Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batu saluran kemih adalah batu yang terdiri dari batu ginjal, batu ureter, batu uretra,
dan batu kandung kemih. Komposisi dari batu saluran kemih ini bisa terdiri dari batu
kalsium, batu struvit, batu asam urat dan batu jenis lainnya yang didalamnya terkandung
batu sistin, batu Xanthin, dan batu silikat. Penyebab tersering terjadinya batu saluran kemih
ini adalah adalah sumbatan pada saluran kemih baik itu terjadi secara herediter maupun
karena faktor dari luar. (Purnomo, 2011 ed.3)
Penyakit batu saluran kemih ini sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman
mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukannnya batu pada kandung kemih
seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia tidak terkecuali
penduduk di Indonesia.  Angka kejadian penyakit ini tidak diberbagai belahan dunia. Di
negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien dengan batu kandung kemih sedangkan
dinegara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini dapat
disebabkan oleh pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. (Purnomo, 2011 ed.3)
Di Amerika Serikat, 5-10 % penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan
diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12 % penduduk yang menderita batu saluran kemih.
Selain infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna, penyakit batu saluran kemih
juga merupakan tiga penyakit terbanyak pada sistem urologi sehingga perlu untuk dipahami
terkait penjelasan maupun faktor resiko terjadinya batu saluran kemih agar penyakit ini
dapat dicegah sedini mungkin. (Purnomo, 2011 ed.3)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi penyakit urolithiasis?
2. Apa etiologi urolithiasis?
3. Apa manifestasi klinik urolithiasis?
4. Bagaimana patofisiologi urolithiasis?

1
5. Apa saja pemeriksaan penunjang urolithiasis?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis urolithiasis?
7. Apa pengkajian keperawatan dari urolithiasis?
8. Bagaimana diagnosa keperawatan urolithiasis?
9. Bagaimana rencana keperawatan urolithiasis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Urolithiasis
2. Untuk mengetahui etiologi dari Urolithiasis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari Urolithiasis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Urolithiasis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Urolithiasis
6. Untuk mengetahui peñatalaksanaan medis dari Urolithiasis
7. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan dari Urolithiasis
8. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan dari Urolithiasis
9. Untuk mengetahui rencana keperawatan Urolithiasis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Urolithiasis adalah batu ginjal (kalkulus) yang merupakan bentuk deposit mineral, paling
umum oksalat Ca2+ dan fosfat Ca2+, namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu.
Meskipun kalkulus ginjal dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini
paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. Batu ginjal dapat tetap asimtomatik
sampai keluar ke dalam ureter dan/atau aliran urine terhambat, potensial untuk kerusakan
ginjal akut. (Doenges, 1999)
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu terbentuk di
traktus ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
asam urat meningkat. Selain itu juga dapat terbentuk oleh defisiensi substansi sitrat yang
secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urine dan status cairan seseorang (batu cenderung terjadi
pada pasien dehidrasi).(Brunner&Suddarth's, 2002)
Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya
bervariasi dari deposit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu
sebesar kandung kemih yang berwarna orange. 
Dapat disimpulkan, urolihtiasis adalah suatu keadaan penyakit pembetukan batu (kalkuli)
pada traktus urinarius yang dapat ditemukan di setiap bagian ginjal hingga kandung kemih
yang terjadi akibat peningkatan kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat, defisiensi
substansi sitrat, perubahan pH urine dan status cairan yang kurang sehingga menyebabkan
terganggunya sistem perkemihan.
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan
urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu
pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika
konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat
meningkat seperti yang telah dijelaskan diatas.
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut
dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan

3
sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar
buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan, pria lebih sering
terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan merupakan hal yang mungkin terjadi.
Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium
oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk
kalkulus (batu ginjal).

B. Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik).  Secara epidemologi terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor
intrinsik, yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor intrinsik yaitu pengaruh
dari lingkungan sekitarnya. (Purnomo,2011 ed.3)
a. Faktor Intrinsik
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya
2. Umur : sering pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : pasien laki-laki lebih banyak dari perempuan
4. Gangguan Metabolik : Hiperparatiroididsme, Hiperkalsiuria, Hiperuresemia.
b. Faktor Ekstrinsik
1. Geografi : beberapa daerah menunjukan kejadian batu saluran kemih yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal dengan  stone belt (sabuk batu) sedangkan daerah
bantu afrika selatan tidak dijumpai batu saluran kemih
2. Iklim dan temperature
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih
4. Diet : diet banyak purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit batu
saluran kemih
5. Pekerjaan : sering dijumpai pada klien dengan pekerjaan banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life

4
Etiologi berdasarkan klasifikasi : (Turk, C, T. Knoll, A petrik, K. Sarika, C. Seitz, A.
Skolarikos, M. Straub, 2013 Urolithiasis):
1. Batu non infeksi : kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat
2. Batu infeksi : Magnesium ammonium fosfat, karbonat apatit, ammonium urat
3. Batu genetic : Cystine, Xanthin, 2.8-dihidroxy-adenin
4. Batu yang terbentuk karena obat-obatan (drug stone): contoh (indinavir)

C. Manifestasi Klinis
Batu di ginjal itu sendiri bersifat asimtomatik kecuali apabila batu tersebut menyebabkan
obstruksi atau timbul infeksi (J. Corwin,  2007). Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus
urinarius bergantung pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat
aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala
ginjal serta ureter proksimal. Iritasi batu yang terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya
infeksi (pielonefritis dan sistitis) yang sering disertai dengan keadaan demam, mengggil dan
disuria.
1. Batu di piala ginjal (Purnomo, 2011)
a.   Menyebabkan rasa sakit yang dalam dan terus-menerus di area kostovertebral.
b.   Dapat dijumpai hematuria dan piuria.
c.   Kolik renal : Nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area
kostovertebral, nyeri pinggang, biasanya disertai mual dan muntah
2. Batu di ureter (Purnomo, 2011)
a. Nyeri luar biasa, akut, kolik yang menyebar ke paha & genitalia
b. Sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasi batu.
3. Batu di kandung kemih (Purnomo, 2011)
a. Nyeri kencing (disuria) hingga stranguri
b. Perasaan tidak enak sewaktu kencing
c. Kencing tiba-tiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi
tubuh
d. Nyeri pada saat miksi seringkali dirasakan pada ujung penis, skrotum, perineum,
pinggang, sampai kaki.

5
4. Batu di uretra (Purnomo, 2011)
a. Miksi tiba-tiba berhenti hingga terjadi retensi urin
Nyeri dirasakan pada glans penis atau pada tempat batu berada. Batu yang berada pada
uretra posterior, nyeri dirasakan di perineum atau rektum
b. Batu yang terdapat di uretra anterior seringkali dapat diraba oleh pasien berupa benjolan
keras di uretra pars bulbosa maupun pendularis atau kadang-kadang tampak di meatus
uretra eksternal

D. Patofisiologi
Tugas utama ginjal adalah mengeluarkan produk samping metabolisme yang meliputi
kalsium, oksalat, dan asam urat. Ketika konsentrasi mineral tersebut meningkat, maka batu
dapat terbentuk di traktus urinarius. Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran
kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin),
yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Ada tidaknya zat inhibitor dalam urin, seperti
magnesium, pirofosfat, sitrat dan substansi lain juga menjadi faktor yang menentukan dalam
pembentukan batu, karena substansi tersebut secara normal mencegah kristalisasi dalam urin
(Smeltzer et. al, 2002).
Pembentukan batu urinarius juga dapat terjadi pada penyakit inflamasi usus dan pada
individu dengan ileostomi atau reseksi usus, karena individu ini mengabsorbsi oksalat secara
berlebihan. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun
anorganik yang terlarut di dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan
metastable (tetap terlarut) dalam urin, jika tidak ada keadaan tertentu yang menyebabkan
terjadinya presipitasi kristal.
Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang
kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar. Meskipun ukuranya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Oleh karena itu, agregat kristal menempel pada
epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal) dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan
pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih. Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid didalam urin,

6
konsentrasi solut didalam urin, laju aliran urin didalam saluran kemih, atau danya korpus
alineum didalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu (Purnomo 2011).
Apabila volume urin sedikit, bahan tersebut membuat urin sangat jenuh hingga terbentuk
kristal, sedangkan pH urin dan status cairan klien dapat mempengaruhi laju pembentukan batu
karena batu cenderung terjadi pada klien dehidrasi. Selain karena urin sangat jenuh,
pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya
atau pada individu yang stasis karena imobilitas (Chang 2009).
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal (hidronefrosis) dan ureter proksimal (hidroureter). Ada
pula beberapa batu yang menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal, sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan
ketidaknyamanan. Nyeri yang berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita ke bawah mendekati kandung kemih, sedangkan pada pria mendekati testis. Bila nyeri
mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebral dan muncul mual
dan muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal (Smeltzer et. al, 2002).
Jenis nyeri ini disertai dengan  rasa sakit menetap di daerah kostovertebral (titik di bagian
pungggung yang berhubungan dengan iga ke-12 dan tepi lateral muskulus sakrospinalis).
Gejala gastrointestinal seperti diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi akibat dari
refleks renointestinal dan proksimal anatomik ginjal ke lambung, pankreas dan usus besar.
Gejala kolik ginjal dapat sangat hebat hingga timbul respon saraf simpatik berupa mual,
muntah, kulit pucat, dingin dan lembab (Chang, 2009).
Batu yang terjebak di ureter menyebabkan gejala kolik ureteral berupa gelombang nyeri
yang luar biasa, akut dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Rasa nyeri hebat dan
bersifat hilang timbul karena spasme yang terjadi pada ureter ketika berupaya untuk
mendorong batu turun (Chang 2009).
Klien sering merasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya
mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Inflamasi kontinu akibat permukaan batu yang
kasar dapat mengakibatkan infeksi ginjal (pielonefritis) atau kandung kemih (sistitis) sehingga
timbul demam, menggigil, sering berkemih, hematuria, rasa sakit dan terbakar ketika
berkemih. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi
urin (Smeltzer et. al, 2002).

7
Jika batu berukuran kecil, dapat keluar tanpa gejala apa pun, namun jika ukurannya besar,
dapat menimbulkan obstruksi dan trauma. Umumnya klien akan mengeluarkan batu dengan
diameter 0,5 sampai 1 cm secara spontan. Batu dengan diameter lebih dari 1 cm biasanya
harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat diangkat atau dikeluarkan secara spontan
(Smeltzer et. al, 2002).
Purnomo (2011) Menjelaskan dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar urologi”
mengenai teori pembentukan batu saluran kemih. Secara teoritis batu dapat berbentuk
diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran
urin (statis urin) yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis seperti pada
hiperplasia benigna prostat, striktura dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan
yang memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu tersebut terdiri atas kristal-kristal yang
tersusun bahan-bahan organik dan anorganik yang terlarut dalam urin.
Terbentuk atau tidaknya batu saluran kemih juga ditentukan oleh adanya keseimbangan
antara zat pembentuk batu dan inhibitor, yaitu zat yang mampu mencegah timbulnya batu.
Dikenal beberapa zat yang dapat menghambat terbentuknya batu saluran kemih yang bekerja
mulai dari proses reabsorbsi kalsium dalam usus, proses pembentukan inti batu atau Kristal,
proses agregasi kristal hingga retensi kristal.

Terdapat beberapa teori dan faktor yang mempengaruhi pembentukan batu pada saluran
kemih menurut Stoller (2000) di antaranya:
1) Teori Fisika Kimiawi
Disebabkan adanya proses kimia, fisika, maupun gabungan fisika kimiawi adalah prinsip
dari teori ini. Terjadinya pembentukan batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan
pembentuk batu disaluran kemih. Berdasarkan faktor risiko terdapat beberapa teori
pembentukan batu secara fisika dan kimiawi yaitu:
(1)  Teori Nukleus atau Supersaturasi
Kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada urin yang
sudah mengalami supersaturasi sehingga terjadi kristalisasi batu. Syarat terjadi
pengendapan atau dasar terpenting dalam pembentukan batu adalah supersaturasi
urin dengan garam-garam pembentuk batu (Manuputty 2011).

8
(2)  Teori Matriks
Menurut Manuputty (2011) Terdapat matriks organik yang berasal dari serum atau
protein-protein urin yang berasal dari pemecahan mitokondria sel tubulus renalis
juga memberikan kemungkinan terjadinya pengendapan kristal.
(3)  Teori Inhibitor Kristaliasasi
Terdapat substansi dalam urin yang menghambat terjadinya kristalisasi. Substansi
tersebut meliputi peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam
mukopolisakarida, sehingga jika substansi tersebut berkurang maka akan
mempengaruhi terjadinya kristalisasi yang mengakibatkan terjadinya batu saluran
kemih.
(4)  Teori Epitaksis
Merupakan batu campuran yang terjadi karena kristal menempel pada kristal lain
yang berbeda kemudian membesar. Proses ini disebut juga nukleasi heterogen.
Kasus yang paling sering terjadi adalah menempelnya kristal kalsium oksalat pada
kristal asam urat.
(5)  Teori Kombinasi
Batu saluran kemih dianggap oleh para ahli terbentuk berdasarkan campuran teori
yang ada.
(6)  Teori Infeksi
Pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Pengaruh infeksi terhadap
pembentukan batu saluran kemih dipengaruhi oleh pH air kemih >7 dan
terbentuknya magnesium ammonium fosfat (batu struvit) akibat reaksi sintesis
ammonium dengan molekul fosfat dan magnesium. Selain itu adanya bakteri
berukuran kecil yang hidup dalam darah, ginjal, dan air kemih yang tergolong gram
negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dinding bakteri tersebut membentuk
cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan membentuk inti batu kemudian kristal
kalsium oksalat menempel dan lama kelamaan akan membesar.
2)   Teori Vaskuler
Stoller mengajukan teori vaskuler karena pada penderita didapat penyakit hipertensi dan
kadar kolesterol darah yang tinggi.
(1) Hipertensi

9
Aliran darah pada papilla ginjal berbelok 180 derajat dan aliran darah berubah dari aliran
luminar menjadi turbulensi yang berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium
papilla pada klien hipertensi yang disebut kalsifikasi ginjal yang dapat berubah menjadi
batu. Selain itu, pada kondisi hipertensi juga menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
sehingga berdampak pada obstruksi pembuluh darah yang memicu agregasi batu.
(2) Diabetes mellitus (DM)
Penyakit DM juga bisa menyebabkan urolithiasis karena pada penyakit ini
mengakibatkan viskositas darah meningkat sehingga darah menjadi semakin kental. Hal
ini yang mengakibatkan mudahnya zat-zat asing mengalami kristalisasi sehingga
terbentuk batu.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium:
a. Urinalisa : warna urin berubah kuning, coklat gelap, berdarah menunjukan SDM, SDP,
Kristal (sistin, as. Urat, kalsium oksalat), serpihan, mineral, bakteri, pus, pH asam, dan
alkalinm (meningkatkan magnesium, fosfat, ammonium, atau batu kalium fosfat)
b. Urine 24 jam : terjadi peningkatan kreatinin, as. Urat, kalsium, fosfat, oksalat, ataupun
sistin.
c. Dapat terjadi indikasi ISK (staphilococus aureus, proteus, klebsiela, pseudomonas)
d. Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan infeksi/ septicemia
e. Hb/ht: abnormal boila pasien dehidrasi nitrat atau polisitemia terjadi mendorong
prespitasi pemadatan ataupun anemia akibat perdarahan karena disfungsi ginjal.
f. Hormone paratiroid mungkin meningkat bila terjaci gagal ginjal.pth merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
2. Foto polos abdomen
Tujuan pembuatan foto polos abdomen adalah untuk melihat kemungkinan adanya batu
radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsiumfosfat bersifat
radioopak dan paling sering dijumpai pada diantara batu-baru jenis lain sedangkan batu
asam urat sifatnya non opak atau radio lusen. 
3. Pielografi intravena (IVP)

10
Tujuannya menilai keadaan anatoni dan fungsi ginjal serta mendeteksi adanya batu semi
opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum
dapat menjelaskan keadaan system kandung kemih akibat adanyapenurunan fungsi ginjal
sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograde.
4. Ultrasonografi
5. CT- Scan
Mengidentifikasi dan menggammbarkan kalkuli dan masa lain : ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.
6. Sistoureterokopi untuk memvisualisasikan secara langsung kandung kemih dan ureter dapat
menunjukan batu dan atau defek obstruksi.
7. Ultrasound untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penatalaksanaan ini adalah untuk menghilangkan batu, mencegah
kerusakan nefron, dan mengendalikan infeksi, serta mengurangi obstruksi yang terjadi. 
Ada beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada batu saluran empedu diantaranya:
1. Terapi konservatif
1) Terapi diet
Terapi diet ini terdiri dari terapi nutrisi dan terapi cairan. Terapi nutrisi berperan
penting dalam mencegah batu renal. Masukan cairan yang adekuat serta menghindari
makanan tertentu dalam diet juga dapat mencegah pembentukan batu. Setiap klien yang
memiliki riwayat batu renal harus minum paling sedikit 8 gelas air (+ 2-3 liter) dalam
sehari untuk mempertahankan urin encer, kecuali dikontraindikasikan. Natrium selulosa
fosfat telah diteliti lebih efektif dalam mencegah batu kalsium.  
Adapun makanan yang harus dihindari atau dibatasi antara lain:
(1) Makanan kaya vitamin D meningkatkan reabsorbasi kalsium;
(2) Garam meja dan makanan tinggi natrium, karena Na + bersaing dengan Ca2+ dalam
`reabsorbasinya diginjal.
(3) Makanan yang banyak mengandung purin penyebab asam urat adalah JAS BUKET
(Jerohan, Alkohol, Sarden, Burung dara, Unggas, Kaldu, Emping, dan Tape), maupun
BENJOL (Bebek, Emping, Nangka, Jerohan, Otak, dan Lemak).

11
Menurut Brunner And Suddarth (2002) Daftar makanan dan minuman yang harus dihindari
adalah sebagai berikut:
1)   Produk susu : Semua jenis keju, susu dan produk susu lainnya, krim asam.
2)   Daging, ikan.
3)   Sayuran : Lobak, bayam, buncis, seledri, kedelai.
4)   Buah : Kismis, semua jenis beri, anggur.
5)   Roti : Roti murni, gandum, catmeal, beras merah, jagung giling, sereal.
6)   Minuman : Teh, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua minuman yang dibuat dari
susu atau produk susu.
2) Terapi Farmakologi
(1) Antispasmodik
Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter.
(2) Antibiotik
Pemberian antibiotik dilakukan apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah dikeluarkan, batu ginjal
dapat dianalisis dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya. Urin yang asam harus dibuat basa dengan preparat sitrat
(Chang 2009).
(3) Analgesik
Opioid (injeksi morfin sulfat, petidin hidroklorida) atau obat AINS (NSAID’s) seperti
ketorolak dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri.
3)   Terapi Kimiawi
(1) Mempertahankan pH urin agar tidak terjadi kristalisasi batu
a. NaCO3-   : Membuat urin lebih alkali pada asam
b. Asam Askorbat : Membuat urin lebih asam pada alkali pencetus
(2) Mengurangi ekskresi dari substansi pembentuk batu
a. Diuretik (tiazid) : Menurunkan eksresi kalsium ke dalam urin dan menurunkan kadar
parathormon. Efek samping gangguan metabolik, dermatitis, purpura.
b. Alupurinol (zyloprim) : Mengatasi batu asam dengan menurunkan kadar asam urat
plasma dan ekskresi asam urat ke dalam urin. Efek samping mual, diare, vertigo,
mengantuk, sakit kepala.

12
4)   Herbal
Jus kulit manggis dan daun sirsak penghancur batu ginjal paling ampuh tanpa
menimbulkan efek samping. Daun sirsak berfungsi sebagai diuretik alami penghambat
terjadinya pembentukan batu yang baru dan penghancur batu yang telah terbentuk dengan
sangat efektif. Selain itu juga sebagai antioksidan yang sangat tinggi berguna untuk
meningkatkan daya tahan tubuh serta dapat mencegah infeksi dan melancarkan peredaran
darah sehingga urin (hasil buangan akhir lebih sempurna). Serta banyak lagi kandungan
daun sirsak seperti acetogenin, annocatin, annocatalin, annohexocin. annonacin,
annomuricin, anomourine, anonol, caclourine, gentisic acid, gigantetronin, linoleid acid,
muricapentosin yang sangat baik untuk penderita batu ginjal.
Selain daun sirsak, khasiat kulit manggis tidak kalah pentingnya. Kulit manggis
mengandung suatu senyawa xanthone, yaitu zat antioksidan yang dapat melawan radikal
bebas. Senyawa ini baik untuk mengikis endapan di dalam tubuh seperti batu ginjal,
leburan batu ginjal akan terbuang bersama aliran urin.
2.    Terapi Non Invasif
1) Pelarutan Batu
Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah jenis batu asam urat. Batu ini hanya terjadi pada
keadaan pH air kemih yang asam (pH 6,2) sehingga hanya dengan pemberian Natrium
Bikarbonat (NaCO3-) disertai dengan makanan alkalis maka batu akan larut bersama urin.
Namun, beberapa penelitian telah membuktikan bahwa dengan pemberian NaCO 3-
bersamaan Allopurinol akan memberikan hasil yang baik dengan menurunkan kadar
asam urat air kemih.
Batu struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan
pengobatan dengan pengasaman kemih dan pemberian antiurease. Bila terdapat kuman,
harus segera ditindaklanjuti. Akan tetapi, infeksi pada urolithiasis sukar dihilangkan
karena kuman ini berada di dalam batu yang tidak pernah dapat dicapai oleh antibiotik.
Solutin G merupakan obat yang dapat diberikan langsung ke batu di kandung kemih.
Selain Solutin G. juga dipakai obat Hemiasidrin untuk batu di ginjal dengan cara irigasi,
tetapi hasilnya kurang memuaskan kecuali untuk batu sisa pasca bedah yang dapat
diberikan melalui nefrostomi yang terpasang. Kemungkinan penyulit dengan pengobatan
seperti ini adalah intoksikasi atau infeksi yang lebih berat (Sjamsuhidajat 2004).

13
2)   Penghancuran batu (Litotripsi)
Batu kandung kemih dapat dipecahkan dengan memakai litotriptor secara
mekanis melalui sistoskopi atau dengan memakai gelombang elektrohidrolik atau
ultrasonik. Sedangkan untuk batu ureter, digunakan ureteroskopi dan batu dapat
dihancurkan memakai gelombang ultrasonik, elektrohidrolik, atau sinar laser. Beda
halnya dengan batu ginjal yang menggunakan litotripsi dilakukan dengan bantuan
nefroskopi perkutan untuk membawa transduser melalui sonde ke batu yang ada di ginjal.
Cara ini disebut nefrolitotripsi perkutan.
Terapi yang sering dipakai pada kasus ini adalah Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy (ESWL). Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL) adalah prosedur
dimana batu ginjal dan ureter dihancurkan menjadi fragmen-fragmen kecil dengan
menggunakan gelombang kejut. Terapi non-invasif ini membuat klien terbebas dari batu
tanpa pembedahan ataupun endoskopi. ESWL merupakan alat pemecah batu ginjal
dengan menggunakan gelombang kejut antara 15-22 kilowatt. Meskipun hampir semua
jenis dan ukuran batu ginjal dapat dipecahkan oleh ESWL, namun masih perlu ditinjau
efektifitas dan efisiensi dari alat ini. ESWL hanya sesuai untuk menghancurkan batu
ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta terletak di ginjal atau saluran kemih antara
ginjal dan kandung kemih (kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah jenis batu apakah bisa dipecahkan oleh ESWL atau tidak. Batu
yang keras (misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali
tindakan.
Menurut Sjamsuhidajat (2004) Terdapat 3 teknik yang digunakan untuk membangkitkan
gelombang kejut, yaitu:
1) Elektrohidrolik
Teknik ini paling sering digunakan untuk membangkitkan gelombang kejut. Pengisian
arus listrik voltase tinggi terjadi melintasi sebuah elektroda spark-gap  yang terletak
dalam kontainer berisi air. Pengisian ini menghasilkan gelembung uap, yang membesar
dan kemudian pecah, membangkitkan gelombang energi bertekanan tinggi.
2) Pizoelektrik

14
Pada teknik ini, ratusan sampai ribuan keramik atau kristal pizo dirangsang dengan denyut
listrik energi tinggi. Ini menyebabkan vibrasi atau perpindahan cepat dari kristal sehingga
menghasilkan gelombang kejut.
3) Elektromagnetik
Aliran listrik di alirkan ke koil elektromagnet pada silinder berisi air. Lapangan magnetik
menyebabkan membran metalik di dekatnya bergetar sehingga menyebabkan pergerakan
cepat dari membran yang menghasilkan gelombang kejut.

Indikasi ESWL:
1.   Ukuran batu antara 1-3 cm atau 5-10 mm dengan gejala yang mengganggu.
2.   Lokasi batu di kaliks ginjal atau ureter distal
3.   Tidak adanya obstruksi ginjal distal dari batu
4.   Kondisi kesehatan klien memenuhi syarat (lihat kontraindikasi ESWL)
5.   Ukuran batunya tidak >10mm
6.   Terfiksir di saluran kemih
Kontraindikasi ESWL:
1.   Kontraindikasi Absolut
Adanya ISK akut, gangguan perdarahan yang tidak terkoreksi, kehamilan, sepsis serta
obstruksi batu distal.
2.   Kontraindikasi Relatif
Kontra indikasi relatif untuk terapi ESWL adalah:
1)   Status mental, meliputi kemampuan untuk bekerja sama dan mengerti prosedur.
2)   Berat badan >300 lb (150 kg) tidak memungkinkan gelombang kejut mencapai batu,
karena jarak antara F1 dan F2 melebihi spesifikasi lithotriptor. Pada klien seperti ini
sebaiknya dilakukan simulasi lithotriptor terlebih dahulu
3)   Klien dengan deformitas spinal atau orthopedik, ginjal ektopik dan atau malformasi
ginjal (meliputi ginjal tapal kuda) mungkin mengalami kesulitan dalam pengaturan posisi
yang sesuai untuk ESWL. Selain itu, abnormalitas drainase intrarenal dapat menghambat
pengeluaran fragmen yang dihasilkan oleh ESWL
4)   Masalah paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya dan dapat diatasi dengan
anestesi.

15
5)   Klien dengan pacemaker  aman diterapi dengan ESWL, tetapi dengan perhatian dan
pertimbangan khusus.
6)   Klien dengan riwayat hipertensi, karena telah ditemukan peningkatan insidens
hematom perirenal pasca terapi.
7)   Klien dengan gangguan gastrointestinal, karena dapat mengalami eksaserbasi pasca
terapi walaupun jarang terjadi.
Persiapan sebelum ESWL:
1.    Harus melalui serangkaian pemeriksaan laboratorium baik darah maupun urin untuk
melihat fungsi ginjal, jenis batu, dan kesiapan fisik klien
2.    Pemeriksaan yang paling penting adalah rontgen atau USG untuk menentukan lokasi batu
dan kemungkinan jenisnya
3.    Berikan analgesik untuk sedikit ringan
4.    Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi dan puasa minimal 4 jam sebelumnya.
Tindakan pasca ESWL:
1)   Evaluasi pemecahan dapat diketahui langsung (real time) baik dengan x ray dan atau USG
2)   Hidrasi yang baik untuk memperlancar keluarnya batu yaitu minimal 2 liter air sehari.
3)   Berikan Health Education mengenai keadaan nyeri saat post tindakan karena pecahan batu
keluar spontan bersama urin terkadang sedikit tidak nyaman waktu kencing.
4)  Jika dianjurkan untuk analisa maka pecahan batu dikumpulkan untuk dianalisa dalam
melihat komposisi batu dengan cara disaring untuk mencegah relaps.
3.    URS (Ureter Resection Cytoscopy/ Ureterorenoskopi)
Ureteroskopi adalah pengembangan dari sistoskopi dan berangsur-angsur menjadi bentuk
teknik utama untuk diagnosis dan terapi kelainan di dalam ureter atau bahkan dengan
ureterorenoskop fleksibel dapat dicapai semua kaliks dalam ginjal. Ureteronoskopi (URS) atau
ureteropieloskopi adalah tindakan endoskopi ureter sampai pelvis renalis dengan menggunakan
alat ureteroskop atau ureterorenoskop, dan digunakan untuk tujuan diagnostik dan intervensi
terapetik. Sebenarnya URS merupakan pengembangan dari teknik sistoskopi. Alat URS dapat
dimasukkan secara retrograde lewat orifisium ureter atau secara antegrade melalui trek
nefrotomi.
URS adalah alat pemecah batu saluran kemih yang menggunakan power ultrasonik atau
pneumatik. URS merupakan tindakan invasif secara minimal. Geratan yang digunakan high

16
frequency sehingga hanya akan merusak batu namun aman bagi jaringan lunak. URS ini
berguna untuk pemeriksaan batu yang letaknya di saluran kemih bagian bawah ureter dan
kandung kemih. Cara penggunaan alat ini dimasukkan melalui penis.
Pada prosedur URS suatu endoskopi semi rigid atau fleksibel dimasukkan ke dalam ureter
bagian lewat buli-buli di bawah anastesi umum atau regional. Dengan ureteroskop yang
flaksibel dapat mencapai batu dalam kaliks ginjal dan dapat dapat diambil atau dihancurkan
dengan semua elektrohidroulik atau laser.
Indikasi URS yaitu besar batu > 4mm sampai 15mm.

4.    Metode Endurologi


Bidang endourologi menggabungkan keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan dilakukan dan
nefroskopi dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam parenkim renal.
Batu dapat diangkat dengan forceps atau jaring, tergantung dari ukurannya.
5.    Pengangkatan batu dengan pembedahan terbuka
Jika lokasi batu di dalam ginjal, pembedahan dapat dilakukan dengan nefrolitotomi, atau
nefrektomi jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Pembedahan yang
sering dilakukan dengan laparoskopi. Pembedahan jenis ini digunakan untuk mengambil batu
saluran kemih. Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter diantaranya bedah
terbuka:
1)   Pielolitotomi atau nefrolitotomi : mengambil batu di saluran ginjal
2)   Ureterolitotomi : mengambil batu di ureter.
3)   Vesikolitotomi : mengambil batu di vesica urinaria
4)   Ureterolitotomi : mengambil batu di uretra.

G. Pengkajian
1. Identitas Klien : terdiri dari nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, agama, suku bangsa klien dan penanggung jawabnya .
2. Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama

17
Keluhan dari klien bergantung pada posisi atau letak batu, ukuran batu, dan penyulit
yang ada. Nyeri akibat adanya peningkatan tekanan hidrostatik di daerah abdomen bagian
bawah yakni berawal dari area renal meluas secara anterior dan pada wanita ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. Nyeri yang dirasakan
bisa berupa nyeri kolik atupun non kolik. Nyeri kolik hilang timbul akibat spasme otot
polos ureter karena peningkatan aktivitas untuk mengeluarkan batu. Sedangkan nyeri non
kolik terjadi akibat peregangan kapsul ureter karena hidronefrosis atau infeksi pada
ureter. Apabila urolithiasis disertai dengan adanya infeksi maka demam juga akan
dikeluhkan. Keluhan kencing seperti disuria, retensi urin atau gangguan miksi lainnya
dikeluhkan klien saat pertama datang ke tenaga kesehatan.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien awalnya mengeluhkan perubahan gangguan eliminasi urin yang dialami (oliguria,
disuria, hematuria). Biasanya seiring berjalannya waktu dan tingkat keparahan penyakit
maka nyeri mulai dirasakan dan nyeri ini bersifat progresif. Respon dari nyeri itu sendiri
yakni munculnya gangguan gastrointestinal, seperti keluhan anoreksia, mual, dan muntah
yang menimbulkan manfestasi penurunan asupan nutrisi umum. Mengkaji berapa lama
dan berapa kali keluhan tersebut dirasakan, apa yang dilakukan, kapan keluhan tersebut
muncul adalah penting untuk mengetahui riwayat perjalanan penyakit.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat batu ginjal sebelumnya, riwayat mengalami gangguan haluaran urin
sebelumnya, riwayat ISK, riwayat hiperkalsemia ataupun hiperkalsiuria, riwayat
hiperparatiroidisme, riwayat penyakit kanker (berhubungan dengan adanya malignansi),
dan riwayat hipertensi yang bisa menjadi faktor penyulit pada kasus urolithiasis,
penderita osteoporosis yang menggunakan obat dengan kadar kalsium yang tinggi.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pernah menderita urolithiasis, adanya riwayat ISK, riwayat hipertensi, riwayat
kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, gout, riwayat penyakit usus halus, riwayat
bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
3. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala dan leher: Kepala normal dan bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada keterbatasan gerak leher.

18
2) Mata : Mata normal
3) Hidung : Hidung normal, jalan nafas efektif, tidak menggunakan pernapasan cuping
hidung.
4) Telinga : Fungsi pendengaran kien baik.
5) Mulut dan gigi : mukosa bibir kering atau lembab, tidak ada peradangan pada mulut,
mulut dan lidah bersih.
6) Dada
(1) Inspeksi : Dada klien simetris.
(2) Palpasi : Dada klien simetris tidak ditemukan adanya benjolan.
(3) Perkusi : Tidak ditemukan adanya penumpukan sekret, cairan atau darah di daerah
paru.
(4) Auskultasi : Suara napas normal, dan terdengar suara jantung.
7) Abdomen
(1) Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit baik.
(2) Auskultasi : Peristaltik usus 12x/menit
(3) Palpasi : Adanya nyeri tekan pada abdomen kiri bawah
(4) Perkusi : -
8) Genetalia : Hasil pengkajian keadaan umum dan fungsi genetalia tidak ditemukan adanya
keluhan atau kelainan bentuk anatomi.
9) Pola Aktifitas : Perkejaan yang dilakukan monoton seperti sopir bus.
10) Pola Sirkulasi : Adanya peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit hangat
dan kemerahan, pucat.
11) Pola Eliminasi : Riwayat adanya ISK Kronis atau obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Terjadi penurunan haluaran urin yang ditandai dengan adanya rasa seperti terbakar, oliguria,
hematuria, piuria, perubahan pola berkemih.
12) Pola intake makanan dan cairan : Klien mual dan muntah, nyeri tekan pada abdomen.
Diet rendah purin, kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak
minum air dengan cukup yang ditandai dengan distensi abdomen, penurunan suara bising
usus.
13) Nyeri: Terjadi secara akut atau bisa juga terjadi nyeri kronik. Lokasi nyeri tergantung
pada lokasi batu, contoh pada panggul di region sudut kostovetebral (CVA) dan dapat

19
menyebar ke seluruh punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha serta genitalia. Nyeri
dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain yang ditandai
dengan perilaku distraksi, terjadi demam dan menggigil.

H. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada semua data pengkajian, diagnosa keperawatan pada pasien batu renal
mencakup yang berikut :
a. Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agens cedera biologis.
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099) berhubungan dengan sumber daya
tidak cukup (pengetahuan).

I. Rencana Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan 1.Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan dengan tindakan a. Lakukan pengkajian nyeri
agens cedera biologis. keperawatan komprehensif.
diharapkan pasien b. Pastikan perawatan analgesik
mampu bagi pasien dilakukan dengan
menunjukkan pemantauan yang ketat.
penurunan tingkat c. Gali pengetahuan dan
nyeri (2102) kepercayaan pasien mengenai
dengan kriteria hasil nyeri
: d. Gali bersama pasien faktor-faktor
yang dapat menurunkan atau
a. Nyeri yang
memperberat nyeri.
dilaporkan (5)
e. Dorong pasien untuk memonitor
b. Panjangnya
nyeri dan menangani nyerinya
episode nyeri (5)
dengan tepat.
c. Menggosok area

20
yang terkena 2. Akupressur (1320)
dampak (5) a. Lakukan skrining untuk
d. Mengerang dan mengetahui indikasi
menangis (5) b.Putuskan apa (jenis) akupressur
e. Ekspresi nyeri yang dapat diaplikasikan untuk
wajah (5) penanganan pada individu
f. Tidak bisa tertentu.
beristirahat (5) c.Tentukan tingkat kenyamanan
g. Mengerinyit (5) psikologis individu dengan
melakukan sentuhan.
d. Tentukan hasil yang diharapkan.
e.Tentukan titik tekan untuk
Keterangan :
menstimulasi, tergantung hasil
(1) : Sangat yang diharapkan.
Terganggu 3. Pemberian Analgesik (2210)
(2) : Banyak a.Tentukan lokasi, karakteristik,
Terganggu kualitas dan keparahan nyeri
(3) : Cukup sebelum mengobati pasien.
Terganggu b.Cek perintah pengobatan meliputi
(4) : Sedikit obat, dosis, dan frekuensi obat
Terganggu analgesik yang diresepkan.
(5) : Tidak c.Cek adanya riwayat alergi obat.
Terganggu d.Evaluasi kemampuan pasien
untuk berperan serta dalam
pemilihan analgetik, rute dan
dosis dan keterlibatan pasien,
sesuai kebutuhan.
e.Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik yang sesuai ketika lebih
dari satu diberikan.
4. Manajemen Lingkungan :

21
Kenyamanan (6482)
a.Tentukan tujuan pasien dan
keluarga dalam mengelola
lingkungan dan kenyamanan yang
optimal.
b.Mudahkan transisi pasien dan
keluarga dengan adanya
sambutan hangat di
lingkungannya yang baru.
c.Pertimbangkan penempatan
pasien di kamar dengan beberapa
tempat tidur.
d.Cepat bertindak jika terdapat
panggilan bel, yang harus selalu
dalam jangkauan.
e.Hindari gangguan yang tidak
perlu dan berikan untuk waktu
istirahat.
5. Aplikasi Panas/Dingin (1380)
a. Jelaskan penggunaan (aplikasi)
panas atau dingin, alasan
perawatan, dan bagaimana hal
tersebut akan mempengaruhi
gejala pasien.
b.Skrining kontra indikasi (pasien)
terhadap (suhu) dingin atau
panas.
c.Pilih metode stimulasi yang
nyaman dan tersedia.
d.Periksa suhu aplikasi, terutama
ketika menggunakan aplikasi

22
panas.
e.Tentukan durasi aplikasi
berdasarkan respon verbal,
perilaku, dan biologis individu.
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Bimbingan Antisipasif (5210)
pemeliharaan keperawatan a. Bantu klien mengidentifikasi
kesehatan (00099) diharapkan pasien kemungkinan perkembangan
berhubungan dengan mampu menunjukkan situasi krisis yang akan terjadi
sumber daya tidak peningkatan dan efek dari krisis yang bisa
cukup ( pengetahuan). pengetahuan : berdampak pada klien dan
promosi kesehatan keluarga.
(1823) dengan kriteria b. Instruksikan klien mengenai
hasil : perilaku dan perkembangan
dengan cara yang tepat.
a. Perilaku yang
c. Berikan informasi mengenai
meningkatkan
harapan-harapan yang realistis
kesehatan (5)
terkait dengan perilaku pasien.
b. Strategi mengelola
d. Pertimbangkan metode yang
stres (5)
biasa digunakan klien dalam
c. Pemeriksaan
pemecahan masalah.
kesehatan yang
e. Bantu klien untuk memutuskan
direkomendasikan
bagaimana masalah dipecahkan.
(5)
2.Peningkatan Koping (5230)
d. Imunisasi yang
a.Bantu pasien dalam
direkomendasikan
mengidentifikasi tujuan jangka
(5)
pendek dan jangka panjang yang
e. Pencegahan dan
tepat.
pengendalian infeksi
b.Bantu pasien dalam memeriksa
(5)
sumber-sumber yang tersedia
f. Perilaku untuk
untuk memenuhi tujuan-
mencegah cedera
tujuannya.
yang tidak disengaja

23
(5) c.Bantu pasien untuk memecah
g. Manajemen tujuan yang kompleks menjadi
keamanan obat- lebih kecil, dengan langkah yang
obatan (5) dapat dikelola.
h. Praktik gizi yang d.Berikan penilaian mengenai
sehat (5) pemahaman pasien terhadap
i. Sumber informasi proses penyakit.
peningkatan e.Gunakan pendekatan yang tenang
kesehatan dan memberikan jaminan.
terkemuka (5) 3.Pendidikan Kesehatan (5510)
a.Targetkan sasaran pada kelompok
berisiko tinggi dan rentang usia
yang akan mendapat manfaat
besar dari pendidikan kesehatan.
Keterangan : b.Identifikasi faktor internal atau
eksternal yang dapat
(1) : Sangat
meningkatkan atau mengurangi
Terganggu
motivasi untuk (ber)perilaku
(2) : Banyak
sehat.
Terganggu
c.Pertimbangkan riwayat individu
(3) : Cukup
dalam konteks personal dan
Terganggu
riwayat sosial budaya individu,
(4) : Sedikit
keluarga dan masyarakat
Terganggu
d.Tentukan pengetahuan kesehatan
(5) : Tidak
dan gaya hidup perilaku saat ini
Terganggu
pada individu, keluarga, atau
kelompok sasaran.
e.Identifikasi karakteristik populasi
target yang mempengaruhi
pemilihan strategi belajar.

1.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Urolithiasis merupakan penyakit batu saluran kemih sedangkan nefrolithiasis merujuk
pada  penyakit batu ginjal. Urolithiasis merujuk pada adanya batu dalam system perkemihan.

25
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolic, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik).  Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius
bergantung pada adanya obsrtuksi, infeksi, dan edema
Untuk penatalaksanaan Urolithiasis  menggunakan beberapa teori, yaitu Konserfatif, terapi
farmakologi dan terapi kimiawi.

B. Saran
Setelah penulis menulis kesimpulan, ada beberapa saran diantaranya sebagai berikut :
1. Seharusnya mahasiswa lebih mendalami masalah mengenai penyakit urolithiasis.
2. Seharusnya mahasiswa tidak hanya mengetahui masalah mengenai penyakit urolithiasis
tetapi juga harus bisa mengimplementasikan dalam memberikan asuhan keperawatan agar
nantinya tidak terjadi kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions 7 Classification 2015-2017 Tenth


Edition. UK NANDA International, Inc.

Borley, P. A. (2006). At a Glance Ilmu Bedah Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga

26
Bulecheck G. et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. Elsevier:
Saunders

Nursalam .2006. Sistem Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika

Pearl, MS., Nakada, SY. 2009. Medical and Surgical Management of Urolithiasis.
Informa: UK

Purnomo, Basuki.2011. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto

27

Anda mungkin juga menyukai