bila shalat
tasbih dilakukan di malam hari maka akan lebih
baik bila dilakukan dua rakaat – dua rakaat
masing-masing dengan satu salam. Namun bila
dilakukan di siang hari maka bisa dilakukan dua
rakaat satu salam atau langsung empat rakaat
dengan satu salam. Dalam kitab Al-Adzkâr-nya
beliau menyatakan:

Advertisement

‫إﻟﻲ أن ﻳﺴﻠّﻢ ﻓﻲ رﻛﻌﺘﻴﻦ؛‬


ّ ‫ﻓﺄﺣﺐ‬
ّ ً ‫ﻓﺈن ﺻﻠﻰ ﻟﻴﻼ‬
‫ وإن ﺷﺎء ﻟﻢ‬،‫ ﻓﺈن ﺷﺎء ﺳﻠّﻢ‬،ً‫وإن ﺻﻠّﻰ ﻧﻬﺎرا‬
‫ﻳﺴﻠﻢ‬

Artinya: “Bila shalat dilakukan di malam hari maka


lebih kusukai bila bersalam dalam dua rakaat.
Namun bila di siang hari maka bila mau bersalam
(pada dua rakaat) dan bila mau maka tidak
bersalam (di dua rakaat).”

Lalu bagaimana tata cara melakukan shalat


tasbih?

Ibnu Hajar Al-Haitami di dalam kitabnya Al-


Minhâjul Qawîm menuliskan:

‫و ﺻﻼة اﻟﺘﺴﺒﻴﺢ وﻫﻲ أرﺑﻊ رﻛﻌﺎت ﻳﻘﻮل ﻓﻲ‬


‫ ﺳﺒﺤﺎن اﻟﻠﻪ‬:‫ﻛﻞ رﻛﻌﺔ ﺑﻌﺪ اﻟﻔﺎﺗﺤﺔ واﻟﺴﻮرة‬
‫ زاد ﻓﻲ‬،‫واﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ وﻻ إﻟﻪ إﻻ اﻟﻠﻪ واﻟﻠﻪ أﻛﺒﺮ‬
‫ وﻻ ﺣﻮل وﻻ ﻗﻮة إﻻ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺧﻤﺲ ﻋﺸﺮة‬:‫اﻹﺣﻴﺎء‬
‫ﻣﺮة وﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻦ اﻟﺮﻛﻮع واﻻﻋﺘﺪال وﻛﻞ ﻣﻦ‬
‫اﻟﺴﺠﺪﺗﻴﻦ واﻟﺠﻠﻮس ﺑﻴﻨﻬﻤﺎ واﻟﺠﻠﻮس ﺑﻌﺪ رﻓﻌﻪ‬
‫ﻣﻦ اﻟﺴﺠﺪة اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻋﺸﺮة ﻓﺬﻟﻚ ﺧﻤﺲ‬
‫وﺳﺒﻌﻮن ﻣﺮة ﻓﻲ ﻛﻞ رﻛﻌﺔ‬

Artinya: “dan (termasuk shalat sunnah) adalah


shalat tasbih, yaitu shalat empat rakaat di mana
dalam setiap rakaatnya setelah membaca surat
Al-Fatihah dan surat lainnya membaca kalimat
subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha illallâhu
wallâhu akbar—di dalam kitab Ihyâ ditambahi wa
lâ haulâ wa lâ quwwata illâ billâh—sebanyak 15
kali, dan pada tiap-tiap ruku’, i’tidal, sujud, duduk di
antara dua sujud, dan duduk setelah sujud yang
kedua masing-masing membaca (kalimat
tersebut) sebanyak 10 kali. Maka itu semua
berjumlah 75 kali dalam setiap satu rakaat.” (Ibnu
Hajar Al-Haitami, Al-Minhâjul Qawîm, Beirut: Darul
Fikr, tt., hal. 203)

Dari penjelasan Ibnu Hajar di atas dapat


disimpulkan tata cara pelaksanaan shalat tasbih
sebagai berikut:

1. Pada dasarnya tata cara pelaksanaan shalat


sunnah tasbih tidak jauh berbeda dengan tata cara
pelaksanaan shalat-shalat lainnya, baik syarat
maupun rukunnya. Hanya saja di dalam shalat
tasbih ada tambahan bacaan kalimat thayibah
dalam jumlah tertentu.

2. Setelah membaca surat Al-Fatihah dan surat


lainnya, sebelum ruku’ terlebih dahulu membaca
kalimat subhânallâh wal hamdu lillâh wa lâ ilâha
illallâhu wallâhu akbar (selanjutnya kalimat ini
disebut tasbih) sebanyak 15 kali. Setelah itu baru
kemudian melakukan ruku’.

3. Pada saat ruku’ sebelum bangun untuk i’tidal


terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali.
Setelah itu baru kemudian bangun untuk i’tidal.

4. Pada saat i’tidal sebelum turun untuk sujud


terlebih dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali,
baru kemudian sujud.

5. Pada saat sujud yang pertama sebelum bangun


membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru kemudian
bangun untuk duduk.

6. Pada saat duduk di antara dua sujud sebelum


melakukan sujud kedua membaca tasbih
sebanyak 10 kali, baru kemudian melakukan sujud
yang kedua.

7. Pada saat sujud kedua sebelum bangun


membaca tasbih sebanyak 10 kali.

8. Setelah sujud yang kedua tidak langsung


bangun untuk berdiri memulai rakaat yang kedua,
namun terlebih dahulu duduk untuk membaca
tasbih sebanyak 10 kali. Setelah itu barulah
bangun untuk berdiri kembali memulai rakaat yang
kedua.

Dengan demikian maka dalam satu rakaat telah


terbaca tasbih sebanyak 75 kali. Untuk rakaat
yang kedua tata cara pelaksanaan shalat dan
jumlah bacaan tasbihnya sama dengan rakaat
pertama, hanya saja pada rakaat kedua setelah
membaca tasyahud sebelum salam terlebih
dahulu membaca tasbih sebanyak 10 kali, baru
kemudian membaca salam sebagaimana biasa
sebagai penutup shalat.

Wallâhu a’lam. (Yazid Muttaqin)

::::
Catatan: Naskah ini terbit pertama kali di NU
Online pada 25 Agustus 2018, pukul 12.00.
Redaksi mengunggahnya ulang tanpa melakukan
perubahan.

Tags: Shalat

Share:    

#SalingPeduli Cegah Dampak


Corona
Rp 66.084.741 terkumpul dari Rp 500.000.000

1776 Donasi 11 hari lagi

Rekomendasi

Beberapa Peristiwa Penting di Bulan


Sya’ban

Khutbah Jumat: Yang Sering Dilupakan di


Bulan Sya'ban

Melihat Corona dari Perspektif Aqidah dan


Fiqih

Penglihatan Rasulullah ketika Isra' dan


Mi’raj, Mimpi atau Kasatmata?

Anjuran Doa Panjang Umur Selama Bulan


Rajab dan Sya'ban

Doa

Doa Rasulullah agar Dibaca Pasien Covid-


19

Doa Rasulullah agar Terhindar dari Wabah


Penyakit seperti Covid-19

Doa Sapu Jagat

Ini Doa saat Orgasme atau Ejakulasi

Doa dan Tindakan Rasulullah saat Hujan


Deras dan Angin Kencang

Warta Video

Mahar Rasulullah Menikahi


Khadijah
Selasa 7 April 2020 13:23 WIB

Bahtsul Masail

1 Apakah Boleh Mengumandangkan Azan


Shallu fi Rihalikum atau fi Buyutikum?

2 Mengapa Umat Islam Tidak Shalat Jumat


karena Covid-19?

3 Hukum Menjaga Jarak Jamaah dan Shaf


Shalat Jumat dari Covid-19

4 Bolehkah Pemerintah Melarang Pasien


Covid-19 Hadiri Shalat Jumat dan
Keramaian Umum? 

5 Hukum Memakai Hand Sanitizer atau


Cairan Antiseptik Tangan untuk Shalat

Syariah

1 Pencegahan Covid-19 dan Hifzhun Nafs


dalam Ushul Fiqih Lintas Zaman (2)

2 Pencegahan Covid-19 dan Hifzhun Nafs


dalam Ushul Fiqih Lintas Zaman (1)

3 Urgensi Bermazhab di Era Kontemporer


dan Kearifan di Dalamnya (2)

4 Urgensi Bermazhab di Era Kontemporer


dan Kearifan di Dalamnya (1)

5 Plafon Belanja Penduduk Terjangkit


Covid-19 dalam Kajian Fiqih

Kontak kami
Redaksi: (+6221) 391 4013/14
Sekretariat PBNU (+6221) 31908425
Gedung PBNU Lt.5 Jalan Kramat Raya 164 Jakarta
Pusat 10430

  

Copyright © 2020 | All rights reserved | NU Online


Anda mungkin juga menyukai