Anda di halaman 1dari 21

Tugas : Keperawatan Komunitas II

TUBERKULOSIS

KELOMPOK 3 (A4 2016)

1. Septriana Tabang 8. Syarifa Mahu (NH0116178)


(NH0116160) 9. Wilhelmina Hanasye
2. Shartini Arsyad (NH0116161) (NH0116160)
3. Sindy (NH0116163) 10. Wiwik Damayanti
4. Siti Nazomiah (NH0116166) (NH0116188 )
5. Ramlah Binti Karim 11. Yosinta Tandi Ayu
(NH0116170) (NH0116193)
6. Sri Wahyuningsih 12. Yulinar (NH0116195)
(NH0116171) 13. Abdul Rachman ( NH0116209)
7. Sri yunita (NH0116173)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas topik mengenai KONSEP MEDIS DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELOMPOKMakalah ini dibuat dari beberapa sumber yang penulis
dapat dari buku kesehatan.Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran atau kritik yang
membangun.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.Wassalam.

Makassar, 25 juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................
KATA PENGANTAR................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................
BAB IKONSEP MEDIS............................................................
A. Pengertian.................................................................
B. Klasifikasi ..................................................................
C. Etiologi.......................................................................
D. Patofisiologi...............................................................
E. Manifestasi Klinik.......................................................
F. Komplikasi ................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang............................................
H. Penatalaksanaan.......................................................
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN.........................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Pengertian
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit
parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara
khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit
ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk,
2009).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis).Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium Tubercolosis. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain dari tubuh manusia, sehingga selama ini kasus tuberkulosis yang
sering terjadi di Indonesia adalah kasus tuberkulosis paru/TB Paru (Indriani et al.,
2005).Penyakit tuberculosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobacterium Tubercolosis yang dilepaskan pada saat penderita batuk.Selain manusia,
satwa juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit tuberkulosis kepada manusia melalui
kotorannya (Wiwid, 2005).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens,
ginjal, tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).

B. Klasifikasi
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
a. Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang
jaringan (parenkim) paru.tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
b. Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
1) TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far
advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
2) TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
3) TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
4) TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam kuman
Myobacterium tuberculosae complex adalah :M. Tuberculosae, Varian Asian, Varian
African I, Varian African II, M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari
es).Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan
dapat bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi.Di dalam jaringan, kuman hidup
sebagai parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula
memfagositasi malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril
Bahar,2001).

Cara penularan TB (Depkes, 2006)

1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.


2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam
keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular
pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
D. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit.Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya.Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai
reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa.Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa
dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast,
menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk
jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
ke dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian
lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan
parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan
parut yang terdapat dekat perbatasan rongga bronkus.Bahan perkejuan dapat mengental
sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan
bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat
menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus
dan menjadi tempat peradangan aktif.Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau
pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran
darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis
penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh
sendiri.Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh
darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem vaskular dan tersebar ke organ-
organ tubuh.

E. Manifestasi Klinis
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes,
2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.Tetapi kadang-kadang dapat mencapai
40-41°C.Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali.Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah
pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding
bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan.Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun.Gejala malaise sering ditemukan
berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit
kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas.Gejala malaise
ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
F. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

G. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
a. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -
pagi - sewaktu (SPS).
b. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks,
biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang
sesuai dengan indikasinya.
c. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks
saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru,
sehingga sering terjadi overdiagnosis.
d. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
e. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru.
a. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
b. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode
pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

H. Penatalaksanaan
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) .Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1) Tahap awal (intensif)
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
2) Tahap Lanjutan
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS :

Disebuah Desa Lalousu Kec. Wonggeduku masyarakat yang tinggal di desa tersebut terdapat
beberapa masyarakat yang menderita penyakit Tubekulosis (TBC), dan ada salah satu keluarga
yang kami kaji menderita TBC dan sampai sekarang belum mendapatkan penanganan medis
dikarenankan fasilitas kesehatan yang cukup jauh dari tempat tinggal dan karena factor ekonomi
keluarga yang tidak mencukupi, sehingga keluarga tidak memeriksakan penyakit yang diderita
kepelayanan kesehatan yang ada di daerah tersebut.keluarga pasien juga tidak mampu merawat
lingkungan rumah sehinggah lingkunga sekitar terlihat kumuh,keluarga juga tidak tau bagaimana
peran mereka dalam merawat keluarga.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELOMPOK

Fasilitas YANKES : Puskesmas

Nama pengkaji :Septriana Tabang

Nama kelompok :

No reg :

Tgl pengkajian : 25 juni 2019

Alamat : Jl. Penjernihan raya No.19

N Nam Jenis Pendidika Pekerjaa Agam Suku TTV


o a kelami n n a TD N P S
n
1 Tn. Y L SMA Petani Islam Bugi 120/7 60 2 37.5°c
s 0 4
mmH
g
2 Ny. A P SMA IRT Islam Bugi 110/8 80 2 35,8°c
s 0 0
mmH
g
3 Tn. B L SMA Pelajar Islam Bugi 130/8 70 1 36,3°c
s 0 8
mmH
g
4 Nn. G P SMP Pelajar Islam Bugi 120/8 88 2 36,5°c
s 0 0
mmH
g
5 Ank. P SD Pelajar Islam Bugi 11 2
S s 0 4

N Status Gizi Riwayat Alat Pola Ket. Analisis


o Penyakit Bantu / Lain Masalah
Protesa Kesehatan
TB BB Konjungtiv Olahrag Tidur
a a
1 16 50 Pucat TB - - 1-5 TB
8 jam
2 15 55 Normal Maag - - 1-7 -
0 jam
3 14 50 Normal Hipertensi - - 1-8 -
5 jam
4 14 42 Normal Hipertermi - - 1-8 -
0 jam
5 10 36 Normal Hipertermi - - 1-8 -
0 jam

No Pengkajian Penilaian Gambaran Ket


Ada Tidak Kondisi
A Fasilitas yankes yang tersedia
1. Posyandu ada Tidak lengkap
2. tenaga kesehatan yang ada Kurang
berpraktik
3. Puskesmas dan jaringannya ada Cukup
4. Klinik ada Jauh dari
pemukiman
warga
a. Rumah sakit ada Diperkotaan
b. Lainnya

B Yankes yang dimanfaatkan


1. Imunisasi dasar Tidak Tidak lengkap
2. Imunisasi ibu hamil Ada Lengkap
3. Makanan tambahan Ada -
4. Vitamin tambahan Ada -
5. Pelayanan kesehatan Ada Tidak lengkap
6. Lainnya

C Fasilitas pendidikan
1. Fasilitas pendidikan yang
tersedia untuk kelompok
a. Playgroup - Tidak
b. TK Ada -
c. SD Ada -
d. SMP/MTS Ada -
e. SMA/MA Ada -
f. Universitas/ST - Tidak
g. Lainnya
2. Fasilitas pendidikan yang
dimanfaatkan untuk kelompok
untuk kegiatan penyuluhan Ada -
kesehatan, pembelajaran di
kelompok

D Lingkungan tempat tinggal anggota


1. Sumber air bersih Ada Cukup
2. Dapur umum Tidak -
3. Tempat pembuangan sampah Ada Kurang
4. Sarana MCK (berapa jumlahnya) Ada Cukup
5. Saluran pembuangan limbah Tidak -
6. Lainnya

E Status Ekonomi
1. Sumbangan (asal sumber Ada Kurang
pendapatan)
2. Jenis pekerjaan Petani
3. Rata-rata pendapatan per-bulan Kurang Tidak
menentu
4. Lainnya

F Status Sosial budaya-Spiritual


1. Sarana ibadah Ada -
2. Kegiatan keagamaan Ada -
3. Kepercayaan yang bertentangan Ada -
dengan penanggulangan masalah
kesehatan
4. Kegiatan sosial (kerja bakti, Ada -
arisan, dll)

G Komunikasi
1. Alat komunikasi yang digunakan
sehari-hari
a. Telefon - Tidak
b. Handphone Ada -
c. Faximile - Tidak
d. Lainnya
2. Efektifitas proses komunikasi Ada - Cukup baik
antar anggota dalam kelompok

H Fasilitas rekreasi yang tersedia untuk


kelompok
1. Taman Ada -
2. Pantai Tidak
3. Sarana olehraga Tidak
4. Lainnya

I Kebiasaan / prilaku dalam kelompok


1. Pemeliharaan kebersihan diri Tidak
2. Pengelolaan makanan bersih dan Tidak
sehat

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA


1. Resiko penularan infeksi (penyakit pada anak C berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga memodifikasi lingkugan rumah untuk menyelesaikan
permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup kurag
bersih)
2. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk menangani masalah
pemeliharaan rumah keluargaa
3. Perubahan penampilan peran keluarga terutama Tn “A” b.d ketidak mampuan
keluarga merawat anggota keluarganya yang sakit.

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose Tujuan Tujuan khusus Kriteria Standar Intervensi


keperawatan umum
1 Resiko Setelah 1. Keluarga Respon Langkah 1. Berikan
penularan dilakukuan mampu verban awal yang penjelasan pada
infeksi asuhan mengena dilakukan kelaurga
(penyakit pada keperawata l yaitu mengenai
anak C n maka masalah memberik masalah-
berhubungan kelaurag dalam an masalah yang
dengan ketidak akan memodif informasi dapat
mampuan menunjukka ikasi tentang ditimbulkan dari
keluarga n lingkung masalah tata lingkungan
memodifikasi kemampuan an yang dapat 2. Dukung
lingkugan dalam 2. Keluarga Demostr ditimbulka keluarga untuk
rumah untuk memodifika mampu asikan n dalam mengambil
menyelesaikan si memutus tata keputusan
permasalahan lingkungan kan lingkunga dalam
lingkungan rumah. untuk n melakukan
disekitar melakuk perubahan tata
rumah an ruang rumah
(paparan agen perbahan 3. Intruksikan
infeksi, kondisi tata konsultasi pada
hidup kurag ruang keluarga untuk
bersih) rumah menjaga
hygiene priadi
untuk
melindungi
tubuh terhadap
infeksi
2 Kerusakan Setelah 1. Keluarga Respon Keluarga 1. Bantu keluarga
penatalaksanaa dilakukan mampu verbal dapat mengenal
n pemeliharaan asuhan mengena menyebbu masalah
rumah keperawata l dampak tkan 2. Diskusikan
berhubungan n pada klien situasi kesulitan dengan klien
dengan ketidak untuk pada dalam mengenai rasa
mampuan mempu perubaha melakuka tidak menerima
keluarga menjalanka n peran kondisi
menentukan n perannya 2. Keluarga yang baru 3. Beri penjelasan
keputusan sebagai mampu pada keluarga
yang tepat kepala menggun tentang fungsi
untuk keluarga akan fasilitas dan
menangani fasilitas pelayanan
masalah pelayana kesehatan yang
pemeliharaan n Demostr dapat digunakan
rumah kesehata asikan 4. Diskusikan
keluargaa n sebagai tentang
sarana pelayanan yang
untuk ada sebagi
memutus tempat untuk
kan mendapatkan
masalah solusi masalah
peran keluarga
3 Perubahan Setelah 1. Kleuarga Respon Klien 1. Bantu klien
penampilan dilakukan mampu verbal mempu mengenal
peran keluarga asuhan mengena mengident masalah
terutama Tn keeprawata l ifikasi 2. Tingkatkan
“S” b.d ketidak n keluarga masalah adanya status
mampuan akan pemeliha ancaman pendidikan
keluarga mengerti raan dalam keluarga dengan
merawat cara rumah lingkunga memberikan
anggota memelihara 2. Keluarga Demostr n rumah pendidikan pada
keluarganya lingkungan mampu asikan keluarga tentang
yang sakit. /kesehatan menentu rumah sehat dan
kan lingkungan
tindakan sehat
yang 3. Bantu keluarga
dalam
menciptakan
lingkungan yang
sehat
4. Beri penjelasan
pada keluarga
tentang fungsi
fasilitas dan
pelayanan
kesehatan yang
dapat digunakan
5. Kaji
kemampuan
keluarga dalam
menentukan
pelayakan
kesehatan yang
tepat.

4 Resiko Setelah 1. Klien 1.sosialisasikan pada


bertambah dilakukan mampu anggota keluarga
parahnya asuhan mengkas mengenai jaminan
penyakit kepeawatan es kesehatan untuk
berhubungan pasien kesehata mempermuda pasien
dengan klien mampu n dalam biaya kesehatan.
tidak mampu mengakses 2. Klien 2.membentuk kader
mengakses pelayanan bisa kesehatan dalam desa
pelayanan kesehatan berobat untuk mempermuda
kesehatan dengan secara pasien menerima
mudah rutin dan perawatan secara rutin
teratur

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.

Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan.EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai