Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi Halusinasi
Menurut Maramis, Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatau yang sebenarnya tidak terjadi. (Prabowo 2014).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat (2011).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa
adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu
yang nyata ada oleh klien.
2. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan suatu respon maldaptive individu yang berbeda-beda rentang
respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini merupakan
persepsi maladaptive. apabila klien memiliki persepsi yang sehat dan juga akurat, maka
klien akan mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan, penciuman,
pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca
indera meskipun stimulus tersebut tidak ada. Kedua respon tersebut adalah respon
individual yang akan mengalami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterima oleh klien, yang tersebut sebagai ilusi. Klien akan mengalami
interpresentasi jika yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tersebut tidak
sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut:
3. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) yang di kutip dari Pambayun (2015), Terdapat
beberapa faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami halusinasi
adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini
sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar yang identik akan
memiliki kemungkinan 50% mengalami skizofrenia, jika salah satu dari anak
kembar tersebut mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya
sebesar 15%. Seorang anak yang hidup dengan salah satu orang tuanya yang
mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila
kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin, serotonin,
dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar
serotonin.
2) Teori virus
Pada kehamilan trimester ketiga dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia
jika terpapar virus influenza ketika hamil.
3) Psikologis
Terdapat beberapa kondisi psikologis seseorang yang menjadikan faktor
predisposisi skizofrenia antara lain seorang anak yang diperlakukan oleh ibu
yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara
ayahnya yang mengambil jarak dengan anaknya sendiri.
2. Faktor Presipitasi
1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Pada bidang kesehatan, antara lain : kurangnya nutrisi, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem syaraf
pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
5) Sikap atau perilaku, antara lain : perasaan tidak mampu, harga diri rendah, putus
asa, percaya diri kurang, perasaan gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya
kekuatan berlebihan, perasaan malang, bertindak tidak seperti orang lain dari
segi umur atau usi maupun kebudayaan yang di tinggali, kernampuan sosialisasi
kurang, perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Prabowo (2014) perilaku pasien yang berkaitan dengan halusinasi adalah
sebagai berikut :
1) Bicara, senyum, dan ketawa sendiri;
2) Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat , dan respon verbal
yang lambat.
3) Menarik diri dari orang lain, dan berusaha untuk menghindari dari orang lain.
4) Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
5) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
6) Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;
7) Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, dan lingkugannya), dan takut;
8) Sulit berhubungan dengan orang lain;
9) Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
10) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
11) Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panic, agitasi dan kataton;

C. Pohon Masalah

Efect Resiko perilaku kekerasan Resiko Bunuh Diri

Gangguan sensori/persepsi :
Core Problem halusinasi pendengran Gangguan pemeliharaan
kesehatan
Masalah utama

Isolasi social : menarik diri Defisit perawatan diri :


Causa Mandi dan berhias

Gangguan konsep diri : harga diri


rendah kronis Gangguan komunikasi
verbal
D. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Defisit perawatan diri
4. Gangguan komunikasi verbal
5. Resiko bunuh diri
E. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi social : menarik diri
3. Resiko menyiderai diri orang lain dan lingkungan.
F. Data Yang Perlu Dikaji
1. Predisposisi
1) Faktor Biologis
terdapat hambatan dalam perkambangan otak khususnya pada konteks lobus
provital temporal dan pada limbik yang disebabkan adanya gangguan pada
perkembangan dan fungsi susunan saraf pusat. Sehingga terjadi hambatan dalam
pembelajaran, berbicara, daya ingat dan perilaku menarik diri, perilaku menarik diri
yang menyebabkan orang enggan untuk bersosialisasi sehingga kemampuan untuk
menilai dan berespon terhadap realita dapat hilang dan sulit membedakan rangsang
internal dan eksternal.
2) Faktor Psikologis
Halusinasi dapat terjaid pada orang yang mempunyai keluarga overprotektif sangat
cemas, hubungan dalam keluarga yang dingin dan tidak harmonis, perhatian dengan
orang lain yang sangat berlebih ataupun yang sangat kurang sehingga menyebabkan
koping individu dalam menghadapi steress tidak adaptif
3) Faktor social budaya
Kemsikinan dapat sebagai faktor terjadi halusinasi bila individu mempunyai koping
yang tidak efektif maka ia akan suka berkhayal menjadi orang hanya dan lama
kelamaan.
4) Perilaku
Pengkajian pada klien dengan halusinasi perlu ditekankan pada fungsi kognitif
(proses piker), fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi social.
1. Fungsi kognitif
Pada fungsi kognitif terjadi perubahan daya ingat, klien mengalami kesukaran
dalam menilai dan menggunakan memorinya atau klien mengalami ganggguan
daya ingat jangka panjang/ pendek. Klien menjadi pelupa dan tidak berniat.
a) Cara berpikir magis dan primitive : klien menganggap bahasa diri dapat
melakukan sesuatu yang mustahil bagi orang lain, misalnya dapat berubah
menjadi spiderman. Cara berpikir klien seperti ini anak pada tingkat
perkembangan anak pra sekolah.
b) Perhatian : klien tidak mampu memperthankan perhatiannya atau mudah
teralih, serta konsentrasi buruk, akibatnya mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas dan berkonsentrasi terhadap tugas.
c) Isi piker : kilien tidak mapu memproses stimulus interna dam eksterna
dengan baik sehingga terjadi curiga, siap piker, sisip piker, somatic.
d) Segi bentuk dan pengorganisasian dalam berbicara : klien tidak mampu
mengorganisasikan pemikiran dan tidak mampu menyusun pembicaraan
yang logis serta kohern, gejala yang sering timbul adalah hilangnya
asosiasi, kongensial , inkoheren atau neurologisme, sirkumfansial, yang
tidak masuk akal. Hal ini dapat diidentifikasikan dari pembicaraan klien
yang tidak relevan, tidak logis bicara yang berbelit.
2. Fungsi Emosi
Emosi digambarkan dengan istilah mood adalah suasana emosi sedangkan efek
adalah mengacu kepada ekspresi emosi yang dapat diamati dalam ekspresi
wajah. Gerakkan tangan, tubuh dan nada suara ketika individu menceritakan
perasaannya.
Pada proses neurologis yang maladaptieve terjadi gangguan emosi yang dapat
dikaji melalui perubahan afek :
a. Afek tumpul : kurangnya respon emosional terhadap pikiran, orang lain
atau pengalaman klien tampak apatis
b. Afek Datar : tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah datar,
tidak ada keterlibatan perasaan.
c. Afek tidak sesuai : afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan.
d. Reaksi berlebihan : reaksi emosi yang berlebihan terhadap suatu kejadian.
e. Ambivalen : timbulnya dua perasaan yang bertantangan pada saat yang
bersamaan.
3. Fungsi motoric
Respon neurologis maladaptive menimbulkan perilaku yang aneh.
Membingungkan dan kadang nampak tidak kenal dengan orang lain. Perubahan
tersebut adalah :
a. Impulsuf : cenderung melakukan gerakan yang tiba-tiba dan spontan.
b. Manerisme : dilihat melalui gerakan dan ucapan seperti grimasentik.
c. Stereobipik : gerakan yang diulang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi
oleh stimulus yang jelas
d. Katatonia : terjadinya kekacauan psikomotor pada skizofernia tipe katatonik
(catatonic, excitement, stupor,catalepsy, flexibilitascerea), kurangnya
imobilitas karena faktor psikologis, sering juga ditandai oleh periode
agitasi atau kegembiraan, klien tampak tidak bergerak, seperti dalam
keadaan setengah sadar.
4. Fungsi social
Perilaku yang terkait dengan hubungan social sebagai akibat orang lain respon
neurobiologist yang maladaptive adalah sebagai berikut :
a. Kesepian
Terdapat sebuah perasaan terisolasi dan terasingkan, perasaan tersebut
kosong dan merasa putus asa sehingga klien terpisah dengan orang lain.
b. Isolasi social
Terjadi ketika klien menarik diri secara fisik dan emosional dan lingkungan.
Isolasi diri klien tergantung pada tingkat kesedihan dan kecemasan ynag
berkaitan dalam berhubungan dengan orang lain. Rasa tidak percaya pada
orang lain merupakan inti masalah pada klien. Pengalaman hubungan yang
tidak menyenangkan menyebabkan klien menganggap hubungan saat ini
berbahaya. Klien merasa terancam ketika bersama dengan orang lain karena
ia beranggapan orang tersebut akan mengontrol dirinya, mengancam,
menuntutnya oleh sebab itu klien memilih untuk mengisolasi diri dari pada
pengalaman yang menyedihkan.
2. Presipitasi
1) Sosial Budaya
Teori ini mengatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan terjadi respon
neurobiologis yang maldaptive, misalnya lingkungan yang penuh dengan dengan
kritik (bermusuhan); kehilangan kemandirian dalam kehidupan; kehilangan harga
diri; kerusakan dan gangguan dalam hubungan interpersonal; kesepian; tekanan
dalam pekerjaan, dam kemiskinan. Teori ini mengatakan bahwa stress yang
menumpuk dapat menunjang terhadap terjadi gangguan psikotik tetapi tidak
diyakini sebagai penyeban utama gangguan.
2) Biokimia
Dopamine, norepineprin, zat halusinasi dapat menimbulkan persepsi yang dingin
oleh kilien sehingga klien cenderung membenarkan apa yang dikhayal.
3. Jenis Halusinasi
Jenis Halusinasi Data Obyektif Data Subyektif
Halusinasi  Bicara tertawa Mendengar suara-suara
Dengar/Suara sendiri atau kegaduhan,
 marah-marah tanpa mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-
 menyedengkan cakap, mendengar suara
telinga ke arah menyuruh melakukan
tertentu, menutup sesuatu yang berbahaya
telinga
Halusinasi Penglihatan  Menunjuk-nunjuk ke Melihat bayangan, sinar,
arah tertentu bentuk geometris, bentuk
 ketakutan pada kartoon, melihat hantu
sesuatu yang tidak atau monster
jelas
Halusinasi penghidu  Menghidu seperti Membauibau-bauan
sedang membau- seperti bau darah, urin
baui bau-bauan feses, kadang kadang bau
tertentu itumenyenangkan
 menutup hidung
Halusinasi pengecapan  Sering meludah Merasakan rasa seperti
 Muntah darah, urin atau feses

Halusinasi perabaan  Menggaruk-garuk Mengatakan terdapat


permukaan kulit serangga pada kulitnya,
merasa seperti tersengat
listrik

4. Isi Halusinasi
Data ini dapat diketahui dari hasilpengkajian tentang jenis halusinasi, misalnya :
melihat sapi yang sedang mengamuk, padahal sesungguhnya adalah pamannya yang
sedang bekerja di ladang. Bisa juga mendengar suara yang menyuruh untuk melakukan
sesuatu, sedangkan sesungguhnya hal tersebut tidak ada.
5. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Kaji kapan halusinasi itu terjadi ?, frekuensi terjadinya apakah terus menerus atau
hanya sekali-kali saja ? situasi terjadinya, apakah pada saat sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu.
Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khsuus pada waktu terjadinya
halusinasi, sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.
6. Respon Halusinasi
Perawat menanyakan pada klien hal-hal yang dirasakan atau dilakukan pada saat
halusinasi itu timbul. Perawat juga menanyakan kepada keluarga atau orang yang
terdekat dengan klien. Selain itu juga dengan mengobservasi perilaku klien saat
halusinasi itu timbul. Kecermatan perawat akan meningkatkan kualitas asuhan terhadap
pasien dengan gangguan ini.
G. Rencana Tindakan Keperawatan
Perubahan Sensori Persepsi Halusinasi
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTAS EVALUASI
I
TUM : membina hubungan saling Hubungan saling percaya SP1P S:
Pasien dapat percaya dengan menggunakan merupakan dasar untuk (mengenali  Klien menjawab salam
mengontrol prinsip komunikasi terapiutik kelancaran hubungan halusinasi)  Klien menyebutkan
halusinasi yang di 1. Sapa pasien dengan ramah interaksi selanjunya #BHSP nama
alaminya baik verbal maupun 1. Mengidentifikasi  Klien sering mendengar
TUK 1 : nonverbal jenis halusinasi suarasuara yang
Pasien dapat 2. Perkenalkan nama dan klien. mengajaknya bicara.
membina hubungan tujuan pasien berkenalan 2. Mengidentifikasi  Klien dapat mengenali
saling percaya. 3. Tanyakan nama lengkap isi halusinasi halusinasi yang dialami:
Kriteria hasil: dan panggilan yang di klien. a. Jenis halusinasi
Setelah …x sukai pasien 3. Mengidentifikasi b. Isi halusinasi
berinteraksi, pasien 4. Buat kontrak ynag jelas waktu dan c. Waktu terjadinya
mampu membina 5. Tunjukkan sikap jujur dan frekuensi halusinasi
hubungan saling berempati, serta menerima halusinasi klien. d. Frekuensi
percaya dengan apa adanya 4. Mengidentifikasi terjadinya
perawat, dengan 6. Beri perhaian pada pasien situasi yang dapat halusinasi
kriteria ; ekspresi dan perhatikan kebutuhan menimbulkan e. Situasi yang
wajah yang dasar pasien halusinasi klien. menimbulkan
bersahabat, 7. Beri kesempatan pasien 5. Mengidentifikasi halusinasi
menunjukkan rasa untuk mengungkapkan respon klien f. Respon klien
senang, ada kontak perasaannya terhadap terhadap halusinasi
mata, mampu 8. Dengarkan ungkapan halusinasi. g. Kondisi yang
berjabat tangan, mau pasien dengan penuh 6. Mengajarkan memicu halusinasi
menyebutkan nama, perhatian pada ekspresi klien menghardik O :
atau membalas salam, perasaan pasien halusinasi.  Klien tampak murung
duduk bersama 7. Menganjurkan  Klien kurang kooperatif
dengan perawat, mau klien  Kontak mata kurang
mengungkapkan memasukkan  Klien tampak bicara
perasaannya. kedalam kegiatan sendiri
harian.  Klien belum mampu
memperagakan cara
menghardik
 Klien belum mampu
membuat jadwal harian
A:
SP1P belum tercapai
P:
Perawat
Ulangi SP1P pada hari
kedua hari Rabu jam 08.00
di kamar pasien
Pasien :
Motivasi klien mengenali
halusinasi dengan cara
menghardik dan bantu
klien untuk membuat
jadwal harian

TUK 2 1. Adakan kontak sering 1. Kontak sering tapi SP1P S:


Pasien dapat dan singkat secara singkat selain membina (mengenali  Klien menjawab salam
mengenal bertahap hubungan saling percaya halusinasi)  Klien menyebutkan
halusinasinya dengan 2. Observasi tingkah laku juga dapat memutuskan #BHSP nama
kriteria hasil; yang terkait dengan halusinasi 1. Mengidentifikasi  Klien sering mendengar
Setelah …x interaksi, halusinasi (verbal dan 2. Mengenal perilaku pada jenis halusinasi suarasuara yang
pasien dapat nonverbal) saat halusinasi timbul klien. mengajaknya bicara.
menyebutkan 3. Bantu mengenal memudahkan perawat 2. Mengidentifikasi  Klien dapat mengenali
a. Isi halusinasinya dalam melakukan isi halusinasi halusinasi yang dialami:
b. Waktu a. Jika menemukan intervensi klien. a. Jenis halusinasi
c. Frekuensi pasien sedang 3. Mengenal halusinasi 3. Mengidentifikasi b. Isi halusinasi
Situasi dan kondisi halusinasi, memungkinkan klien waktu dan c. Waktu terjadinya
yang dapat tanyakan ada suara untuk menghindari frekuensi halusinasi
menimbulkan atau bisiskan yang faktor pencetus halusinasi klien. d. Frekuensi terjadinya
halusinasi di dengar atau timbulnya halusinasi 4. Mengidentifikasi halusinasi
melihat bayangan situasi yang dapat e. Situasi yang
tanpa wujud atau menimbulkan menimbulkan
melihat sesuatu halusinasi klien. halusinasi
yang tidak ada 5. Mengidentifikasi f. Respon klien
b. Jika psien respon klien terhadap halusinasi
menjawab iya, terhadap g. Kondisi yang
lajutkan apa yang halusinasi. memicu halusinasi
dialaminya 6. Mengajarkan klien O :
c. Katakana bahwa menghardik  Klien tampak murung
perwat percaya halusinasi.  Klien kurang kooperatif
pasien mengalami 7. Menganjurkan  Kontak mata kurang
hal tersebut, klien memasukkan  Klien tampak bicara
namun perwat kedalam kegiatan sendiri
sendiri tidak harian.  Klien belum mampu
mengalaminya memperagakan cara
(dengan nada menghardik
bersahabat, tidak
 Klien belum mampu
menuduh dan
membuat jadwal harian
menghakimi)
A:
d. Katakana bahwa
SP1P belum tercapai
ada pasien lain
P:
yang mengalami
Perawat
gangguan seperti
Ulangi SP1P pada hari
itu kedua hari Rabu jam 08.00
e. Katakana bahwa di kamar pasien
perawat akan Pasien :
membantu pasien Motivasi dan bantu klien
4. Jika klien tidak menghardik halusinasi
berhalusinasi, dengan farmakologis
klarifikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi, diskusi
dengan pasien; isi,
waktu, dan frekuensi
halusinasi(pasi, siang,
sore, atau sering,
jarang), situasi dan
kondisi yang dapat
memicu muncul atau
tidaknya halusinasi
5. Diskusi tentang apa
yang di rasakan saat
terjasi halusinasi
6. Dorong untuk
mengungkapkan
perasaan saat terjadi
halusinasi
7. Diskusi tentang
dampak yang akan di
alaminya jika pasien
menikmati
halusiasinya
TUK 3 a. Identifikasi bersama  Melatih pasien SP 2 S:
Pasien dapat tentang cara mengontrol 1. Evaluasi kegiatan  klien sudah bisa
mengontrol tindakakna jika terjadi halusinasi dengan menghardik. Beri menentukan
halusinyasinya halusinasi bercakap-cakap pujian penggunahaan obat
Kriteria hasil; b. Diskusikan manfaat bersama orang lain. 2. Latih cara (jenis, kegunaan,
Setelah …x interaksi cara yang digunakan  Dengan mengetahui mengontrol dosis, frekuensi,
pasien menyebutkan pasien isi, waktu, frekuensi halusinasi cara, kontinuitas
tindakan yang 1. Jika cara tersebut munculnya dengan obat minum obat)
biasanya di lakukan adaptif beri pujian halusinasi (jelaskan 6 O:
untuk mengendalikan 2. Jika mal adaptif mempermudah benar : jenis,  klien tampak sudah
halusinasinya diskusikan dengan tindakan guna, dosis, tenang dan
Setelah …x interaksi pasien kerugian keperawatan klien frekuensi, kooperatif
pasien mampu cara tersebut yang akan cara,  klien merasa
menyebutkan cara a. Diskusikan cara batu dilakukan perawat kontinuitas merasa senang saat
baru mengontrol untuk memutus/  Untuk minum obat) di beri pujian
halusinasinya mengontrol halusinasi mengidentifikasi 3. masukkan  klien memasukkan
Setelah …x interaksi pasien pengaruh halusinasi jaduwal jadwal kegiatan
pasien dapat memilih 1. Menghardik klien kegiatan latihan menghardik
dan halusinasi; katakan untuk latihan dengan minum obat
mendemonstrasikan pada diri sendiri menghardik A:
cara mengatasi bahwa ini tidak dan minum Latiihan menghardik
halusinasi nyata (saya tidak obat halusinasi dengan obat
Setelah …x interaksi mau dengar/… sudah tercapai
pasien melaksanakan pada saat P:
cara yang di pilih halusinasi terjadi) Perawat:
untuk mengendalikan 2. Menemui orang Tetap evalusai setiap
haslusinasinya lain untuk kegiatan. Berikan pujian
Setelah …x intetraksi bercakap-cakap jika setiap kegiatan
pasien mampu jika halusinasi tercapai
mengikuti terapi dating Klien:
aktivitas kelompok 3. Membuat dan Motivasi dan bantu klien
melaksanakan untuk menghardik dengan
jadwal kegiatan metode bercakap cakap
sehari- hari yang
telah di susun
4. Memberikan
pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat
untuk
Mengendalikan
halusinasinya.
a. Bantu pasien memilih
cara yang telah di
anjurkan dan latih
untuk mencobanya
b. Pantau pelaksanaan
tindakan yang telah di
pilih dan latih, jika
berhasil beri pujian
c. Libatkan pasine
dengan TAK : simulsi
persepsi
TUK 4 a. Buat kontak pertemuan  Menambah wawasan SP 3 S:
Pasine dapat dengan keluarga (waktu, keluarga mengenai 1. evaluasi kegiatan  Klien berbicara
dukungan dari tempat, topik) permasalahan yang di latihan menghardik dengan nada yang
keluarga dalam b. Diskusi dengan keluarga: alami anaknya dan minum obat. Beri tenang
mengontrol 1. Pengertian  Dengan adanya pujian  Ekspresi klien
halusinasinya halusinasi dukungan keluarga 2. latih cara menunjukkan
Kriteria hasil: 2. Tanda dan gejala dapat memudahkan mengontrol antusiasme yang
Setelah …x 3. Proses terjadinya pasien untuk halusinasi dengan tinggi
pertemuan keluarga 4. Cara yang bisa di mengontrol halusinasi bercakap-cakap saat O:
menyatakan setuju kalukan pasien dan yang dialami anaknya terjadi halusinasi  Klien mengaku
dan mengikuti keluarga untuk sehingga bila terjadi 3. masukkan pada “halusinasi saya
pertemuan dengan memutus kekambuhan keluarga jadual kgiatan untuk mulai berkurang”
perawat halusinasi tidak bingung apa yang latihan menghardik, A:
Setelah …x interaksi 5. Obat-obat harus dilakukan minum obat dan latihan menghardik
keluarga halusinasi bercakap-cakap dengan minum obat sudah
menyebutkan 6. Cara merawat tercapai
pengertian, tanda dan pasien halusinasi P:
gejala, proses di rumah Perawat: pastikan ke klien
terjadinya dan 7. Beri informasi agar tetap melatih latihan
tindakan untuk waktu followup menghardik dengan cara
mengendalikan atau kapan perlu minum obat
halusinasi mendapat bantuan Klein: motivasi dan
c. Beri reinforcement positif dukung klien untuk
atas keterlibatan keluarga menghardik halusinasi
dengan metode
berbincang-bincang
TUK 5 1. Diskusi tentang 1. Dengan SP 4 S:
Pasien dapat mandafaat dan memberikan 1. Evaluasi kegiatan Klien berdioalog dengan
menggunakan obat kerugian tidak minum pengetahua tentang latihan searah dengan perawat
dengan benar obat, dosis, nama, menggunakan obat menghardik, obat O:
Kriteria hasil : frekuensi, efek, dan diharapkan klien dan bercakap-  Klien kooperatif
Setelah …x interaksi, efeksamping minum dapat melaksanakan cakap. Beri pujian dengan kedatangan
pasien menyebutkan obat program pengobatan2. Latih cara perawat
1. Manfaat 2. Pantau saat pasien dan juga dengan mengontriol  Klien tanpak
minum obat minum obat mengetahui efek halusinasi dengan bersemangat
2. Kerugian jika 3. Anjurkan pasien minta samping obat klien melakukan dengan latihan
tidak minum sendiri obat ke perawat akan tahu apa yang kegiatan harian yang akan di
obat 4. Beri reinforcement harus dilakukan (mulai 2 kegiatan) lakukan selanjutnya
3. Nama, warna, jika pasien setelah minum obat 3. Masukkan pada A:
dosis, efek menggunakan dengan 2. Menilai kemampuan jadual kegiatan latihan menghardik
terapi, efek benar klien dalam untuk latihan dengan bercakap- cakap
samping 5. Diskusi akibat berhenti pengobatannya menghardik, sudah tercapai
Setelah …x interakasi minum obat tanpa sendiri minum obat, P:
pasien konsultasi dengan 3. Dengan mengetahui bercakap-cakap Perawat: himbau klien agar
mendemonstrasikan dokter prinsip penggunaan dan kegiatan teratap melakukan latian
penggunaan obat 6. Anjurkan pasien obat maka harian menghardik
dengan benar berkonsultasi dengan kemandirian klien Klien: semua laiahan sudah
Setelah …x interaksi dokter/perawat jika untuk pengobatan terlaksana lanjutak latihan.
pasien menyebutkan terjadi hal-hal yang dapat ditingkatkan Lanjutkan berkolaborasi
akibat berhenti tidak di inginkan secara bertahap dengan peran keluarga
minum obat tanpa
konsultasi degan
dokter
TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK KELUARGA

TUJUAN INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


TUM 1. Klien memberi SP 1: S:
1. Melatih keluarga 1. Diskusikan masalah yang tahu keluarga jika  keluarga
praktik merawat dirasakan dalam merawat halusinasi muncul. a. Mendiskusikan berdiskusi
pasien langsung klien masalah yang tebtang masalah
dihadapan pasien. 2. Jelaskan pengertian, tanda 2. Memberitahu dihadapi oleh utama dengan
2. Memberi dan gejala, proses terjadinya keluarga tentang keluarga ketika klien
kesempatan halusinasi (gunakan gejala halusinasi merawat pasien.  kelaurga dapat
kepada kelarga booklet) yang dialami mengenali
untuk 3. Jelaskan cara mengontrol klien. b. Menjelaskan penertian, tanda,
memperagakan halusinasi dengan melatih pengertian gejala, dan
cara merawat cara menghardik 3. Menjelaskan cara halusinasi, tanda proses terjadinya
pasien dengan 4. Jelaskan 6 benar cara memutus dan gejala, serta halusinasi
halusinasi memberikan obat halusinasi pada proses  kelaurga
langsung 5. Latih cara klien dan terjadinya mengetahui cara
dihadapan pasien. memberikan/membimbing keluarga. halusinasi. merawat pasien
TUK 1 minum obat halusinasi
Setelah 1 kali 6. Jelaskan cara bercakap-
intervensi keluarga cakap dan melakukan O:kelarga menerima
dapat: kegiatan untuk mengontrol c. Menjelaskan perawat dengan
1.1 Keluarga dapat halusinasi cara merawat kooperatif
membina 7. Anjurkan membantu klien pasien dengan A:kegiatan berlangsung
hubungan sesuai jadwal dan beri halusinasi. dengan baik
saling percaya pujian P:
dengan Perawat:
perawat. Keluarga:

1.2 Keluarga
mampu
menyebutkan
pengertian,
tanda gejala,
dan proses
terjadinya
halusinasi.

1.3 Keluarga dapat


melakukan
tindakan untuk
mengendalikan
halusinasi.

Setelah 2 kali 1. Evaluasi kemampuan SP 2: S:


interaksi keluarga keluarga mengidentifikasi 1. Menjelaska kleuargadga mampu
mampu: halusinasi klien dan n cara memutus a. Melatih mempraktikkan cara
2.1 Mempraktikkan merawat/melatih klien halusinasi klien dan keluarga cara merwat pasien
cara merawat menghardik, memberikan keluarga. merawat pasien O:
pasien dengan obat dan bercakap-cakap 2. Mengajark dengan kleuarga menerima
halusinasi. 2. Latih dan sediakan waktu an cara merawat halusinasi. keadaan klien
untuk keluarga anggota keluarga. A: penerimaan keliarga
memperagakan cara merawat b. Melatih sudah teratasi
klien dihadapan klien keluarga P:
2.2 Keluarga terutama saat halusinasi melakukan cara perawat: latih keluarga
mampu melakukan merawat agar tetap
cara merawat pasien langsung pasien berkomitmenmerawat
halusinasi. halusinasi. klien
keluarga: motivasi
keluarga agar tetap
merawat klkien
Setelah 3 kali 1. Evaluasi kemampuan 1. Kel SP 3: S:keluarga membuat
pertemuan keluarga keluarga mengidentifikasi uarga membuat jadwal jadawal aktivitas
mampu: gejala halusinasi pasien, kegiatan yang a. Membantu kegiatan untuk klien
3.1 Membuat merawat/melatih pasien dilakukan di rumah keluarga O:klien melaksankan
jadwal aktivitas mengahrdik, memberikan dan memasukkannya membuat jadwal kegiatan dengan baik
di rumah dan obat, bercakap-cakap ke dalam jadwal aktivitas di A:klien sudah
jadwal minum 2. Berikan pujian atas upaya aktivitas. rumah termasuk melakukan aktivitas
obat. yang telah dilakukan 2. Me minum obat. dengan keluarga maslah
keluraga mberitahu informasi teratasi
3. Jelaskan follow up ke waktu follow up P:
pelayanan kesehatan, tanda tentang halusinasi yang b. Menjelaskan Keluarga: tetap motivasi
kekambuhan, rujukan tidak terkontrol dan follow up pasien keluarga untuk
resiko mencederai setelah pulang. kesembuhan klien
3.2 Mampu orang lain.
menjelaskan follow
up setelah pasien
pulang.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat. B. A. & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Dermawan, Deden & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : EGC
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah : Halusinasi
Pertemuan : (1)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjektif : pasien merasa takut dan tidak mau bicara, terlihat merenung
2. Diagnosis
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Tujuan
1) Membina hubungan saling percaya
2) Melatih klien untuk mengenali halusinasi
3) Melatih asien untuk mengendalikan halusinasi
4) Melatih pasien untuk memasukkan kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
Moh Ashif Ulul Albab sebagai Perawat

SP 1 pasien :
Membantu klien agar dapat mengenal halusinasi, menjelaskan bagaimana cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi.
Fase Orientasi a. Salam Terapeutik “Selamat pagi ! saya perawat yang akan merawat
anda. Saya perawat ashif ulul albab, senang dipanggil
perawat ashif.
Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”

b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan pak dimas hari ini? Apa


keluhan Bapak saat ini?”

c. Kontrak : Topik “Baiklah, bagaimana jika kita mulai becerita tentang


suara yang selama ini pak dimas dengar, tetapi tidak
tampak wujudnya?”
d. Kontrak: Tempat “Di mana kita duduk dan bercakap-cakap ? Di ruang
tamu?”
e. Kontrak: Waktu “Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?”
Fase Kerja a. Isi “Apakah pak dimas mendengar suara tanpa ada
wujudnya tersebut? Apa yang dikatakan suara itu?”
b. Waktu “Apakah terus- menerus terdengar atau sewaktu-
waktu? Kapan pak dimas paling sering mendengar
suara itu?”
c. Frekuensi “Berapa kali sehari pak dimas alami?”
d. Kondisi “Pada keadaan apa suara itu terdengar?”
e. Situasi “Apakah pada waktu sendiri?”
f. Respon “Apa yang pak dimas rasakan pada saat mendengar
suara itu? Apa yang pak dimas lakukan saat
mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-
suara itu hilang? Bagaimanakah kalau kita belajar
cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?”
“bapak dimas, ada empat cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik suara
tersebut. kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melaksanakan kegiatan yang
sudah di jadwalkan, dan yang keempat minum obat
dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu acara dulu, yaitu
dengan menghardik. Caranya adalah saat suara-suara
muncul, langsung pak dimas bilang, pergi saya tidak
mau dengar… Saya tidak mau dengar! Kamu suara
palsu! Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi. Coba pak dimas peragakan! Nah
begitu, … Bagus! Coba lagi! Ya Bagus, pak dimas
sudah bisa.

Fase Terminasi a. Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan pak dimas setelah


memeragakan latihan tadi?

b. Evaluasi Objektif Kalau suara-suara itu muncul kembali, silahkan


bapak untuk coba cara tersebut
c. Rencana Tindak Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau
lanjut jam berapa saja latihannya? (Anda masukkan
kegiatan harian pasien).
d. Kontrak Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan suara-suara dengan cara yang kedua? Pukul
berapa pak dimas? bagaimana kalau dua jam lagi? Di
mana tempatnya.”
“Baiklah, sampai jumpa.”
SP 2 pasien
Melatih pasien minum obat secara teratur.

Fase Orientasi a. Salam terapeutik “Selamat siang bapak dimas !


b. Evaluasi “Bagaimana perasaan pak dimas siang ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah
digunakan cara yang telah kita latih kemarin ?
Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan?
Apakah pagi tadi sudah minum obat?
c. Kontrak “Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang
obat-obatan yang pak dimas minum. Kita akan
diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan
siang. Di sini aja ya pak dimas?”
Fase Kerja “Bapak dimas, adakah perbedaan setelah minum obat
secara teratur? Apakah suara-suara berkurang atau
hilang? Minum obat sangat penting agar suara-suara
yang pak dimas dengar dan mengganggu selama ini
tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang pak
dimas minum? (Perawat menyiapkan obat pasien.) ini
yang warna oranye (Chlorpromazine, CPZ) gunanya
untuk menghilangkan suara-suara. Obat yang
berwarna putih (Tpyhexilpendil, THP) gunaya agar
pak dimas merasa rileks dan tidak kaku, sedangkan
yang merah jambu (Haloperidol, HLP) berfungsi
untuk menenangkan pikiran dan menghilangkan
suara-suara. Semua oabt ini diminum 3 kali ehari,
setiap pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh
dihentikan, Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab
kalau putus obat, pak dimas akan kambuh dan sulit
sembuh seperti keadaan semula, kalau oabat habis,
pak dimas bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. Pak dimas juga harus teliti saat minum
obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya pak
dimas harus memastikan bahwa itu obat yang benar-
benar punya pak dimas. Jangan keliru dengan obat
milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan
obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar, yaitu diminum sesudah makan dan tepat
jamnya. Pak dimas juga harus perhatikan berapa
jumlah obat sekali minum, dan pak dimas juga harus
cukup minum 10 gelas per hari.”
Fase Terminasi a. Evaluasi Subyektif “Bagiamana perasaan pak dimas setelah kita
berbincang mengenai obat ?”
b. Evaluasi Objektif “coba bapak menjelaskan tadi yang sudah kita
diskusikan?! Bagus! (Jika jawaban benar)”. Coba tadi
dimasukkan di jadwal kegiatan bapak hari ini.
c. Tindak Lanjut Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan suara-suara dengan cara yang ketiga?
d. Kontrak “Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 pagi?
Mau di mana? Di sini lagi? Sampai besok ya,
Selamat pagi!”

SP 3 pasien
Melatih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap bersama orang lain.
Fase Orientasi a. Salam terapeutik “Selamat Pagi, pak dimas!
b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan pak dimas hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul? Apakah sudah
diapakai 2 cara yang telah kita latih? Berkurangkan
suara-suaranya? Bagus!”
c. Kontrak “Sesuai janji kita tadi, saya akan latih cara ketiga
untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. Mau di mana? Di sini saja?”
Fase Kerja “Cara yang kedua untuk mencegah atau mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Jadi kalau pak dimas mulai mendengar
suara-suara, langsung saja cari teman untuk diajak
ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan pak
dimas. Contohnya begini, “Tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya!.”
Atau kalau ada orang dirumah, misalnya Kakak pak
dimas, katakan, “kak, ayo ngobrol dengan didit.
Didit sedang dengar suara-suara.”begitu pak dimas.
coba pak dimas lakukan seperti saya lakukan. Ya,
begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih
terus ya pak dimas!” Di sini, pak dimas dapat
mengajak perawata atau pasien lain untuk bercakap-
cakap”.

Fase Terminasi a. Evaluasi usbyektif “Bagiamana perasaan bapak dimas setelah latihan
ini?
b. Evaluasi obyektif Jadi, sudah ada berapa cara yang pak dimas pelajari
untuk mencegah suara-suara itu? Bagus! cobalah
ketiga cara ini kalau pak dimas mengalami halusinasi
lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian pak dimas, mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah, nanti lakukan secara teratur
sewaktu – waktu suara itu muncul!
c. Tindak lanjut “Besok pagi saya akan kembali kesini lagi.
Bagiamana kalau kita latih cara yag keempat, yaitu
melakukan aktivitas terjadwal?”
d. Kontrak “Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10 pagi?
Mau di mana? Di sini lagi? Sampai besok ya,
Selamat pagi!”

SP 3 pasien
Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas terjadwal.

Fase Orientasi d. Salam terapeutik “Selamat pagi bapak dimas!


e. Evaluasi “Bagaimana perasaan bapak dimas hari ini?”
“Apakah suara-suaranya masih muncul? Apakah
sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih?
Bagiamana hasilnya? Bagus!.”

f. Kontrak “Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara
yang ke empat untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal.”
“Mau di mana kita bicara? Baik, kita duduk di
ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana
kalau 30 menit? Baiklah.”
Fase Kerja “Apa saja yang bisa pak dimas lakukan? Pagi-pagi
apa kegiatannya, terus jam berikutnya apa?”(terus
kaji hingga didapatkan kegiatannya sampai malam.)
“Wah banyak sekali kegiatannya! Mari kita latih
dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut)!
Bagus sekali jika pak dimas bisa lakukan!”
“Kegiatan ini dapat pak dimas lakukan untuk
mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang
lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.”

Fase Terminasi e. Evaluasi Subyektif “Bagiamana perasaan pak dimas ?”


f. Evaluasi Objektif “Sudah berapa cara yang kita latuh unuk mencegah
suara-suara? Coba sebutkan ! Bagus! (Jika jawaban
benar)”.
g. Tindak Lanjut “Mari kita masukkan jadwal kegiatan sehari hari
bapak dimas ke jadwal harian.
h. Kontrak Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4
cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau
pukul berapa? Bagaimana kalau pukul 10 pagi?
Sampai Jumpa, Selamat Pagi!”

SP 1 Keluarga
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami
pasien, tanda dan gejala halusinasi, dan cara-cara merawat merawat pasien halusinasi.

Fase Orientasi a. Salam Terapeutik “Selamat pagi mbak! Saya perawat ashif ulul albab,
perawat yang merawat saudaranya mbak ?
b. Evaluasi/Validasi “Bagaimana perasaan Bapak dimas hari ini? Apa
pendapat mbak tentang pak dimas ?”
c. Kontrak “Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah
yang saudara mbak alami dan bantuan apa yang
mbak dapat berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di
ruang wawancara? Berapa lama waktu mbak?
Bagaimana kalau 30 menit?”
Fase Kerja “Masalah apa yang mbak alami dalam merawat pak
dimas? Apa yang mbak lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh saudara mbak itu
disebutkan halusinasi, yaitu mendengar atau melihat
sesuatu yang sebenarnya tidak ada bendanya. Tanda-
tandanya bicara dan tertawa sendiri, atau marah-
marah tanpa sebab. Jadi, jika saudara mbak
mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya
suara itu tidak ada. Kalau saudara mabk mengatakan
melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan
itu tidak ada. Oleh karena itu, kita diharapkan dapat
membantunya dengan beberapa cara. Terdapat
beberapa cara untuk membantu saudara agar bisa
mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut
adalah : Pertama, di hadapan saudara mbak, jangan
membantah atau mendukung halusinasi. Katakan
saja mbak percaya bahwa pak dimas memang
mendengar suara atau melihatnya. Kedua, jangan
biarkan saudara mbak melamun dan sendiri karena
kalau melamun halusinasi akan muncul lagi.
Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan
bersama dan ibadah bersama. Terkait dengan
kegiatan, saya telah melatih saudara mbak untuk
membuat jadwal kegiatan sehari-sehari. Tolong
mbak pantau pelaksanaanya dan berikan pujiaan jika
pak dimas berhasil melakukannya! Ketiga, bantu
saudara mbak minum obat secara teratur jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan
obat ini, saya juga sudah melatih saudara mbak
untuk minum obat secara teratur, jadi, mbak dapat
mengingatkan kembali. Obatnya ada tiga macam,
yang berwarna oranye namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Yang
berwarna putih namanya THP berfungsi untuk
membuat pak dimas tenang dan tidak kaku. Yang
berwarna biru namanya HLP gunanya menenangkan
pikiran. Semua oabt ini harus pak dimas mium 3 kali
sehari pukul 7 pagi, 1 siang, dan 7 malam. Obat
harus selalu diminum untuk mencegah kekambuhan.
Terakhir, jika ada tanda-tanda halusinasi mulai
muncul, putus halusinasi dengan cara menepuk
punggung pak dimas. kemudian suruh pak dimas
menghardik suara tersebut. Pak dimas sudah saya
ajarkan cara untuk menghardik halusinasi. Sekarang,
mari kita latihan memutus halusinasi pak dimas.
sambil menepuk punggung saudara mbak, katakan
pak dimas , sedang apa kamu?”Kamu ingatkan apa
yang diajarkan perawat jika suara-suara itu datang?
Ya, Usir suara itu, pak dimas! tutup telinga kamu
dan katakana pada suara itu saya tidak mau dengar!
Ucapkan berulang-ulang, pak dimas. sekarang coba
mbak praktikkan cara yang baru saya ajarkan,
Bagus! mbak!”
Fase Terminasi a. Evaluasi Subyektif ”Bagaimana perasaan mbak setelah kita
berdiskusikan dan latihan memutuskan halusinasi
pak dimas?”
b. Evaluasi Obyektif “coba mbak ulangi tadi yang kita diskusikan”
c. Tindak lanjut “Bagus sekali mbak ! bagaimana kalau dua hari lagi
kita bertemu, untuk mempraktikkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan pak dimas?”
d. Kontrak “jam berapa kita bertemu? Baik, sampai jumpa!”.

SP 2 Keluarga
Melatih keluarga praktik merawat pasien langsung dihadapan pasien. Memberi kesempatan
kepada kelarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan
pasien.
Fase Orientasi a. Salam Terapeutik “Selamat pagi !
b. Evaluasi/Validasi Bagimana perasaan mbak pagi ini ?”
c. Kontrak “Sesuai dengan perjanjian kita, selama 30 menit
ini kita akan mempraktikkan cara memutus
halusinasi langsung dihadapan saudara mbak.
Mari kita datangi saudara mbak.
Fase Kerja “Selamat pagi pak dimas, mbak sangat ingin
membantu pak dimas mengendalikan suara-suara
yang sering di dengar. Untuk itu pagi ini pak
dimas datang untuk mempraktikkan cara
memutus suara-suara yang didengar. Pak dimas,
nanti kalau sedang dengar suara-suara dan pak
dimas bicara atau tersenyum sendiri, mbak akan
mengingatkan ya? Sekarang, coba mbak
peragakan cara memutus halusinasi yang pak
dimas alami seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya. Tepuk punggung pak dimas lalu
suruh pak dimas mengusir suara dengan menutup
telinga dan menghardik suara tersebut. (Perawat
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga
terhadap pasien).
“Bagus sekali! Bagaimana pak dimas/ Senang
dibantu mbak? Nah, mbak ingin melihat jadwal
harian pak dimas. (Pasien mempergakan dan
kemudian perawat mendorong keluarga
memberikan pujian). Baiklah, sekarang saya dan
saudara pak dimas ke ruang perawat dulu.”
(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien
untuk melakukan terminasi dengan keluarga).

Fase Terminasi a. Evaluasi Subyektif “Bagaimana perasaan mabk setelah


mempraktikkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan saudara mbak.”
b. Evaluasi Obyektif “Diingat- ingat pelajaaran kita harin ini ya mbak .
mbak dapat melakukan cara itu jika saudara mbak
mengalami halusinasi.”

c. Tindak lanjut “Bagaiman kalau kita bertemu dua hari lagi untuk
membicarakan tentang jadwal kegiatan harian pak
dimas di rumah.
d. Kontrak “Pukul berapa mbak bisa datang ? Kita bertemu
di tempat ini lagi ya ? Sampai jumpa!”

SP 3 Keluarga
Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Fase Orientasi a. Salam Terapeutik “Selamat pagi mbak, karena besok pak dimas
sudah boleh pulang maka sesuai janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakan jadwal pak
dimas selama dirumah.”
b. Evaluasi/Validasi “Bagaaimana mbak, selama mbak membesuk
apakah sudah mempraktikkan cara merawat pak
dimas ?”
c. Kontrak “Nah, sekarang kita bicarakan jadwal pak dimas
di rumah, mari kita duduk diruang perawat!”
“Berapa lama mbak ada waktu ? Bagaimana
kalau 30 menit ?”
Fase Kerja “Ini jadwal kegiatan pak dimas di rumah sakit.
Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba
mbak lihat mungkinkah dilakukan di rumah.
Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan ? mbak, jadwal yang telah dibuat
selama pak dimas dirumah sakit tolong di
lanjutkan dirumah, baik jadwal aktivitas maupun
minum obatnya.”
“Hal-hal yang harus diperhatikan lebih lanjut
adalah perilaku yang ditampilkan oleh saudara
mabk selama dirumah, misalnya kalau pak dimas
terus mendengar suara-suara yang mengganggu
dan tidak memperlihatkan perbaikan, menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini
terjadi,segera hubung suster B dipuskesmas
terdekat dari rumah mbak, ini nomor telepon
Puskesmasnya (6351) 554xxx. ”
Fase Terminasi a. Evaluasi Subyektif “Bagaimana mbak? Ada yang ingin ditanyakan ?”
b. Evaluasi Obyektif “Coba mbak sebutkan cara-cara merawat pak
dimas dirumah !”
c. Tindak lanjut “Bagus, (jika ada yang lupa segera diingatkan
oleh perawat). Ini jadwalnya untuk dibawa
pulang. Selanjutnya, silahkan mbak
menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan.
Kami akan siapkan untuk pulang.”
d. Kontrak

Anda mungkin juga menyukai