Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEFISIT

PERAWATAN DIRI (DPD)

1. Konsep Dasar Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Videbeck (2008) mendefinisikan skizofrenia sebagai gangguan otak kronis

yang dapat mempengaruhi individu sepanjang hidupnya dan kemudian

menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh

dan terganggu. Perilaku-perilaku pada pasien skizofrenia yang sering muncul

dapat mempengaruhi fungsi dalam kehidupan sehari-hari klien. Perilaku-perilaku

pda pasien skizofrenia meliputi gejala positif dan gejala negatif salah satunya

adalah defisit perawatan diri (Videbeck, 2008).

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat

adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas

perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan

merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri,

berhias secara mandiri, dan toileting (Buang Air Besar(BAB)/Buang Air

Kecil(BAK)) ( Damaiyanti, 2012).

Menurut Damaiyanti (2012) Kemampuan adalah suatu bentuk bersikap,

berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan,

sikap dan keterampilan yang dimiliki, sedangkan perawatan diri atau kebersihan

diri merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan

kebersihan baik secara fisik maupun psikologis. Meningkatkan kemampuan

perawatan diri dengan cara mengatasi masalah defisit perawatan diri.

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam

memenuhi kebutuhanya guna mempertahankan hidupnya, kesehatanya dan

1
kesejahteraanya sesuai dengan kondisi kesehatanya. Klien dinyatakan terganggu

perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Aziz dalam

Damaiyanti, 2012).

Defisit perawatan diri merupakan salah satu perilaku pasien skizofrenia

dimana seseorang mengalami gangguan atau hambatan untuk melakukan atau

menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang meliputi defisit mandi, berpakaian,

makan dan eliminasi.

1.1 Etiologi Defisit Perawatan Diri

Menurut DepKes (2000) dalam Dermawan (2013), Penyebab kurang

perawatan diri adalah sebagai berikut:

1.1.1 Faktor predisposisi

Faktor risiko yang dipengaruhi oleh jenis dan jumlah sumber risiko yang

dapat menyebabkan individu mengatasi stres. Faktor ini meliputi perkembangan,

biologis, kemampuan realitas turun, dan sosial.

1) Faktor perkembangan, Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien

sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

2) Faktor biologis, Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak dapat

melakukan perwatan diri.

3) Kemampuan realitas turun, Klien dengan gangguan jiwa dengan

kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan

lingkungan termasuk perawatan diri.

4) Faktor sosial, Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri

lingkunganya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam

perawatan diri.
1.1.2 Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang

penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang

dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan

perawatan diri.

MenurutDep Kes(2000) faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene

adalah:

1) Body Image, gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi

kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu

tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2) Praktik sosial, pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.

3) Status soial ekonomi, personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti

sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya

memerlukan uang untuk menyediakanya.

4) Pengetahuan, pengetahuan personal hygiene sangat penting karena

pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada

pasien DM dia harus menjaga kebersihan dirinya.

5) Budaya, di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang, ada kebiasaan orang yang menggunakan produk

tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lai-lain.

7) Kondisi fisik dan psikis, pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk

merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukanya.


1.2 Jenis-Jenis Defisit Derawatan Diri

Dalam Nanda-I (2012), jenis defisit perawatan diri terdiri dari :

1.2.1 Defisit Perawatan Diri: Mandi

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri. Dengan batasan karakteristik:

1) Ketidakmampuan mengakses kamar mandi

2) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh

3) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi

4) Ketidakmampuan menjangkau sumber air

5) Ketidakmampuan mengatur air mandi

6) Ketidakmampuan membasuh tubuh

1.2.2 Defisit Perawatan Diri: Berpakaian

Defisit perawatan diri: berpakaian adalah hambatan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berhias untuk diri sendiri.

Dengan batsan karakteristik:

1) Ketidakmampuan mengancing pakaian

2) Ketidakmampuan mendapatkat pakaian

3) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian

4) Ketidakmampuan mnegenakan sepatu

5) Ketidakmampuan mengenakan kaus kaki

6) Ketidakmampuan melepas atribut pakaian

7) Ketidakmampuan melepaskan sepatu

8) Ketidakmampuan melepas kaus kaki

9) Hambatan memilih pakaian

10) Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan

11) Hambatan mengambil pakaian


12) Hambatan mengenakan pakain pada bagian tubuh bawah

13) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas

14) Hambatan memasang sepatu

15) Hambatan memasang kaus kaki

16) Hambatan melepaskan pakaian

17) Hambatan melepas sepatu

18) Hambatan melepas kaus kaki

19) Hambatan menggunakan alat bantu

20) Hambatan menggunakan resleting

1.2.3 Defisit Perawatan Diri: Makan

Defisit perawatan diri: makan adalah hambatan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas makan sendiri. Dengan batasan

karakteristik:

1) Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukan makanan kemulut

2) Ketidakmampuan mengunyak makanan

3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan

4) Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan

5) Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan

6) Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima

secara sosial

7) Ketidakmampuan memakan makanan dengan aman

8) Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai

9) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut

10) Ketidakmampuan membuka wadah makanan

11) Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir

12) Ketidakmampuan mengambil makanan yang dimakan

13) Ketidakmampuan menelan makanan


14) Ketidakmampuan menggunakan alat bantu (sendok/garpu)

1.2.4 Defisit Perawatan Diri: Eliminasi

Defisit perawatan diri: eliminasi adalah hambatan kemampuan untuk

melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi sendiri. Dengan batasan

karakteristik:

1) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat

2) Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode)

3) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode

4) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi

5) Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode

6) Ketidakmampuan untuk duduk atau jongkok ditoilet

1.3 Tingkat Kemampuan Perawatan Diri

Tingkat kemampuan perawatan diri seseorang dipengaruhhi oleh usia, tahap

perkembangan, pengalaman hidup, latar belakang sosiokultural, kesehatan, dan

sumber-sumber yang tersedia (Marriner dalam Andayani, 2013). Kemampuan

perawatan diri dijelaskan oleh para ahli Swanburg dan Dorothe Orem, bahwa untuk

mengidentifikasi kebutuhan bantuan yang dapat terpenuhi oleh perawat atau pasien

sendiri. Swanburg & Swanburg mengelompokan tingkat ketergantungan menjadi

perawatan mandiri, minimal, moderat, ekstensif (semi total), dan intensif (total).

Orem membagi tiga tipe, yaitu wholly compensantory system/total care, partly

compensatory system/partial care). Dan supportive-educative system/self care.

Lee Gurel dan John E. Davis melakukan penelitian dengan judul Survey of

self care depedency in psychiatric patient untuk melihat tingkat ketergantungan

perawatan diri pasien psikiatri. Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien defisit

perawatan diri biasanya membutuhkan bantuan untuk memenuhi satu kebutuhan dari

lima aktivitas perawtan diri: makan, berpakaian, mandi, eliminasi dan aktivitas
sehari-hari. Paling tidak satu dalam empat hari yang berbeda dalam satu minggu

kalender terdapat tiga dari lima aktivitas perawatan diri.Berdasarkan penelitian Lilis

dkk, (2009) dengan judul: “Tingkat Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Pasien

Skizofrenia Di Lingkup Kerja Puskesmas Gombong II” : dengan hasil penelitian

menunjukan perwatan diri mandi: Mandiri 7.22%, Ketergantungan Ringan 9.28%,

Ketergantungan sedang 7.22%, Perawatan diri: Berpakain: Mandiri 5.16%,

Ketergantungan Ringan 5.16%, Ketergantungan sedang 11.34%. Perawatan diri

makan: Mandiri 9.28%, Ketergantungan Ringan 15.47%, Ketergantungan sedang

6.19%. Perawatan diri eliminasi: Mandiri 3.9%,Ketergantungan Ringan 12.38%,

Ketergantungan Sedang 9.28%.

Kemampuan pasien dalam memenuhi perawatan diri digambarkan

berdasarkan skala tingkat ketergantungan menurut NANDA dan Wilkinson dalam

Andayani, 2013. Sebagai Berikut: tingkat 2 merupakan tingkatan tertingi yang

ditandai dengan kemandirian penuh dalam kegiatan sehari-hari, tingkat 1 ditandai

dengan diperlukanya bantuan orang lain, tingkat 0 adalah tingkat terendah dimana

klien sepenuhnya tergantung pada orang lain atau tidak mampu.

1.4 Dampak Defisit Perawatan Diri

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene adalah sebagai

berikut:

1.4.1 Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, ganguan fisik yang sering terjadi

adalah: gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada

mata dan telinga, gangguan fisik pada kuku.


1.4.2 Dampak Psikososial

Masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri,

aktualisasidan gangguan interaksi sosial. Berdasarkan Penelitian Grando, dalam

Andayani (2012) menyimpulkan terdapat tiga masalah dalam seorang individu ketika

tidak mampu melakukan keterampilan perawatan diri yaitu: 1) krisis personal, yaitu

keadaaan seseorang yang mengalami krisis disebabkan ketidakmampuan melakukan

perawatan diri, 2) kekerasan dalam hubungan sosial, yaitu kekerasan fsik atau

psikososial yang mengakibatkan penurunan rasa percaya diri dan timbulnya rasa

malu yang behubungan dengan ketidakmampuan sesorang melakukan perawatan atau

melindungi dirinya sendiri; 3) psikosis, yaitu keadaan dalam individu yang

mengalami skizofrenia dan tidak mampu merawat diri sehingga menimbulkan

hambatan atau keterlambatan dalam membuat keputusan dan melakukan kegiatan

perawatan dirinya.

1.5 Tindakan Keperawatan Pada Pasien Defisit Perawatan Diri

Tindakan keperawatan untuk pasien

1.5.1 Tujuan

1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara mandiri

3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik

4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

1.5.2 Tindakan keperawatan

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kbersihan diri

Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat dapat

melakukan tahapan tindakan yang meliputi:

a. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri


b. Menjelaskan ala-alat untuk menjaga kebersihan diri

c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d. Melatih pasien mempraktikan cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias

Perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu

harus dibedakan dengan wanita.

a. Untuk pasien laki-laki latihanya meliputi:

 Berpakain

 Menyisir rambut

 Bercukur

b. Untuk pasien wanita latihannya meliputi:

 Berpakaian

 Menyisir rambut

 Berhias

c. Melatih pasien makan secara mandiri

Untuk melatih makan pasien saudara dapat melakukan tahapan

sebagai berikut:

 Menjelaskan cara mempersiapkan makan

 Menjelaskan cara makan yang tertib

 Menjelaskan cara merapikan peralatan makanan setelah makan

 Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

d. Menganjurkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

Melatih pasien untuk BAB/BAK mandiri sesuai tahapan berikut:

 Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

 Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

 Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK


2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :

 Data subjektif :

Pasien merasa lemah, malas untuk beraktifitas, merasa tidak berdaya

 Data Objektif:

Rambut kotor, acak-acakan, badan dan pakaian kotor dan bau, mulut dan

gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat.

b. Mekanisme koping:

 Regresi,

 Penyangkalan

 Isolasi sosial, menarik diri

 Intelektualisasi

Format/data fokus pengkajian pada klien dengan defisit perawatan diri (Keliat dan

Akemat, 2009)

a. Status Mental
1. Penampilan
( ) tidak rapi
( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan.........................................................................................
Masalah Keperawatan ..................................................................
b. Kebutuhan sehari – hari
1. Kebersihan diri
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
2. Makan
( ) Bantuan Minimal ( ) Bantuan total
3. BAB/BAK
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
4. Berpakaian/ berhias
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
Jelaskan ………………………………………………………………
MasalahKeperawatan ……………………………………………....

2. Pohon Masalah
Isolasi sosial : menarik diri

Defisit Perawatan Diri

Menurunnya motivasi dalam perawatan diri

Halusinasi

1. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Perawatan diri kurang

b. Menurunnya motivasi perawatan diri

 Data Subyektif: Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut,

tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias,

tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.

 Data Obyektif: Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor,

kuku panjang dan kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak

rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

C. Diagnosa keperawatan

1. DefisitPerawatanDiri
Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri

dalam bentuk Strategi Pelaksanaan

Klien Keluarga
No
SP1P SP1K
1. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri Mendiskusikan masalah yang dirasakan

keluarga dalam merawat pasien

2. Menjelaskan cara menjaga kebersihan Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala

diri defisit perawatan diri, dan jenis defisit

perawatan diri yang dialami pasien beserta

proses terjadinya.

3. Membantu pasien mempraktikkan cara Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit

menjaga kebersihan diri perawatan diri.

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian


SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian Melatih keluarga mempraktikkan cara

pasien merawat pasien dengan defisit perawatan

diri.

2. Menjelaskan cara makan yang baik Melatih keluarga mempraktikkan cara

3. Membantu pasien mempraktikkan cara merawat langsung kepada pasien defisit

makan yang baik perawatan diri.

4. Menganjurkan pasien masukkan dalam

jadwal kegiatan
SP3P SP3K
1. Mengevalusi jadwal kegiatan harian Membantu keluarga membuat jadwal

pasien aktivitas dirumah termasuk minum obat

(discharge planning).

2. Menjelaskan cara eliminasi yang baik Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.

3. Membantu pasien mempraktikkan cara

eliminasi yang baik

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian


SP4K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

pasien.
2. Menjelaskan cara berdan

3. Membantu pasien mempraktikkan cara

berdandan

4. Menganjurkan pasien memasukkan

dalam jadwal kegiatan harian


DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M danIskandar. 2012. AsuhanKeperawatanJiwa. Samarinda: Aditama.

Keliat, BA. 2006. KeperawatanKesehatanJiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai