Waris secara umum berarti pemindahan harta dari pihak yang sudah
meninggak kepada orang lain yang merupakan ahli warisnya. Warisan
dalam islam diatur dalam Fiqh atau Hukum Waris islam atau Mawaris
dalam Islam. Hal pesoalan waris bukanlah hal yang sepele karena
dampak yang ditimbulkan jika tidak diatur oleh Allah SWT.
Dalil mengenai harta waris dalam islam ada di dalam Al-Quran Surat
An-Nisaa ayat 11-12 yang cukup detail dibahas dan disampaikan di Al-
Quran.
Anak angkat atau hasil adopsi tidak berhak atau bukanlah sebagai
ahli waris. Dia bukanlah pewaris atau yang berhak untuk
mendapatkannya karena tidak memiliki hubungan sedarah dan yang
lebih berhak adalah keluarga yang bersifat kandung.
Pembagian waris bisa saja diluar dari orang-orang yang sudah Allah
tetapkan dan dengan ketentuan yang sudah dibuat islam asalkan
orang yang meninggal sebelumnya sudah meninggalkan wasiat.
Wasiat ini pun diusahakan dalam bentuk yang sah, legal dan terdapat
saksi atau tanda bukti di dalamnya bukan hanya lisan. Hal ini bisa
digunakan jika ada wasiat sebelum nantinya membagikan harta waris
kepada pewarisnya.
Ibu yang tidak memiliki anak atau cucu laki-laki dari keturunan
anak laki-laki. Ia tidak memiliki dua atau lebih saudara kandung atau
tidak kandung
Saudara perempuan dan laki-laki yang se ibu, tidak memiliki
anak, ayah, atak kakek. Jumlah saudara seibu tersebut adalah dua
oranng atau lebih.
Dari adanya ahli waris yang diketahui dalam islam, maka kita bisa
membagikan harta waris yang ada tanpa muncul perselisihan dan
mengindari fitnah dalam islam. Bagi orang beriman yang menerapkan
ajaran islam akan merasakan manfaatnya yang besar dan tidak
merasa dirugikan sedikitpun oleh aturan yang Allah telah berikan. Hal
tersebut adalah bagian dari fungsi iman kepada Allah. Jika tidak
diyakini sebagai aturan yang benar, maka kita harus berhati-hati hal
tersebut menjadi penyebab amal ibadah ditolak dalam islam.
Mauruus (harta waris), menurut hukum Islam, mauruus adalah harta benda yang
ditinggalkan oleh pewaris yang akan diwarisi oleh para ahli waris setelah diambil untuk
biaya perawatan, melunasi hutang-hutang dan melaksanakan wasiat. Harta peninggalan
ini disebut oleh para faradhiyun disebut juga dengan tirkah.
ان َواأْل َ ْق َرب َ
ُون ِممَّا َق َّل ِم ْن ُه أَ ْو َك ُث َر ۚ َنصِ يبًا ك ْال َوالِدَ ِ ان َواأْل َ ْق َرب َ
ُون َولِل ِّن َسا ِء َنصِ يبٌ ِممَّا َت َر َ ك ْال َوالِدَ ِ
ال َنصِ يبٌ ِممَّا َت َر َ
لِلرِّ َج ِ
َمفرُو ً
ضا ْ