Kualitas minyak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kandungan air, kandungan kotoran, kandungan asam lemak bebas, warna, serta bilangan peroksida. Adapun faktor lainnya yang mempengaruhi berupa kandungan gliserida, titik cair, refining loss, plastisitas, spreadabiliti, kejernihan, kandungan logam berat, dan penyabunan. Pemanasan yang diberikan kepada minyak goreng juga dapat menyebabkan penurunan mutu (Pasaribu, 2004).
2. Pengaruh Frekuensi Penggorengan Terhadap Kualitas Bahan Yang
Digoreng Proses penggorengan dengan menggunakann panas dapat menyebabkan minyak terhidrolisis, menurunkan smoke point, kandungan gizi bahan menjadi menurun, dan bahan mudah menyerap minyak. Penggunaan minyak goreng baik hanya digunakan untuk dua kali penggorengan, sehingga asam lemak trans tidak terbentuk. Dalam penggorengan yang dilakukan berulang- ulang dapat menyebabkan minyak menjadi tengik, sehingga tekstur, rasa, dan aroma dari makanan menjadi berubah (Sartika, 2009).
3. Pengaruh Frekuensi Penggorengan Terhadap Kualitas Minyak Goreng
Penggorengan yang dilakukan terus- menerus dapat menyebabkan minyak mengalami kerusakan berupa tengik. Ketengikan pada minyak dipengaruhi oleh kenaikan bilangan peroksida. Bilangan peroksida sendiri merupakan bilangan yang digunakan sebagai indicator untuk mengetahui tingkat kerusakan pada minyak (Ketaren, 2008). DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 2008. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.
Pasaribu, N. 2004. Minyak Buah Kelapa Sawit. Medan : UNSU Press.
Sartika. 2009. Pengaruh Suhub dan Lama Proses Menggoreng (Deep Frying) terhadap Pembentuka Asam Lemak Trans, Jurnal MAKARA, SAINS, Vol/No: 13(1), pp. 23- 28.