Anda di halaman 1dari 2

Nama : Aulia Puspa Giriani

NIM :17080304006
Kelas : Pend. Akuntansi 17B
Teori Belajar Revolusi Sosio-Kultural

Sosiokultural berasal dari dua kata yaitu sosio dan kultural, sosio berarti berhubungan
dengan masyarakat dan kultural berarti berhubungan dengan kebudayaan. Jadi, sosiokultural
adalah berkenaan dengan segi sosial dan budaya masyarakat. 

Konsep Teori Sosio-Kultural


a. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang melewati dua
tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau intramental. Pandangan
teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif
terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan kognitif seseorang.Sedangkan fungsi
intramental dipandang sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui
penguasaan dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)


Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke dalam dua
tingkat:
1.    Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan
tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri (intramental).
2.   Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-
tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan orang dewasa atau ketika
berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten (intermental). Jarak antara keduanya,
yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona
perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan sebagai fungsi-fungsi atau
kemampuan-kemampuan yang belum matang yang masih berada dalam proses pematangan.

c. Mediasi
Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas manusiawi
dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa bahasa, tanda dan
lambang, atau semiotika.

Tokoh Teori Belajar Revolusi Sosio Kultural


1. Piaget
Piaget berpendapat bahwa belajar ditentukan karena adanya karsa individu artinya
pengetahuan berasal dari individu.Siswa berinteraksi dengan lingkungan sosial yaitu teman
sebayanya dibanding orang-orang yang lebih dewasa. Penentu utama terjadinya belajar adalah
individu yang bersangkutan (siswa) sedangkan lingkungan sosial menjadi faktor
sekunder. Keaktifan siswa menjadi penentu utama dan jaminan kesuksesan belajar, sedangkan
penataan kondisi hanya sekedar memudahkan belajar.

2. Vygotsky
Ia mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan
sejarahnya. Artinya, untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang
ada di balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal-usul tindakan sadarnya,
dari interaksi sosial yang dilatari oleh sejarah hidupnya (Moll & Greenberg, 1990).
Perolehan pengetahuan danperkembangan kognitif sesuai dengan teorisosiogenesis yaitu kesa
daran berinteraksi dengan lingkungan dimensi sosial yang bersifat primer dan dimensiindividual
bersifat derivatif atau turunan dan sekunder. Oleh karena itu, teori belajar Vygotsky disebut
dengan pendekatan co-konstruktivisme artinya perkembangan kognitif seseorang di samping
ditentukan oleh individu sendiri secara aktif, juga ditentukan oleh lingkungan sosial yang aktif
pula.

Aplikasi Teori Sosio-Kultural


Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
1. Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat,
memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Misalnya: tingkat
pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya.

2. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini
diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial
masyarakatnya.

3. Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara
lain:
 Kurikulum
Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar,
jelas bahwa pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia dan internasional melalui
beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: Pendidikan Kewarganegaraan,
pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
 Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui
rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu yang verbal tetapi
anak mengalami pembelajaran secara langsung.Selain itu pembelajaran memberikan kebebasan
anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar
kompetensi yang telah ditetapkan.
 Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi sebagai fasilitator, mediator, motivator,
evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam
pembelajaran ini peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa
yang belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai