Negara
1. Pengertian Negara
Negara merupakan suatu organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendalami wilayah (trritorial) tertentu, dengan mengakui
adanya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia yang ada di wilayahnya. Organisasi negara dalam suatu wilayah
bukanalah satu-satunya organisasi, ada beberapa organisasi-organisasi lain (keagamaan,
kepartaian, kemasyarakatan dan organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian
yang terlepas dari masalah kenegaraan). Secara umum negara diartikan sebagai suatu organisasi
utama yang ada didalam suatu wilayah karena memiliki pemerintahan yang berwenang dan
mampu untuk ikut campur dalam banyak hal dalam bidang organisasi-organisasi lainnya.
a. Menurut Gettell
Negara adalah komunitas oknum- oknum, secara permanent mendiami wilayah
tertentu, menuntut dengan sah kemerdekaan diri dari luar dan mempunyai sebuah organisasi
pemerintahan, dengan menciptakan dan menjalankan hukum secara menyeluruh didalam
lingkungan.
b. Menurut Aristoteles
Negara adalah perpaduan beberapa keluarga mencakupi beberapa desa, hingga pada
akhirnya dapat berdiri sendiri sepenuhnya, dengan tujuan kesenangan dan kehormatan
bersama.
c. Menurut Georg Jellinek
Negara merupakan organisasi kekuasaan dari kelompok manusia yang telah berdiam
di suatu wilayah tertentu.
d. Menurut Prof. R. Djokosoetono
Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia yang berada di bawah
suatu pemerintahan yang sama
Jadi, negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan diorganisasikan
oleh pemerintah Negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
Terdapat beberapa elemen yang berperan dalam membentuk negara.
1. Masyarakat
Masyarakat adalah unsur terpenting dalam tatanan suatu negara. Masyarakat atau rakyat
merupakan suatu individu yang berkepentingan dalam suksesnya suatu tatanan dalam
pemerintahan. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya diperlukan dalam ilmu
kenegaraan (staatsleer) tetapi juga perlu melahirkan apa yang disebut ilmu kemasyarakatan
(sosiologi), yaitu suatu ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup
kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu ketatanegaraan.
2. Wilayah (tutorial)
Suatu negara tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya suatu wilayah. Selain pentingnya unsur
wilayah dengan batas-batas yang jelas, penting pula keadaan khusus wilayah yang bersangkutan,
artinya apakah layak suatu wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau sebaliknya dipecah
menjadi wilayah berbagai negara. Dan apabila mengeluarkan peraturan perundang-undangan
hanya berlaku bagi orang-orang yang berada di wilayah itu sendiri. Orang akan segera sadar jika
berada dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya setelah
berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi berbagai kewajiban yang di
tentukan oleh wilayah tersebut. Paul Renan (Prancis) menyatakan bahwa satu-satunya ukuran
bagi suatu masyarakat untuk menjadi suatu negara ialah keinginan bersatu (le desir de’etre
ansemble). Otto Bauer menyatakan bahwa ukuran itu lebih diletakkan pada keadaan khusus dari
wilayah satu negara.
3. Pemerintahan
Ciri khusus dari pemerintahan dalam negara adalah pemerintah memiliki kekuasaan atas semua
anggota masyarakat yang merupakan penduduk suatu negara dan dalam wilayah negara. Ada
empat macam teori mengenai suatu kedaulatan, yaitu teori kedaulatan tuhan., kedaulatan negara,
kedaulatan hukum, dan kedaulatan rakyat.
Teori kedaulatan Negara (Staats Souvereiniteit) menganggap sebagai suatu axioma yang tidak
dapat dibantah, yang artinya dalam suatu wilayah negara, negaralah yang berdaulat. Inilah inti
pokok dari semua kekuasaan yang ada dalam wilayah suatu negara. Otto Mayer (dalam buku
Deutsches Verwaltungsrecht) menyatakan “ kemauan negara aadalah milik kekuasaan kekerasan
menurut kehendak alam”. Sementara itu Jellinek dalam buku Algemeine Staatslehre menyatakan
bahwa kedaulatan negara sebagai pokok pangkal kekuasaan yang tidak diperoleh dari siapapun.
Pemerintah adalah “Alat Negara”.
Teori kedaulatan Hukum (Rechts souvereiniteit) menyatakan semua kekuasaan dalam negara
berdasar atas hukum. Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats Idee.
Teori kedaulatan Rakyat (Volks aouvereiniteit), semua kekuasaan dalam suatu negara didasarkan
pada kekuasaan rakyat (bersama). J.J. Rousseau (Perancis) menyatakan apa yang dikenal dengan
“kontrak sosial”, suatu perjanjian antara seluruh rakyat yang menyetujui Pemerintah mempunyai
kekuasaan dalam suatu negara.
Di dalam perkembangan sejarah ketatanegaraan, 3 unsur negara menjadi 4 bahkan 5 yaitu rakyat,
wilayah, pemerintahan, UUD (Konstitusi) dan pengakuan Internasional (secara de facto maupun
de jure).
Pengakuan yang diberikan oleh suatu negara kepada negara lain yang telah memenuhi unsur-
unsur negara, seperti ada pemimpin, rakyat dan wilayahnya.
Berdasarkan sifatnya, pengakuan de facto bersifat tetap, yakni pengakuan dari negara lain dapat
menimbulkan hubungan bilateral di bidang perdagangan dan ekonomi untuk tingkat diplomatik
belum dapat dilaksanakan.
Pengakuan de facto ini berkaitan dengan pengakuan kedaulatan de facto suatu negara, menunjuk
pada adanya pelaksanaan kekuasaan secara nyata dalam masyarakat yang dinyatakan merdeka
atau telah memiliki independensi. Kekuasaan yang nyata dalam masyarakat yaitu dimana
masyarakat telah tunduk pada kekuatan penguasa secara nyata yang di sebut de facto.
Kekuasaan yang diperoleh penguasa secara murni dari masyarakat atau kehendak masyarakat
( hal ini pernah terjadi pada kasus Timor-Timur pada tahun 1975, pada saat itu sebagian besar
rakyat Timor-timur secara sadar memilih penguasa pemerintah Indonesia berkuasa atasnya, dan
dinyatakan pemerintah Indonesia mempunyai pengakuan kedaulatan de facto atas Timor Timur
secara syah.
Pengakuan de jure adalah pengakuan terhadap suatu negara secara resmi berdasarkan hukum
dengan segala konsekuensi atau pengakuan secara internasional
1. Tetap, ini berlaku untuk selama-lamanya sampai waktu yang tidak terbatas.
2. Penuh, ini mempunyai dampak dibukanya hubungan bilateral di tingkat diplomatik dan
Konsul, sehingga masing-masing negara akan menempatkan perwakilannya di negara
tersebut yang biasanya di pimpin oleh seorang duta besar yang berkuasa penuh.
2. Secara Teoritis
a) Teori Ketuhanan
Dasar pemikiran teori ini adalah suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada atau
terjadi di alam semesta ini adalah semuanya kehendak Tuhan, demikian pula negara
terjadi karena kehendak Tuhan. Sisa–sisa perlambang teori theokratis nampak dalam
kalimat yang tercantum di berbagai Undang–Undang Dasar negara, seperti :
“….. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa” atau “By the grace of God”. Teori ini
dipelopori oleh Agustinus, Friedrich Julius Stahl, dan Kraneburg.
b) Teori Kekuasaan
Menurut teori ini negara terbentuk karena adanya kekuasaan, sedangkan kekuasaan
berasal dari mereka-mereka yang paling kuat dan berkuasa, sehingga dengan demikian
negara terjadi karena adanya orang yang memiliki kekuatan/kekuasaan menaklukkan
yang lemah.
c) Teori Perjanjian Masyarakat
Menurut teori ini, negara terbentuk karena sekelompok manusia yang semula masing–
masing hidup sendiri–sendiri mengadakan perjanjian untuk membentuk organisasi yang
dapat menyelenggarakan kepentingan bersama. Teori ini didasarkan pada suatu paham
kehidupan manusia dipisahkan dalam dua jaman yaitu pra negara (jaman alamiah) dan
negara. Teori ini dipelopori oleh Thomas Hobbes.
d) Teori Hukum Alam
Menurut teori ini, terbentuknya negara dan hukum dengan memandang manusia sebelum
ada masyarakat hidup sendiri–sendiri. Pemikiran pada masa plato dan Aristoteles.
setiap Negara terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa fungsi minimum yang
mutlak perlu yaitu:
1. Melaksanakan ketertiban (law and Order); untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka Negara harus melaksanakan penertiban.
Dan dapat dikatakan bahwa Negara bertindak sebagai “Stabilisator”.
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya
3. Pertahanan; hal ini diperlakukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk
ini Negara dilengkapi dengan alat pertahanan.
4. Menegakkan keadilan; hal ini dilaksanan melalui badan-badan pengadilan.
1. keamanan ektern
2. ketertiban intern
3. Keadilan
4. kesejahteran umim
5. Kebebasan.
Keseluruhan fungsi Negara di atas diselenggarakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama.(Ubaidillah, A, 2000: 54-55)
B. Konstitusi
1. Pengertian konstitisi
Di dalam ilmu Negara dan hukum tata Negara, konstitusi diberi arti yang
berubah-ubah sejalan dengan perkembangan kedua ilmu tersebut. Pertama, pengertian
konstitusi pada masa pemerintahan-pemerintahan kuno (ancient regime). Kedua,
pengertian yang baru yaitu pengertian konstitusi menurut tafsiran modern yakni sejak
lahirnya dokumen konstutusi yang pertama di dunia yang dikenal dengan nama
Virginia Bill of Right (1776).
Konstitusi dalam pengertian pertama diartikan sebagai nama bagi ketentuan-
ketentuan yang menyebut hak-hak dan kekuasaan dari orang-orang tertentu, keluarga-
keluarga tertentu yang berkuasa atau suatu badan-badan tertentu. Sebagai contoh di
mas-masa pemerintahan kerajaan absolut, konstitusi diartikan sebagai “ kekuasaan
perorangan yang tak terbatas dari sang raja”.
Sedangkan konstitusi dalam pengertian kedua, menurut Sovernin Lohman, meliputi
tiga unsur, yaitu:
1. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak
social), artinya konstitusi merupakan hasil atau kongklusi dari kesepakatan
masyarakat untuk membina Negara dan pemerintahan yang akan mengatur
mereka.
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia dan warga
Negara sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban warga Negara dan
alat-alat pemerintahannya.
3. Konstitusi sebagai forma regimenis yaitu kerangka bangunan pemerintahan.
Kata “Konstitusi” berarti “pembentukan”, berasal dari kata kerja yaitu
“constituer” (Perancis) atau membentuk. Yang dibentuk adalah negara, dengan
demikian konstitusi mengandung makna awal (permulaan) dari segala peraturan
perundang-undangan tentang negara. Belanda menggunakan istilah “Grondwet” yaitu
berarti suatu undang-undang yang menjadi dasar dari segala hukum.
Konstitusi pada umumnya bersifat kondifaksi yaitu sebuah dokumen yang
berisian aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara,
namun dalam pengertian ini, konstitusi harus diartikan dalam artian tidak semuanya
berupa dokumen tertulis (formal). Namun menurut para ahli ilmu hukum maupun
ilmu politik konstitusi harus diterjemahkan termasuk kesepakatan politik, negara,
kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan dan distibusi maupun alokasi.
Konstitusi memuat aturan-aturan pokok (fundamental) yang menopang
berdirinya suatu negara. Terdapat dua jenis kontitusi, yaitu konstitusi tertulis (Written
Constitution) dan konstitusi tidak tertulis (Unwritten Constitution). Ini diartikan
seperti halnya “Hukum Tertulis” (geschreven Recht) yang termuat dalam undang-
undang dan “Hukum Tidak Tertulis” (ongeschreven recht) yang berdasar adat
kebiasaan.
Berlakunya suatu konstitusi sebagai hukum dasar yang mengikat didasarkan
atas kekuasaan tertinggi atau prinsip kedaulatan yang dianut dalam suatu negara. Jika
negara itu menganut paham kedaulatan rakyat, maka sumber legitimasi konstitusi itu
adalah rakyat. Jika yang berlaku adalah paham kedaulatan raja, maka raja yang
menentukan berlaku tidaknya suatu konstitusi. Hal inilah yang disebut oleh para ahli
sebagai constituent power yang merupakan kewenangan yang berada di luar dan
sekaligus di atas sistem yang diaturnya. Karena itu, di lingkungan negara-negara
demokrasi, rakyatlah yang dianggap menentukan berlakunya suatu konstitusi.”
Konstitusi Pemerintahan Presidensial dan pemerintahan Parlementer (President
Executive and Parliamentary Executive Constitution)”, oleh Sri Soemantri, Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 45) tidak termasuk kedalam golongan konstitusi
Pemerintahan Presidensial maupun pemerintahan Parlementer . Hal ini dikarenakan di
dalam tubuh UUD 45 mengndung ciri-ciri pemerintahan presidensial dan ciri-ciri
pemerintahan parlementer. Oleh sebab itu menurut Sri Soemantri di Indonesia
menganut sistem konstitusi campuran.
2. Lahirnya Konstitusi
Latar belakang lahirnya konstitusi pertama Republik Indonesia; Undang-
Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei 1945
sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) yang beranggotakan 21 orang, diantaranya Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang
wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari Kalimantan,
Maluku, dan Sunda kecil.
Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun
konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-
Undang 1945 (UUD’45). Para tokoh perumus itu adalah: dr. Radjiman Widioningrat,
Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran
Soerjahamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr.
Mohammad Amir (Sumatera), Mr. Abdul Abbas (Sumatera), Dr. Ratulangi, Andi
Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali) A H.
Hamidan (Kalimantan), R. P. Soeroso, Abdul Wachid Hasyim dan Mr. ohammad
Hassan (Sumatera).
Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji Jepang
untuk memberi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia di kemudian hari. Janji tersebut
antara lain berisi: “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan Asia Timur
Raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari
kekuasaan pemerintah Hindia Belanda. Tentara Dai Nippon dengan serentak
menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut maupun udara, untuk
mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.
Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagi
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di
semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri sendiri
sebagai bangsa Asia Timur Raya.
Namun janji hanyalah janji, penjajah tetaplah penjajah selalu ingin lebih lama
menindas dan menguras kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur
tentara sekutu, Jepang tak lagi inget akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat
kepada sekutu, rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak
bergantung pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba. Setelah merdeka kebutuhan
akan sebuah konstitusi resmi nampaknya tidak bias ditawar-tawar lagi, dan segera
harus dirumuskan.
Pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, panitia
persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali
dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:
1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD ’45 yang bahannya di ambil dari
rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal 22
Juni 1945;
2. Menetapkan dan mengesahkan UUD ’45 yang bahannya hamper seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni
1945;
3. Memilih ketua persiapan Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden
dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden;
4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh panitia persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi Komite Nasional;
Pada umumnya hukum bertujuan agar adanya tata tertib untuk keselamatan
masyarakat yang penuh dengan konflik antara berbagai kepentingan yang ada di
tengah masyarakat. Tujuan hukum tata negara pada dasarnya sama dan karena
sumber utama dari hukum tata negara adalah konstitusi atau Undang-Undang Dasar,
akan lebih jelas dapat dikemukakan tujuan konstitusi itu sendiri. Konstitusi juga
memiliki tujuan hampir sama dengan hukum, namun tujuan dari konstitusi lebih
terkait dengan :
4. Kedudukan Konstitusi
Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan
ketatanegaraan suatu negara Karena konstitusi menjadi barometer kehidupan
bernegara dan berbangsa yang syarat dengan bukti sejarah perjuangan para
pendahulu. Selain itu, konstitusi juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan oleh
the founding fathers, serta memeberikan arahan kepada generasi penerus bangsa
dalam mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin.
Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berebeda-beda baik dalam hal
tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan forma
yang sama, yaitu sebagai (a) hukum dasar, dan (b) hukum tertinggi
a. Konstitusi sebagai Hukum Dasar
Konstitusi berkedudukan sebagai Hukum dasar karena berisi aturan
ketentuan tentang hal-hal yag mendasar dalam kehidupan suatu negara. Secara
khusus konstitusi yang memuat aturan tentang badan-badan pemerintahan
lembaba-lembaga negara, dan sekaligus memberikan kewenangan kepadanya.
b. Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi
konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hukum tertinggi dalam
tata hukum negara yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa aturan-aturan yang
terdapat dalam konstitusi, secara hierarkis mempunyai kedudukan lebih tinggi
(superior) terhadap aturan-aturan lainnya. Oleh karena itu lah aturan-aturan lain
yang dibuat oleh pembentuk undang-undang hams sesuai atau tidak bertentngan
dengan undang-undang dasar.
C. Konstitusi Di Indonesia
1. Negara Indonesia adalah Negara Hukum
Negara Indonesia berdasarkan atas hukum bukan berdasarkan atas kekuasaan
belaka terbukti bahwa pemerintahan dan lembaga - lembaga lainnya dalam
melaksanakan tidakan- tindakan apa pun harus dilandasi oleh peraturan hukum atau
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Disamping akan tampak dalam
rumusannya dalam pasal- pasalnya, juga akan menjalankan pelaksanaan dari pokok-
pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 yang diwujudkan oleh
cita- cita hukum dan hukum dasar yang tertulis dengan landasan negara hukum setiap
tindakan Negara haruslah mempertimbangkan dua kepentingan yaitu kegunaannya
dan hukumnya, agar senantiasa setiap tindakan Negara selalu memenuhi dua
kepentingan tersebut.
2. Hukum Dasar Tertulis dan tidak Tertulis
a. Hukum Dasar Tertulis
Dasar hukum tertulis adalah Undang- undang Dasar yang menurut sifat
dang fungsinya adalah suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-
tugas pokok cara kerja badan- badan tersebut. Undang- undang Dasar bersifat
singkat dan supel. Undang- undang Dasar 1945 hanya memiliki 37 pasal, adapun
pasal- pasalnya hanya memuat aturan peralihan dan aturan tambahan. Hal ini
mengandung makna:
1) Telah cukup jika undang- undang dasar hanya memuat aturan- aturan pokok.
2) Sifatnya yang supel.
3) Memuat aturan- aturan, norma- norma serta ketentuan- ketentuan yang harus
dilaksanakan secara konstitusional
4) Undang- undang Dasar 1945 merupakan peraturan hukum positif tertinggi
1. Pokok pikiran persatuan yang merupakan perwujudan dari sila ketiga Pancasila, yaitu
Persatuan Indonesia, memiliki pengertian bahwa Negara melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Jadi, negara mengatasi segala paham
golongan dan paham perseorangan. Dengan demikian, negara menghendaki persatuan
meliputi segenap bangsa Indonesia.
2. Pokok pikiran keadilan sosial yang merupakan perwujudan dari sila kelima Pancasila,
yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, memiliki pengertian bahwa
negara bertujuan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat dalam rangka
mewujudkan negara yang merdeka, berdaulat, adil, dan makmur dengan memajukan
kesejahteraan umum.
3. Pokok pikiran kedaulatan rakyat yang merupakan perwujuan dari sila keempat
Pancasila, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, memiliki pengertian Negara berkedaulatan rakyat
berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan/ perwakilan. Oleh karena itu,
negara memiliki sistem pemerintahan demokrasi Pancasila.
4. Pokok pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab yang merupakan perwujudan dari sila pertama Pancasila, yaitu Ketuhanan
Yang Maha Esa, serta sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mengandung pengertian negara menjunjung tinggi semua agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mewajibkan pemerintah dan
penyelenggara negara untuk memilihara budi pekerti yang luhur dan teguh dalam
memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.