Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model Community as Partner menggambarkan aktivitas keperawatan yang
ditujukan kepada penekanan penurunan stressor dengan cara memperkuat garis
pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal, maupun resisten dengan
komunitas sebagai sasaran pelayanan.

Stressor merupakan tekanan rangsangan yang menghasilkan ketegangan sehingga


berpotensi menyebabkan ketidakseimbangan dalam sistem yang berasal dari luar
komunitas atau dari dalam komunitas. Stressor memasuki garis pertahanan normal
maupun fleksibel sehingga menimbulkan gangguan dalam komunitas yang disebut
derajat reaksi. Derajat reaksi ini dapat dilihat dari angka kematian dan kesakitan,
pengangguran, dan lain-lain.

Community as Partner merupakan salah satu model yang dapat diterapkan untuk
menurunkan stressor yang mencakup: keseimbangan sistem, sebuah komunitas
sehat, dan termasuk di dalamnya pemeliharaan kesehatan komunitas serta promosi
kesehatan komunitas (Anderson dan McFarlane, 2007).

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali konsep Community as partner
2. Mahasiswa dapat menghubungkan Communty as Partner dengan jurnal-jurnal
terkait.

1
BAB II

LITERATUR

A. Konsep Community as Partner

Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan


yang mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan.
Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka pikir, sebagai satu cara
melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan.

Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian


komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang
terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program
evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Konsep Community as Partner
diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini merupakan pengembangan
dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk
menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien sebagai sistem
terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.
Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat
mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible
line of defense, normal line of defense, dan resistance defense.

Agregat klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem dan
ekstrasistem. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki
satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem
meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan,
ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial,
lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin,
2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender
& Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem


satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of
resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa

2
kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
contoh dari line of resistance. Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan
bahwa dengan menggunakan model Community as Partner terdapat dua
komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda
pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan
subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian
keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Komunitas sebagai klien/partner berarti kelompok masyarakat tersebut


turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan
mengatasi masalah kesehatannya.

B. Pengkajian

Pengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis


terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan
yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang
menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi
maupun spiritual dapat ditentukan.

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk


mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang
berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya
yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan.
Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :

1. pengumpulan data

tujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh


informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat
ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah
tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan
spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan

3
pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

a. data inti
1) riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan
pada orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah
area atau daerah itu.
a) data demografi

karakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah


tersebut, distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan,
etnis), jumlah penduduk,
b) vital statistik
meliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab
utama kematian atau kesakitan.
c) nilai dan kepercayaan
nilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan
kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang
berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di
masyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat yang
mencerminkan nilai-nilai kesehatan.

2) subsistem
a) lingkungan fisik
catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan,
ruang, area hijau, binatang, orang-orang, bangunan buatan
manusia,
keindahan alam, air, dan iklim.
b) pelayanan kesehatan dan sosial
catat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi
kesehatan yang praktek, layanan kesehatan publik, pusat
emergency, rumah perawatan atau panti werda, fasilitas
layanan sosial, layanan
kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan alternatif.

4
c) ekonomi
catat apakah perkembangan ekonomi di wilayah
komunitas tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan
tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah pemberian
bantuan sosial (makanan) seberapa besar tingkat
pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik
pekerjaan.
d) keamanan dan transportasi
apa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di
wilayah komunitas, catat bagaimana orang-orang
bepergian, apakah terdapat trotoar atau jalur sepeda,
apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk orang
cacat. jenis layanan perlindungan apa yang ada di
komunitas (misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan
lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja jenis
kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa
aman.
e) politik dan pemerintahan
catat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada
pengaruh partai yang menonjol, bagaimana peraturan
pemerintah terdapat komunitas (misalnya: pemilihan
kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-orang
terlibat dalam pembuatan keputusan
dalam unit pemerintahan lokal mereka.
f) komunikasi
catat apakah oaring-orang memiliki tv dan radio, apa saja
sarana komunikasi formal dan informal yang terdapat di
wilayah komunitas, apakah terdapat surat kabar yang
terlihat di stan atau kios, apakah ada tempat yang biasanya
digunakan untuk berkumpul.
g) pendikan
catat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi,

5
pendidikan lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-
aktifitas ekstrakurikuler, layanan kesehatan sekolah, dan
tingkat pendidikan masyarakat.

h) rekreasi
catat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi
utama,
siapa yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan
kebiasaan masyarakat menggunakan waktu senggang.
b. Jenis data
jenis data secara umum dapat diperoleh dari
1) data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau
masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara
langsung melalui lisan.
2) data objektif: data yang diperoleh melalui suatu
pemeriksaan,pengamatan dan pengukuran.
c. Sumber Data
1) data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam
hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari
individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang
dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat
kesejatan pasien atau medical record. (wahit, 2005)
d. Cara Pengumpulan Data
1) wawancara atatu anamnesa
2) Pengamatan
3) pemeriksaan fisik
e. Pengolahan Data
1) klasifikasi data atau kategorisasi data
2) perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally
3) tabulasi data

6
4) interpretasi data analisis data Tujuan analisis data :
5) menetapkan kebutuhan komuniti;
6) menetapkan kekuatan;
7) mengidentifikasi pola respon komuniti;
8) mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan
kesehatan.
9) penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan
10) prioritas masalah
Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:
a) perhatian masyarakat;
b) prevalensi kejadian;
c) berat ringannya masalah;
d) kemungkinan masalah untuk diatasi;
e) tersedianya sumber daya masyarakat;
f) aspek politis.

C. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah
yang mungkin timbul kemudian. American Nurses Of Association (ANA).
Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas,
padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat
diatasi dengan tindakan keperawatan.
D. Perencanaan
1. Tahapan pengembangan masyarakat persiapan, penentuan prioritas
daerah, pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja
kesehatan)
a. tahap diklat
b. tahap kepemimpinan
koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.

7
E. Pelaksanaan/Implementasi

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria
hasil yang diharapkan (Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 1997).

Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait


dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah
kesehatan yang muncul dikemudian hari.

Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga
kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:
1. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,
menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup
sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi,
memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi
penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai
kebutuhan, dan lain lain.
2. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan,
meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik,
menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan
dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan
lain lain.
3. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan
kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan
dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal,
melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan
lain-lain.

F. Evaluasi atau penilaian


Menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven &

8
Hirnle (2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam
pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio
perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang
diinginkan.
2. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa
tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada
evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat
wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa
keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.
3. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons
prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan
terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

BAB III
PEMBAHASAN

9
A. JURNAL

Kelompok pendukung saka sebagai strategi intervensi keperawatan


komunitas dalam pencegahan diare pada aggregat balita di wilayah cisalak,
pasar-cimanggis kota Depok.

B. LATAR BELAKANG

Balita merupakan populasi yang berisiko terhadap masalah kesehatan,


salah satunya adalah masalah diare pada balita.Faktor yang mempengaruhi
hal tersebut antara lain kurang keterpaparan terhadap informasi, tingkat
pendidikan rendah, keterpaparan dengan lingkungan serta akibat perilaku
manusia itu sendiri (Stanhope dan Lancaster, 2010).United Nations
Children's Fund (UNICEF) dan World Health Organization(WHO) pada
tahun 2009, menjelaskan bahwa diare merupakan penyebab kematian ke-3
pada bayi dan ke- 2 pada balita di dunia. Kondisi ini sejalan dengan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 1997 yang mendapatkan
hasil sebanyak 13.7% balita mengalami diare. Prevalensi tertinggi pada anak
umur 12-23 bulan, laluumur 6-11 bulan dan umur 23-45 bulan. Survei
Morbiditas Diare yang dilakukan Kementerian Kesehatan juga menunjukkan
bahwa prevalensi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur
6 – 11 bulan yaitu sebesar 21.65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan
sebesar 14.43%, dan 12.37% pada kelompok umur 24-29 bulan (Buletin
diare, 2011).
Strategi pengendalian penyakit diare yang dilaksanakan pemerintah
meliputi melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana
kesehatan melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare),
meningkatkan tata laksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan
benar, dan penanggulangan KLB diare, melaksanakan upaya kegiatan
pencegahan yang efektif serta melaksanakan monitoring dan evaluasi
(Buletin Diare, 2011).
SAKA merupakan inovasi pencegahan diare pada balita yang
memodifikasi program pencegahan diare antara LINTAS dan SAFE
diharapkan mampu menghasilkan inovasi terbaru yang lebih aplikatif bisa

10
dilakukan keluarga dalam menurunkan insiden balita diare di masyarakat.
Kelompok pendukung sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan
yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku hidup dengan
melakukan penerapan SAKA untuk mengatasi masalah balita dengan diare.
Berdasarkan fenomena tersebut penulis mencoba membuat inovasi
pencegahan dan deteksi dini diare dengan menggunakan Kelompok
Pendukung SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan komunitas di
Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Tujuan umum
untuk memberikan gambaran tentang implementasi pelaksanaan Kelompok
Pendukung SAKA pada aggregat balita dengan diare mencakup manajemen
pelayanan dan asuhan keperawatan di Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan
Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.

C. TINJAUAN PUSTAKA

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah


(1) kemitraan (partnership),
(2) pemberdayaan (empowerment),
(3) pendidikan kesehatan, dan
(4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert dan Thomas 1999, Helvie,
1998).

Peran perawat komunitas sebagai pemberi asuhan keperawatan, pendidik,


manajer, kolabolator, pemimpin, dan peneliti. Dalam keperawatan
komunitas, perawat mempunyai 5 peran (Helvie, 1998). Perawat keluarga
adalah perawat yang berperan membantu individu dan keluarga untuk
menghadapi penyakit dan disabilitas kronik dengan meluangkan sebgaian
waktu bekerja di rumah pasien dan bersama keluarganya. Keperawatan
keluarga dititikberatkan pada kinerja perawat bersama dengan keluarga
karena keluarga merupakan subyek.Menurut Neis dan Mc Ewen (2007).
Keperawatan keluarga dapat difokuskan pada anggota keluarga individu,
dalam konteks keluarga, atau unit keluarga.
Kemenkes RI (2011) menjelaskan prinsip tatalaksana diare pada balita

11
adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare)dengan
rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi
diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat penyembuhan atau
menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat diare juga
menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu
(1) Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah.
(2) Pemberian Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
(3) Teruskan pemberian ASI dan Makanan.
(4) Pemberian antibiotik
(5)Memberikan nasihat kepada orang tua atau pengasuh.

Model intervensi SAFE adalah suatu proyek inovasi yang dikembangkan


di Bangladesh untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita. Program
ini akan mengembangkan strategi intervensi yang bisa diterapkan di
masyarakat. Tujuan dari proyek inovasi ini adalah kelanjutan dari proyek
inovasi sebelumnya yang hanya melihat faktor sanitasi yang mempengaruhi
kejadian diare balita.

D. PEMBAHASAN
Hasil analisis penulis pengetahuan, ketrampilan dan sikap KPS dalam
melakukan penerapan SAKA diare menunjukkan hasil yang bermakna dari
tujuan khusus yang diharapkan. Hasil dari domain pengetahuan yang
hasilnya tinggi dibandingkan domain ketrampilan dan sikap. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmojo, 2010). Pengetahuan tentang kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan tehnik wawancara atau angket. Indikator menilai
pengetahuan seseorang adalah baik dan kurangnya pengetahuan responden
tentang kesehatan (Dewi, 2012). Sikap secara sederhana didefinisikan
sebagai ekspresi sederhana terkait suka atau tidak suka terhadap beberapa
hal (Rahayuningsih, 2008).
Ketrampilan merupakan kemampuan menggunakan koordinasi otak dan

12
otot serta mengutamakan ketrampilan motorik (Notoatmojo, 2010). Hasil
dari ketiga domain akan menunjukkan bahwa pengetahuan akan lebih tinggi
nilainya dibandingkan sikap dan ketrampilan karena sikap dan ketrampilan
butuh waktu dan proses yang lebih lama dalam pencapaiannya. Hal ini
sejalan dengan hasil dari kegiatan KPS yang menunjukkan bahwa
pengetahuan nilainya lebih tinggi dibandingkan ketrampilan dan sikap.
Intervensi yang diberikan adalah pendidikan kesehatan tentang deteksi
dini balita diare dan pencegahan diare dengan penerapan SAKA diare. Hasil
intervensi yang diberikan efektif terjadi peningkatan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap ibu dalam penerapan SAKA diare serta kemandirian
keluarga tahap mandiri IV. Pendidikan kesehatan adalah kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan,sikap dan keterampilan yang dapat dilihat
melalui perilaku dengan melaluipenyebaran leaflet dan booklet serta media
masssa, melakukan guidance,coaching, maupun konseling (Ervin, 2002).

Kemandirian keluarga diukur melalui 7 aspek dalam pelaksanaan tindakan


keperawatan keluarga, yaitu
1. Penerimaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan pengetahuan
keluarga tentang balita diare.
2. Penerimaan keluarga untuk memutuskan tindakan keperawatan
pada balita diare.
3. Mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapi keluarga
tentang penerapan SAKA diare balita.
4. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
seperti Posyandu atau Puskesmas.
5. Keluarga melakukan tindakan keperawatan sesuai anjuran perawat
termasuk terapi modalitas.
6. Keluarga mampu mengambil keputusan yang tetap untukmengatasi
balita diare.
7. Keluarga mampu meningkatkan status kesehatannya
melaluitindakan promotif (DepKes 2006).

13
Pendidikan kesehatan yang secara rutin dilakukan oleh KPS dalam
kegiatan Posyandu setiap bulan memberikan dampak yang positif terhadap
penurunan kejadian diare pada balita yaitu 43.3%. Penurunan insiden diare
pada balita masih tinggi dibandingkan insiden nasional yaitu 10.2%. Analisis
penulis hal ini disebabkan fokus intervensi keperawatan yang diberikan
hanya 2 RW sedangkan cakupan wilayah Kelurahan Cisalak Pasar luas.
Pendidikan kesehatan yang diberikan di RW lain sebatas kampanye dan
penyebarluasaan informasi tentang penerapan SAKA diare. Analisis lain
adalah waktu singkat untuk mengubah perilaku yang menetap.Sosialisasi
terkait pencegahan diare tidak dilakukan pembinaan secara kontinu dilakukan
di Posyandu. Pencegahan diare sebagai salah satu kegiatan pokok dalam
Posyandu tidak berjalan secara optimal. Kader yang harusnya melaksanakan
fungsi pencegahan diare pada balita dalam kegiatan Posyandu tidak pernah
mengikuti pelatihan tentang pencegahan diare pada balita. Keterbatasan
media informasi yang tersedia untuk melakukan kegiatan pencegahan diare
balita di Posyandu.
Kelompok Pendukung SAKA dapat berkontribusi secara aktif terhadap
target pelayanan kesehatan khususnya promosi kesehatan di masyarakat,
penemuan kasus baru, deteksi dan pencegahan secara dini serta pencatatan
dan pelaporan. Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader
terhadap penerapan SAKA diare melalui kegiatan Kelompok Pendukung
SAKA. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA berupa pemberian
pendidikan kesehatan, kunjungan rumah untuk melakukan pembinaan pada
keluarga secara langsung keluarga yang yang terkena diare. Hasil Kelompok
Pendukung SAKA efektif menurunkan angka kejadian diare pada balita.
Salah satu strategi intervensi komunitas yang digunakan adalah Kelompok
Pendukung SAKA. Inovasi KPS diare pada balita hanya menggambarkan
strategi kelompok pendukung saja sedangkan untuk strategi lain dibutuhkan
juga suatu penelitian lebih lanjut sejauhmana keluarga menjalankan
penerapan SAKA diare di keluarga dengan strategi intervensi pemberdayaan
keluarga. Pemberdayaan keluarga secara spesifik dalam mampu
meningkatkan status kesehatannya melalui tindakan promotif (DepKes

14
2006).
Pendidikan kesehatan yang secara rutin dilakukan oleh KPS dalam
kegiatan Posyandu setiap bulan memberikan dampak yang positif terhadap
penurunan kejadian diare pada balita yaitu 43.3%. Penurunan insiden diare
pada balita masih tinggi dibandingkan insiden nasional yaitu 10.2%. Analisis
penulis hal ini disebabkan fokus intervensi keperawatan yang diberikan
hanya 2 RW sedangkan cakupan wilayah Kelurahan Cisalak Pasar luas.
Pendidikan kesehatan yang diberikan di RW lain sebatas kampanye dan
penyebarluasaan informasi tentang penerapan SAKA diare. Analisis lain
adalah waktu singkat untuk mengubah perilaku yang menetap.Sosialisasi
terkait pencegahan diare tidak dilakukan pembinaan secara kontinu dilakukan
di Posyandu. Pencegahan diare sebagai salah satu kegiatan pokok dalam
Posyandu tidak berjalan secara optimal. Kader yang harusnya melaksanakan
fungsi pencegahan diare pada balita dalam kegiatan Posyandu tidak pernah
mengikuti pelatihan tentang pencegahan diare pada balita. Keterbatasan
media informasi yang tersedia untuk melakukan kegiatan pencegahan diare
balita di Posyandu.

Kelompok Pendukung SAKA dapat berkontribusi secara aktif terhadap


target pelayanan kesehatan khususnya promosi kesehatan di masyarakat,
penemuan kasus baru, deteksi dan pencegahan secara dini serta pencatatan
dan pelaporan. Peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap kader
terhadap penerapan SAKA diare melalui kegiatan Kelompok Pendukung
SAKA. Kegiatan Kelompok Pendukung SAKA berupa pemberian
pendidikan kesehatan, kunjungan rumah untuk melakukan pembinaan pada
keluarga secara langsung keluarga yang yang terkena diare. Hasil Kelompok
Pendukung SAKA efektif menurunkan angka kejadian diare pada balita.
Salah satu strategi intervensi komunitas yang digunakan adalah Kelompok
Pendukung SAKA. Inovasi KPS diare pada balita hanya menggambarkan
strategi kelompok pendukung saja sedangkan untuk strategi lain dibutuhkan
juga suatu penelitian lebih lanjut sejauhmana keluarga menjalankan
penerapan SAKA diare di keluarga dengan strategi intervensi pemberdayaan

15
keluarga. Pemberdayaan keluarga secara spesifik dalam melaksanakan
penerapan SAKA diare tersebut dapat mempengaruhi insiden penurunan
diare.

BAB IV
PENUTUP

16
A. Kesimpulan
Berdasarkan fenomena tersebut penulis mencoba membuat inovasi
pencegahan dan deteksi dini diare dengan menggunakan Kelompok Pendukung
SAKA sebagai strategi intervensi keperawatan komunitas di Kelurahan Cisalak
Pasar, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok. Pendidikan kesehatan yang secara
rutin dilakukan oleh KPS dalam kegiatan Posyandu setiap bulan memberikan
dampak yang positif terhadap penurunan kejadian diare pada balita yaitu 43.3%.
Penurunan insiden diare pada balita masih tinggi dibandingkan insiden nasional
yaitu 10.2%. Analisis penulis hal ini disebabkan fokus intervensi keperawatan
yang diberikan hanya 2 RW sedangkan cakupan wilayah Kelurahan Cisalak Pasar
luas. Pendidikan kesehatan yang diberikan di RW lain sebatas kampanye dan
penyebarluasaan informasi tentang penerapan SAKA diare.
Hasil analisis penulis pengetahuan, keterampilan dan sikap KPS dalam
melakukan penerapan SAKA diare menunjukkan hasil yang bermakna dari tujuan
khusus yang diharapkan.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, namun dalam proses
pembuatan makalah penulis menemukan beberapa macam kendala dan kesulitan
dalam pencarian sumber-sumber dikarenakan belum mampu menemukan suatu
hal yang mendeksti sempurna dan tepat dalam teori. Maka dari itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi untuk mendekati
kesempurnaan dalam proses pembuatan makalah yang penulis susun. Setelah
membaca dan memahami makalah ini diharapkan agar mahasiswa/mahasiswi
mengerti dan menerapakannya dalam kehidupan sehari-hari lebih-lebih kita
sebagai Perawat.


DAFTAR PUSTAKA

17
Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory and
practice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott

Allender, J.A., and Spradley, B.W.(2001). Community health nursing : Concepts


and practice, 4th.ed, Philadelpia: Lippincott

Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community health


nursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange

George B. Julia , Nursing Theories- The base for professional Nursing Practice ,
3rd ed. Norwalk, Appleton and Lange.

Hidayat Aziz Halimul. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan Dasar. Salemba


Medika :Jakarta.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2009. Pengantar dan Teori Ilmu Keperawatan Komunitas1.
Cv Sagung Seto : Jakarta.

Craven, R. F dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing: Human, Health and


function. Edisi 3. Phiadelphia: Lippincott

Nuraeni dkk. 2016. Kelompok Pendukung Saka Sebagai Strategi Intervensi


Keperawatan Komunitas Dalam Pencegahan Diare Pada Aggregat Balita Di
Wilayah Cisalak, Pasar-Cimanggis Kota Depok. Depok: Universitas Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai