Anda di halaman 1dari 20

TUGAS STASE KEPERAWATAN JIWA

“DEFISIENSI PERAWATAN DIRI”

Dosen pembimbing :
Ibu Devin Prihar N, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
RAHAYU WORO R. (7419031)

PRODI PROFESI NERS SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. LAPORAN PENDAHULUAN
a. Masalah Utama
Defisiensi Perawatan Diri
b. Proses Terjadinya Masalah
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah salah satu merupakan masalah
yang biasanya timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan
jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian dalam merawat
dirinya sendiri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan
dapat menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga
maupun masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik, 2015).
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan indivisu dalam
melakukan aktifitas perawatan diri seperti kebersihan diri, berhias,
makan, dan toileting ( Herdman, 2012).
Defisit perawatan diri adalah kurangnya perawatan diri pada
pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses
pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri
menurun. Kurang perawatan diri terlihat dari ketidakmampuan dalam
merawat kebersihan diri antaranya seperti mandi, makan minum secara
mandiri, berhias secara mandiri, dan toileting (BAK/BAB)
(Damayanti, 2012).
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan seseorang
dalam melakukan seperti kebersihan diri, makan, berpakaian, berhias
diri, makan sendiri, BAK/BAB secara mandiri (Keliat B. A, dkk,
2011).

2. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang Tidak melakukan


diri seimbang perawatan diri perawatan diri
tidak seimbang

Gambar 1. Rentang Respon Defisiensi Perawatan Diri


Keterarangan :
1) Pola perawatan diri seimbang: saat pasien mendapatkan stressor
dan mampu ntuk berperilaku adatif maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri
2) Kadang melakukan perawatan diri kadang tidak: saat pasien
mendapatan stressor kadang-kadang pasien tidak menperhatikan
perawatan dirinya
3) Tidak melakukan perawatan diri: klien mengatakan dia tidak
perduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stress.
(Ade, 2011)

3. Etiologi
Menurut CHMN (2017) :
a. Faktor Prediposisi
1) Biologis
Penyakit fisik dan mental yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
2) Psikologis
a) Factor perkembangan
b) Kemampuan realitas turun
3) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
1) Penurunan motivasi
2) Kerusakan kognisi atau perseptual
3) Cemas
4) Lelah/lemah
Menurut Bekti Pertiwi (2011), penyebab kurang perawatan diri
dapat disebabkan oleh kelelahan fisik dan penurunan kesadaran.
Menurut Depkes (2009), penyebab kurang perawatan diri adalah:
4) Factor predisposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan seorang
individu, sehingga perkembangan inisiatifnya terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan seorang individu tidak
mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Seorang individu dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
5) Faktor presipitasi
Merupakan faktor presiptasi dari defisit perawatan diri
adalah menurunnya motivasi diri, kerusakan kognisi atau
perseptual, cemas, lelah atau lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu tersebut kurang mampu dalam
melakukan perawatan diri.
Menurut Damayanti (2012) Faktor-faktor yang
mempengaruhi perawatan diri adalah :
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
1) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam melakukan kebersihan diri,
maka dapat memungkinan akan terjadi perubahan pola perawatan
diri.
2) Status Sosial Ekonomi
Untuk melakukan perawatan diri diperlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang
hampir keseluruhan barang tersebut menggunaan uang untuk
menyediakannya.
3) Pengetahuan
Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena dengan
pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya,
pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
4) Budaya
Pada sebagian masyarakat jika seorang individu sakit tertentu
tidak boleh dimandikan.
5) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
6) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat
diripun akan berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya

4. Tanda & Gejala


Tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut CHMN (2017)
adalah sebagai berikut :
a) Subyektif :
1) Malas mandi
2) Tidak mau menyisir rambut
3) Tidak mau menggosok gigi
4) Tidak mau memotong kuku
5) Tidak mau berhias/berdandan
6) Tidak menggunakan alat mandi
7) Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan
minum
8) BAB/Bak sembarangan
9) Tidak membersihkan diri setelah BAB/BAK
10) Tidak mengetahui cara perawatan diri dengan benar
b) Obyektif :
1) Badan bau, kotor berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku
panjang, tidak menggunakan alat-alat mandi tidak mandi
dengan benar.
2) Rambut kusut berantakan, kumis dan jenggot tidak rapi, tidak
mampu berdandan, memilih, mengambil, memakai, sandal,
sepatu, memakai resleting, memakai barang-barang yang perlu
dalam berpakaian, melepas barang-barang yang perlu dalam
berpakaian.
Tanda dan gejala menurut Damaiyanti (2012) sebagai berikut:
a) Mandi
Individu yang mengalami ketidakmapuan dalam melakukan
membersihkan badan, memperoleh atau mendapatkan sumber air,
mengatur suhu atau aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan
mandi, mengerikan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
b) Berpakaian
Individu yang memiliki kelemahan dalam meletakan atau
mengambil potongan pakain, menangalkan pakaian, serta
memperoleh atau menukar pakaian.
c) Makan
Individu yang tidak mampu dalam mengunyah, menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, menggunakan alat
tambahan, mendapat makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut. mengambil makanan dari wadah lalu
memasukan ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan
menurut cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau
gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d) Eliminasi
Individu yang memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan atau memiliki jamban atau kamar kecil atau bangkit
dari jamban, memanipulasi pakaian toileting, membersihkan diri
setelah BAK/BAB dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
Menurut Depkes (2009) tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
a) Fisik :
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b) Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi
tidak mampu mandiri.

5. Pohon Masalah
Effect Resiko perilaku kekerasan

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Harga Diri Rendah Kronis

Koping Individu Tidak Efektif


(Fitria, 2009).

6. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang ditemukan adalah : Defisit Perawatan Diri.
Contoh data yang dapat ditemukan dalam masalah keperawatan defisit
perawatan diri , sebagai berikut :
a) Data Subjektif :
Klien merasa malas , lemah, dan merasa tidak berdaya untuk
beraktivitas
b) Data Objektif :
Rambut klien kotor, acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta
bau, mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan
tidak terawat.
c) Mekanisme Koping :
Regresi, penyangkalan, isolasi sosial menarik diri, dan
intelektualisasi.
Defisit perawatan diri merupakan bagian dari komponen pohon
masalah (core problem).
7. Diagnosa Keperawatan
adalah
1) Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, dan BAK/BAB
8. Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan Intervensi
Tujuan Umum : Bina hubungan saling percaya
Pasien tidak mengalami defisit dengan menggunakan prinsip
perawatan diri komunikasi terapeutik :
a. Sapa pasien dengan ramah,
TUK 1 : baik verbal maupun non
Pasien dapat membina verbal.
hubungan saling percaya b. Perkenalkan diri dengan baik
dengan perawat dan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
pasien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya.
g. Beri perhatian dan perhatikan
kebutuhan dasar pasien
TUK 2 : 1. Melatih pasien cara-cara
Pasien mampu melakukan perawatan kebersihan diri :
kebersihan diri secara mandiri a. Menjelaskan pentingnya
menjaga kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat
untuk menjaga kebersihan
diri
c. Menjelaskan cara-cara
melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien dan
mempraktekkan cara
menjaga kebersihan diri
TUK 3 : 1. Melatih Pasien
Pasien mampu melakukan berdandan/berhias :
berhias/berdandan secara baik a. Untuk pasien laki-laki,
Latihan meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Bercukur
b. Untuk pasien wanita,
Latihan meliputi :
1) Berpakaian
2) Menyisir rambut
3) Berdandan
TUK 4 : 1. Melatih pasien makan secara
Pasien mampu melakukan mandiri :
makan dengan baik a. Menjelaskan cara
mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan
yang tertib
c. Menjelaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai
dengan tahan makan yang
baik
TUK 5 : 1. Menjelaskan pasien
Pasien dapat melakukan melakukan BAB/BAK secara
BAK/BAK secara mandiri mandiri :
a. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara
membersihkan diri setelah
BAB/BAK
c. Menjelaskan cara
membersihkan tempat
BAB/BAK

DAFTAR PUSTAKA
- Damaiyanti. (2012). Asuhan keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

- Depkes, R. (2009). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan keperawatan Jiwa.


Jakarta: Depkes RI.

- Herman ade. (2011). buku ajar asuhan keperawatan jiwa. yogyakarta: nuha
medika.

- Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
B. STRATEGI PELAKSANAAN
a. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Tn. H belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku
panjang dan kotor. Rambut acak-acakan, tidak disisir, pakaian kotor dan tidak
rapi, pakaian tidak sesuai, makan dan minum diambilkan oleh keluarga,
makan berceceran, dan tidak pada tempatnya. Tidak menyiram dan
membersihkan setelah BAK dan BAB.

2. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan/minum,
BAK/BAB

3. Tujuan Khusus :
a) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

4. Tindakan Keperawatan :
a) Melatih pasien secara perawatan kebersihan dengan cara
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
2) Menjelaskan alat-alat untuk enjaga kebersihan
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
5) Membantu pasien atihan berhias
6) Latihan berhias pada pria berhias harus dibedakan dengan wanita. Pada
pasien laki-laki, latihan meliputi latihan berpakaian, menyisiir rambut
dan bercukur sedangkan pada pasien perepuan latihan meliputi latihan
berpakaian, menyisir rambut dan berdandan.
b) Melatih pasien akan secara andiri dengan cara
1) Menjeaskan cara mempersiapkan makan
2) Menjeaskan cara akan yang tertib
3) Menjeaskan cara merapikan peraatan akan seteah akan
4) Mempraktikkan cara akan yang baik.
c) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara andiri
1) Menjeaskan tepat BAB/BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara mebersihkan diri setaah BAB/BAK
3) Menjeaskan cara mebersihkan tepat BAB/BAK

b. Strstegi Komunikasi
A. SP 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat
diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri.
a) Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya D, saya mahasiswa yang dinas
di ruangan ini “.

“Boleh tau, nama bapak siapa? Senangnya dipanggil apa?”

“Saya dinas pagi di ruangan ini dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang,
selama di rumah sakit ini saya yang akan merawat bapak H.”

b) Evaluasi
“Dari tadi, saya lihat menggaruk-garuk badannya, gatal ya”?

c) Kontrak
“Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ?”

“Berapa lama kita bicara ? 20 menit ya… ? mau dimana.. ? disini saja ya?”

d) Kerja
“Berapa kali bapak H mandi dalam sehari ?”
“ Apakah bapak H sudah mandi hari ini ?” “menurut bapak H apa
kegunaan mandi ?”
“Apa alasan bapak H sehingga tidak biasa merawat diri “

“ Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti
apa ? badan gatal, mulut bau, apa agi.. ? kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut bapak H yang bias muncul ? betul
ada kudis, kutu.

“Bagaimana kalau kita sekarang ke kamar mandi, saya akan membimbing


bapak H melakukannya. Bagus sekali, sekarang buka pakaian dan gantung.
Sekarang bapak H siram seluruh tubuh bapak H termasuk rambut lalu
ambil sampo gosokkan pada kepala bapak H sampai berbusa lalu bilas
sampai bersih. Bagus sekali. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh
tubuh secara merata lalu siram dengan air bersih, jangan lupa sikat gigi
pakai odol. gosok seluruh gigi bapak H mulai dari depan sampai belakang,
atas dan bawah. Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih.. terakhir siram
lagi seluruh tubuh bapak H sampai bersih lalu keringkan dengan handuk.
Bagus sekali melakukannya. Selanjutnya bapak H pakai baju yang bersih,
bagus sekali, mari kita ke kaca dan sisir rambutnya, nah bapak H rapi dan
bersih.”

e) Terminasi
1) Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan bapak H setelah mandi dan mengganti
pakaian ?”

2) Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan lagi, apa saja cara mandi yang baik yang sudah bapak
H ketahui ?”
3) Kontrak
a. Topik
“Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagai
mana kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan berias”
b. Tempat
“Kita akan melakukan di kamar , bagaimana menurut bapak ?”

“Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?”

c. Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja.”
4) Rencana tindak lanjut
“Bagaimana kalau latihan ini kita memasukkan dalam jadwal kegiatan
sehari-hari?”

“Untuk selanjutnya saya berharap bpak dapat melakukan cara-cara


pasien berhias.”

B. SP 2 Pasien : melatih pasien berhias


a) Orientasi
1) Salam terapeutik
“selamat pagi,

“Bagaimana perasaan bapak H hari ini..? , apakah bapak H sudah


mandi..? , sudah di tandai jadwal harian..?”

“Hari ini kita akan membicarakan tentang berhias diri supaya bapak H
tampak ganteng dan rapi. Mari kita mendekat ke cermin dab bawa alat
alatnya (sisir, parfum,dan pencukur kumis).”

2) Topik
“Melakukan berhias diri supaya tampak ganteng dan rapi.”

3) Tempat
“Kita akan melakukan di kamar bapak apakah bapak setuju.?”

4) Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita akan melakukan selama 5
menit”

b) Kerja
“Apa yang bapak H lakukan setelah mandi ? apakah sudah ganti baju ?
bagus sekali. Nah sekarang bersisir mari ke cermin, bagaimana cara bersisir?
Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, baguss.. sekali”

“Apakah bapak H sudah bercukur ? berapa hari sekali bercukur ? betul 2x


perminggu.”

“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari pak


dirapikan, ya, agar bagus...”

c) Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan pak H setelah berdandan .?”

2) Evaluasi objektif
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi..”

3) Kontrak
a) Topik
“Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana
kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan makan dengan baik.”

b) Tempat
“Kita akan melakukan di ruang makan , bagaiana menurut bapak ?
Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?”

c) Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 5 menit saja.”

d) Rencana tindak lanjut


“Mari masukan ke dalam jadwal kegiatan nnti siang kita latihan makan
yang baik di ruang makan.”

C. SP 3 pasien : melatih pasien makan sendiri secara mandiri ( menjelaskan


cara mempersiapkan makan, menjelaskan cara makan yang tertib,
menjelaskan cara merapikan makan setelah makan, praktik makan sesuai
dengan tahap yang baik).
a) Orientasi
1) Salam terapeutik
“Selamat siang bapak H”
2) Evaluasi
“tampak rapi hari ini, bagaimana jadwal mandi dan dandannya? Coba
saya lihat jadwal hariannya, wah banyak ya, bagus..”

“pagi ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik.” “kita
latihan langsung di rumah makan ya!”

“Mari... itu sudah datang makananya”

3) Kontrak
“Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara
makan yang baik, makanya tertib, cara merapikan peralatan makan
setelah makan, praktik makan sesuai tentang makan yang baik.”

a. Topik
“Melakukan makan yang baik, makan yang tertib, cara merapikan
makanan setelah makan, tahapan makan yang baik.”

b. Tempat
“Kita latihan langsung di ruang makan ya.”

“mari itu sudah datang makananya”

c. Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama 5
menit.”

d. Kerja
“bagaimana kebiasaan makan bapak B selama ini?

“sebelum makan kita harus mencuci tangan pakai sabun. Ya mari


kita praktekkan!”

“bagus setelah kita duduk dan ambil makan, sebelum di santap


kita berdoa dahulu. Silakan tuan yang memimpin”

“mari kita makan, saat kita makan harus menyuap makanan satu
persatu dan pelan pelan, ya ayo sayurnya di makan”

“Setelah kita makan kita bereskan piring dan gelas yang kotor”
“ya kita akhiri dengan cuci tangan”

“ya bagus!”

b) Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak H setelah latihan makan yang baik ?”

2) Evaluasi objektif
“Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan (cuci tangan,
duduk yang baik, ambil makanan, brdoa, makan yang baik, lalu cuci
tangan yang baik)”

3) Kontrak
a. Topik
“Baik pak sekarang bincang bincangnya sudah selesai, bagaimana
kalau besok jam 8 saya kembali lagi untuk latihan kebersihan BAK?
BAB?”
b. Tempat
“Kita akan melakukan di teras depan , bagaimana menurut bapak ?”

“Apakah bapak setuju ? atau ganti di tempat lain ?”

c. Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja.”

d. Rencana tindak lanjut


“Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”

D. SP 4 cara BAK dan BAB dengan baik


a) Orientasi
1. Salam terapeutik
“Selamat pagi bapak H”

2. Evaluasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? sudah dijalankan jadwal
kegiatannya ?”

3. Kontrak
a. Topik
“Hari ini kita akan membicarakan tentang tahapan bagaimana cara
bab atau bak dengan baik”

b. Tempat
“Mari kita duduk di depan teras ?”

c. Waktu
“Sesuai dengan kesepakatan kemaren kita melakukanya selama 10
menit.”
b) Kerja
“Dimana biasanya bapak H berak dan kencing ? benr bapak, berak dan kencing
yang baik di wc, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan saluran
pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak atau kencing di sembarang
tempat yaa, nah sehabis kencing apa yang kita lakukan ? betul sekali, wc
disiram cebok dan cuci tangan. Setelah membersihkan tinja atau air kencing
bapak perlu merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari wc atau kamar
mandi, pastikan resleting celana tertutup rapi lalu cuci tangan dengan
menggunakan sabu.”

c) Terminasi
1) Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak H setelah latihan cara bab dan bak yang
baik ?”

2) Evaluasi objektif
“Coba bapak jelaskan ulang tentan cara bab dan bak yang baik?”

3) Kontrak
a) Topik
“Nah, besok ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauh mana bapak dapat
melakukan jadwal kegiatannya.”

b) Tempat
“Tempatnya di mana pak ? baiklah di sini saja”

c) Waktu
“Waktunya berapa lama pak ? baiklah 10 menit saja.”

d) Rencana tindak lanjut


“Mari masukkan ke jadwal kegiatan harian”

Anda mungkin juga menyukai