KRIMINALITAS KENAKALAN REMAJA GENG MOTOR DI SEMARANG
NAMA: AJENG VITA INGGIYAWATI
NIM, PRODI: 201935019, PMAT A. Analisa Fenomena Sosial Seiring bertambahnya waktu, tumbuh kembang dari remaja pada zaman sekarang sudah tidak dapat dibanggakan lagi. Sebab, banyak sekarang ini kenakalan remaja yang sulit diatasi. Remaja menjadi nakal karena belum mampu melakukan kontrol emosi secara lebih tepat dan mengekspresikan emosi dengan cara-cara yang diterima masyarakat (Lugo dalam Haryono, 1996). Kenakalan remaja yang sedang hangat dibicarakan baik dari segi faktor penyebab dan cara penanggulangannya adalah kenakalan remaja geng motor. Kelahiran geng motor, rata-rata diawali dari kumpulan remaja yang hobi balapan liar dan aksi-aksi yang menantang bahaya pada malam menjelang dini hari di jalan raya. Kelompok geng motor muncul dengan penggunaan kata dan istilah khusus yang hanya dapat dimengerti oleh para anggota geng itu sendiri. Selain heboh karena raungan knalpot dan kebut-kebutannya, geng motor juga sangat meresahkan masyarakat dengan serangkaian kejahatan yang terjadi di Semarang. Kekerasan yang diduga dilakukan geng motor itu, membuat masyarakat di Semarang menjadi resah, karena dalam menjalankan aksinya, kawanan geng motor itu tidak segan melukai korban dengan senjata tajam. Masyarakat mendesak aparat kepolisian, untuk bertindak cepat menangani anggota geng motor yang meresahkan dan melanggar hukum. Antisipasi untuk pencegahan memang perlu dilakukan oleh kalangan kepolisian di kota Semarang, kalangan pendidik, orang tua, dan lingkungan social yang lebih kecil seperti RT/RW dan lingkungan sekolah. B. Teori Sosial Teori yang mendasari kenakalan remaja: 1. Teori Psikologi Sosial Teori Orientasi Kognitif (Cognitive Theory Orientation). Ketidakstabilan psikologi pada remaja dapat menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi persepsi, kondisi, dan tindakan. 2. Teori Kriminologi Sosial a. Teori Kontrol Sosial, geng motor bebas melakukan kejahatan atau penyimpangan tingkah lakunya diakibatkan oleh tidak adanya keterkaitan moral dengan orang tua, sekolah, dan lembaga lainnya yang disebabkan gabungan antara hasil proses belajar dan control social yang tidak efektif. b. Teori Anomie, berasumsi bahwa kelas sosial dan tingkah laku kriminal geng motor saling berhubungan, oleh karena itu, geng motor tidak mempunyai sarana yang sah untuk mencapai tujuannya, sehingga mereka frustasi dan beralih menggunakan sarana yang tidak sah. c. Teori Labelling, penyimpangan yang dilakukan geng motor disebabkan pemberian julukan, cap, etiket, merk yang diberikan oleh masyarakat kepada geng motor tersebut. Geng motor oleh masyarakat umum selalu diidentikkan sebagai kelompok yang brutal, sehingga mereka melakukan perbuatan itu. C. Pembahasan Geng motor tumbuh dan berkembang dikota-kota besar dan bertanggung jawab atas banyaknya kejahatan dalam bentuk pencurian, perusakan milik orang lain dengan sengaja melanggar dan menentang otoritas orang dewasa serta moralitas yang konvensional melakukan tindak kekerasan menteror lingkungan dan lain-lain. Kejahatan dan kenakalan remaja tidak dapat dilepaskan dari konteks kondisi sosial budaya zamannya. Sebab, periode sifatnya khas dan memberikan jenis tantangan khusus kepada generasi mudanya, sehingga anak-anak remaja ini mereaksi dengan cara yang khas pula terhadap stimuli social yang ada. Aktivitas kriminal yang sering dilakukan kenakalan remaja geng motor di Semarang adalah melakukan aksi perampokan dengan membawa senjata tajam yang digunakan mereka saat melakukan aksinya. Aktivitas kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan. Aktivitas tersebut sering dilakukan remaja geng motor di Semarang. Aktivitas ini sering dilakukan pada malam hari. Kebanyakan korbannya adalah ibu-ibu yang mengendarai motor sendirian khususnya di Jalan Sambiroto Raya, Kecamatan Tembalang. Salah satu aksi yang terekam kamera pengintai menyebabkan seorang warga luka parah akibat bacokan senjata tajam dan dirawat di rumah sakit. Upaya orang tua dalam mengatasi kenakalan remaja geng motor di kota Semarang merupakan langkah awal dalam mengatasi aktivitas kriminal yang dilakukan geng motor. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara melakukan pendekatan psikologis yang dilakukan oleh orang tua kepada anak remaja serta diberikan suatu pembinaan. Upaya yang dilakukan masyarakat dalam mengatasi kenakalan remaja geng motor adalah dengan membuat kegiatan-kegiatan positif atau yang bermanfaat kepada anak remaja saat ini agar dapat membandingkan antara perbuatan yang baik dengan yang buruk misalya kegiatan keagamaan, kegiatan masyarakat seperti gotong royong. Upaya yang dilakukan aparat penegak hukum dalam mencegah dan menanggulangi tindak pidana oleh anggota geng motor dilakukan dua upaya, yaitu upaya yang bersifat mencegah (preventif) dan upaya yang bersifat menanggulangi (represif). Upaya preventif, seperti mengadakan operasi kendaraan bermotor setiap malam minggu, melakukan patroli setiap malam, memberikan penyuluhan terhadap anak-anak SMP, SMA, dan SMK. Upaya Represif, seperti melakukan penindakan terhadap anggota geng motor yang melakukan tindak pidana. D. Kesimpulan Adanya komunikasi interpersonal dalam bentuk perhatian, diskusi, motivasi, pemahaman dan apresiasi dilakukan orang tua agar menciptakan pola komunikasi serta anak merasa mendapatkan perlindungan dari orang tuanya dan menghindari mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup. Sebaiknya masalah tindak pidana yang dilakukan oleh kelompok geng motor diatur dalam sebuah Peraturan Daerah yang secara yuridis harus mengacu pada perundang-undangan yang lebih tinggi. E. Daftar Pustaka Muawanah, Lis. Suroso. Pratikto, Herlan. (2012). Jurnal Pesona. Kematangan Emosi, Konsep Diri dan Kenakalan Remaja, 1(1). Kurniawati, Happy. Purwoto. Endah Sri Astuti, A.M. (2017). Diponegoro Law Journal. Tinjaun Yuridis Terhadap Tindak Pidana yang Dilakukan Oleh Anggota Geng Motor Di Wilayah Polrestabes Semarang. 6(1).