Anda di halaman 1dari 2

Nama : Retna Yuliansari

Nim : 121811021

Dosen : Mawar Eka Putri, S. Kep, Ns, M. Kep


Kasus HIV dengan NAPZA
Bapak H, 38 tahun, belum menikah, bekerja sebagai Tour Guide Freelance di
Tanjungpinang, dirawat di rumah sakit. Hasil pengkajian: Pasien mengeluh
mencret sejak 1 bulan yang lalu, 3-5 kali sehari disertai penurunan berat badan.
Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin parah dan tak terkontrol. keluhan
disertai keringat dingin di malam hari diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit
perut, penyebab tidak diketahui, sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali
batuk-batuk dan pilek kemudian sembuh. Duabelas tahun yang lalu pasien
pernah menjadi pengguna narkoba suntik. Kedua orang tua pasien sudah
meninggal, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga klien.
Hasil pemeriksaan fisik: Kesadaran kompos mentis, GCS : E4-M5-V6, T 110/70
mmHg, N 120 x/ menit, S 37,8oC, RR 22 X/menit. Lidah bercak- bercak putih dan
tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring, pasien mampu duduk,
berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat
tatoo. Kulit keriput, pucat, akral hangat dan pada tangan kiri tampak tanda bekas
suntikan.
Hasil pemeriksaan diagnostik: Hb : 8,7 gr/dl, Leukosit : 8.800 mm3, Trombosit :
208.000, Ronthgen menunjukkan TB milier aktif dan pemeriksaan BTA positif.
Hasil pemeriksaan Elisa: positif HIV, CD4+ = 90.
Sejak pasien dinyatakan menderita HIV, tidak ada keluarga dan teman yang
menjenguk ke RS. pasien hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan
keluarganya. Pasien punya kakak di Batam, tetapi sejak lama tidak
berkomunikasi. Pasien berkata ingin diperlakukan manusiawi. Pasien merasa
diperlakukan berbeda oleh tenaga kesehatan. Pasien sering menangis dan
bertanya uituk apa saya hidup. Pada waktu sehat, pasien sangat jarang
beribadah, sekarang minta didampingi oleh tokoh agama.
Pasien nampak sakit berat, lemah kurus dan pucat. Diet TKTP, RL 14 X/mnt,
Cotimoxazol : 2 X II tab, Corosorb : 3 X 1 tab, diazepam : 1 X 1 tab.
Buatlah analisa secara komprehensif untuk kasus diatas, yang meliputi:
1. Bagaimana patofisiologi kasus diatas

2. Pengkajian tambahan yang penting dilakukan

3. Penkes dan atau discharge planning yang perlu bagi klien


Jawaban

1. Pada awal infeksi ,hiv tidak segera menyebabkan kematian dari sel yang di
infeksi nya tetapi terlebih dahulu mengalami replikasi ,sehingga bias
berkembangdalam tubuh si klien yng mengalami hiv aid tersebutdan lama
kelamaan akan merusak sel lymfosit T4.setelah beberapa laama barulah si
penderita akan terlihst gejala klinis dari infeksi hiv tersebut.saat klien masi
sehat klinis tidak menunjukkan gejala ,pada waktu itu terjadi replikasi hiv
yang tinggi 10 partikel tiap hari .bersamaan replikasi hiv tersebut
terjadilahkehancuran limfosit CD4 yang tinggi ,untungnya tubuh masih bias
mengkompensasi dengan memproduksi limfosit CD4 sekitar 109 setiap hari

2. Pengkajian tambahan yang penting dilakukan


Jawab :

a. Kaji nama pasien


b. Keluhan utama pada pasien
c. Kaji situasi kondisi penggunaan zat
d. Kapan zat digunakan
e. Kapan zat menjadi lebih sering digunakan / mulai menjadi masalah
f. Kapan zat dikurangi / di hentikan ,sekalipun hanya sementara

3. Penkes dan atau discharge planning yang perlu bagi klien


Jawab :
Perawat memberikan penkes kepada klien dan juga keluarga tentang
pencegahan dan penularan dari hiv sehingga keluarga tidak menjauh dari klien
dan klien bisa di perlakukan manusiawi selayaknya orang yang sakit biasa tanpa
harus dijauhi

Anda mungkin juga menyukai