Management Konflik
Disusun Oleh
Tri Nur Arkham Safitri
D0019058
PENDAHULUAN
Melihat fenomena di atas maka penulis tertarik untuk menyusun makalah tentang konflik
serta manajemen konflik. Manajemen konflik yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan individu atau kelompok yang sedang berkonflik.
1.2 Tujuan
1. Mengidentifikasi konflik keperawatan yang terjadi di ruang rawat inap.
2. Mengidentifikasi cara penyelesaian konflik keperawatan yang terjadi di ruang rawat
inap
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kasus
Saya menemukan masalah saat diruangan yaitu ada dua perawat pelaksana yang sedang
berdinas siang, ada 3 perawat yang dinas pada saat itu. Pada saat itu kedua perawat yang
sedang istirahat mengoperkan tindakan yang akan di lakukan pada setengah jam selanjutnya.
Kedua perawat tersebut mengoperkan tindakan tersebut pada perawat yang satunnya. Kedua
perawat itu akhirnya beristrahat dan meninggalkan perawat satunnya. Setelah kedua perawat
tersebut selesai beristirahat mereka menanyakan apakah tindakan tersebut sudah
dilaksanakan? Dan perawat yang ditinggal diruangan menjawab belum karena lupa karna ada
pasien gawat. Akhirnya ketiga perawat itu ribut, saling menyalahkan dan disalahkan. Hal ini
sering terjadi dan kedua perawat tersebut mengeluh jika berdinas dengan perawat tersebut,
hal ini banyak menyebabkan konflik antar perawat. Terlebih di ruanganan jarang sekali
dilakukan pembinaan antar perawat oleh katim, katim hanya melakukan rapat jika ada
laporan adanya masalah.
Dalam masalah ini, cara penyelesaiannya adalah dengan cara musyawarah dengan melibatkan
kepala ruang tersebut dengan melibatkan anggotannya dan mencari solusi bersama agar
masalah tersebut tidak terjadi lagi.
2.3 Pembahasan
Hal yang mendukung dalam manajemen konflik disini adalah kepala ruang yang sangat
kooperatif dalam menanggapi protes yang dilakukan oleh perawat. Sebaliknya, hal yng tidak
mendukung atau menghambat adalah sistem pembagian tugas pasien. Hal dari luar yang
membatu menyelesaikan konflik adalah adanya mahasiswa ners yang dapat membantu yang
memiliki banyak pasien..
a. Pengertian Konflik
Konflik adalah masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan
pendapat, nilai-nilai atau keyakinan dari dua orang atau lebih (Marquis, 2010)
b. Manajemen Konflik
Menurut Sunyoto (2015), manajemen konflik sebagai berikut:
1. Destruktif
Adalah bentuk penanganan konflik dengan menggunakan acaman, paksaan, atau
kekerasan.
2. Konstruktif
Manajemen konflik disebut konstruktif bila dalam upaya menyelesaikan konflik tersebut
kelangsungan hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik masih terjaga dan masih
berinteraksi secara harmonis. Manajemen konflik konstruktif yaitu positive problem
solving yang terdiri dari kompromi dan negosiasi. Negosiasi memiliki sejumlah
karakteristik utama, yaitu :
a. Senantiasa melibatkan orang, baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau
perusahaan, sendiri atau dalam kelompok.
b. Memiliki ancaman di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal
sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi.
c. Menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu, baik berupa tawar menawar (bargain)
maupun tukar menukar (barter).
d. Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah.
e. Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum
terjadi dan kita inginkan terjadi.
f. Ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.
Selain itu pemilihan strategi penyelesaian konflik juga dipengaruhi oleh suasana saat
berkomunikasi. Bila suasana komunikasi terjalin baik, strategi yang bisa digunakan adalah
obliging, integrating, dan compromising. Sebaliknya, bila suasana komunikasi bersifat
defensive, dominating dan avoiding menjadi pilihan (Hassan, B. et al, 2011).Pengaruh
kepemimpinan dalam pemecahan masalah konflik juga bisa dilihat dalam model “CAPI”
yang dirumuskan oleh Shetach (2012). Dengan menerapkan CAPI (Coaleshing Authority,
Power, and Influence) model’sdalam manajemen kelompok, diharapkan pemimpin mampu
menggunakan kekuatan, otoritas, dan pengaruhnya dalam memutuskan strategi penyelesaian
konflik yang tepat.
Dalam hal ini, manajemen konflik yang dilakukan oleh kepala ruang adalah konstruktif,
kepala ruangan mempertemukan kedua belah pihak untuk saling berargumen mencari jalan
keluar bersama. Gaya kepemimpinan yang dipakai oleh kepala ruang adalah demokrasi,
melibatkan kedua belah pihak untuk menyelesaikan masalah. Dan strategi penyelesaian
konflik dalam hal ini adalah kompromi atau negosiasi.
BAB 3
3.1 Kesimpulan
Konflik adalah perselisihan internal yang dihasilkan dari perbedaan ide, nilai-
nilai,keyakinan,dan perasaan antara dua orang atau lebih.Seorang pemimpin memiliki
peran yang besar dalam mengelola konflik yang konstruktif dalam pengembangan,
peningkatan, dan produktivitas suatu organisasi. Gaya kepemimpinan seseorang sangat
mempengaruhi pemilihan strategi penanganan konflik (integrating, obliging, dominating,
avoiding, dancompromising).Salah satu model penyelesaian konflik yang digunakan
adalah Model Rahim (2012), yang terdiri atas proses diagnosis, intervensi, dan evaluasi.
Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan langkah-langkah identifikasi, antara lain
identifikasi batasan konflik, sumber konflik, potensi sumber daya manusia, dan
identifikasi strategi yang akan dilakukan. Proses selanjutnya adalah intervensi. Terdapat
bermacam-macam strategi intervensi konflik, antara lain negosiasi, fasilitasi, konsiliasi,
mediasi, arbitrasi, litigasi, dan forceyang dapat dipilih berdasarkan gaya kepemimpinan
seseorang. Intervensi yang dipilih bersifat sealami mungkin danmampu memperbaiki
keadaandalam suatu organisasi dan meningkatkan proses belajar dan pemahaman
individu atau organisasi dalam menyelesaikan konflik saat ini ataupun yang akan datang.
intervensi juga diharapkan dapat memperbaiki struktur organisasi, seperti dalam hal
mekanisme integrasi dan diferensiasi, hirarki, prosedur, reward system, dan lain
sebagainya. Proses terakhir adalah evaluasi sebagai mekanisme umpan balik terhadap
proses diagnosis dan intervensi yang telah dilakukan.
3.2 Saran
Perlu adanya kegiatan pelatihan dasar kepemimpinan yang berkelanjutan bagi profesi
keperawatan, khususnya sebagai perawat pengelola untuk dapat menerapkan gaya
kepemimpinan yang baik dalam menentukan strategi penyelesaian konflik.
Daftar Pustaka
Ayoko, O.B. & Hartel C.E. (2016). Cultural diversity and leadership “a conceptual model of
leader intervention in conflict events in culturally heterogenous workgroups. Cross Cultural
Management: An International Journal, 13(4), 345-360.
Brewer, N., Mitchell, P., Weber, N. (2012). Genderrole, organizational status, and conflict
management styles. The International Journal of Conflict Management. 13(1), 78-94.
Buckley M.R &Brown J.A. (2015). Barnard on conflicts of responsibility “implications for
today’s perspectives on transformationaland authentic leadership”. Management Decision
Journal,43(10), 1396.
CNO. (2019). Practice Guidelines Conflict prevention and management. Retrieved from: http:/
www.cno.org/global/docs/prac/47004_conflict_prev.pdf.
Arif, Y. (2014). Efektifitas Model Strategi Manajemen Konflik Perawat Pelaksana Terhadap
Produktifitas Kerja Perawat di Rumah Sakit Pendidikan (Disertasi). Depok:
Universitas Indonesia
Marquis, H. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika