RESPONSI KASUS
GASTROENTERITIS AKUT
Pembimbing:
Dr.dr.Ketut Agus Somia Sp.PD-KPTI
Mahasiswa:
Hemeshwary Kumara Velo (1902611031)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya, Responsi Kasus yang berjudul “Gastroenteritis Akut” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Responsi Kasus ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam
RSUP Sanglah Denpasar.
Dalam penyusunan Responsi kasus ini, penulis banyak memperoleh
bimbingan, petunjuk serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Melalui
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. dr. Ketut Suega, Sp.PD-KHOM selaku Kepala Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar
2. dr. I Made Susila Utama, Sp.PD-KPTI selaku Koordinator Pendidikan
sekaligus Pembimbing kami di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar,
3. Dr.dr.Ketut Agus Somia Sp.PD-KPTI selaku pembimbing response saya.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini
dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan.
Penulis
ii
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada bagian
mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan muntah.7 Diare
adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari biasanya atau
lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang lebih lembek atau
cair (kandungan air pada feses lebih banyak dari biasanya yaitu lebih dari 200
gram atau 200ml/24jam).8 Berdasarkan onsetnya, gastroenteritis dibagi
menjadi 2, yaitu akut dan kronis. Gastroenteritis akut adalah diare dengan
onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari disertai
dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari, sementara
gastroenteritis kronis berlangsung lebih dari 14 hari.3
2.2. Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada negara
berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan
sanitasi lebih baik.7 Menurut data dari World Health Organization (WHO)
dan UNICEF, terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis
setiap tahunnya di seluruh dunia.6 Secara global, diperkirakan terdapat
179.000.000 insiden gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya
dengan angka pasien yang dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000
pasien mengalami kematian.3 Di amerika serikat setidaknya 8.000.000 dari
pasien gastroenteritis akut yang berobat ke dokter dan lebih dari 250.000
pasien dirawat di rumah sakit menurut data dari The American Journal of
Gastroenterology.3,9
Sedangkan menurut hasil survei di Indonesia, insiden dari gastroenteritis
akut akibat infeksi mencapai 96.278 insiden dan masih menjadi peringkat
pertama sebagai penyakit rawat inap di Indonesia, sedangkan angka kematian
pada gastroenteritis akut (Case Fatality Rate) sebesar 1,92%.5
2.3. Etiologi
3
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari World
Gastroenterology Organization, ada beberapa agen yang bisa menyebabkan
terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-infeksi. Lebih dari
90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan sekitar 10% karena
sebab lain yaitu9:
2.3.1. Faktor Infeksi
a) Virus
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari
gastroenteritis akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara lain :
1. Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap di rumah
sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap tahunnya,
biasanya diare akibat rotavirus derat keparahannya diatas rerata diare pada
umumnya dan menyebabkan dehidrasi. Pada anak-anak sering tidak
terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun adalah umur tersering dari infeksi
virus ini.9
2. Human Caliciviruses (HuCVs)
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu Norwalk-like
viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs) yang sekarang disebut
Norovirus dan sapovirus. Norovirus merupakan penyebab utama terbanyak
diare pada pasien dewasa dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun.
Norovirius merupakan penyebab tersering gastroenteritis pada orang
dewasa dan sering menimbulkan wabah dan menginfeksi semua umur.
Sapoviruses umumnya menginfeksi anak – anak dan merupakan infeksi
virus tersering kedua selain Rotavirus.9
3. Adenovirus
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit pada sistem
respiratori. adenovirus merupakan family dari Adenoviridae dan
merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter 70 nm, dan bentuk
icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Mastadenovirus, Aviadenovirus,
Atadenovirus, dan Siadenovirus.9
4
b) Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis akut
bakteri yang sering menjadi penyebabnya adalah Diarrheagenic
Escherichia coli, Shigella species, Vibrio cholera, Salmonella. Beberapa
bakteri yang dapat menyebabkan gastroenteritis akut adalah9:
1. Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling sering terdapat
di negara yang masih berkembang. Umumnya bakteri jenis ini tidak
menimbulkan bahaya jenis dari bakterinya adalah9:
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
2. Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering berhubungan
dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi akibat masakan yang tidak
matang dan dapat menimbulkan gejala diare yang sangat cair dan
menimbulkan disentri.9
3. Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia dan tingkat
kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah9:
- S. sonnei
- S. flexneri
- S. dysenteriae
4. Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi pathogen
pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139 yang dapat
menyebabkan wabah besar dan epidemic. Gejalanya yang paling sering
adalah muntah tidak dengan panas dan feses yang konsistensinya sangat
berair. Bila pasien tidak terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok
hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya gejala awal.9
5
5. Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme. Beberapa
toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang menstimulasi sekresi
aktif cairan dan elektrolit mungkin dihasilkan. Pada onset akut gejalanya
dapat berupa mual, muntah dan diare berair dan terkadang disentri pada
beberapa kasus.9
c) Agen Parasit
Cryptosporidium parvum, Giardia L, Entamoeba histolytica, dan
Cyclospora cayetanensis merupakan beberapa jenis protozoa penyebab
diare dimana sangatlah jarang terjadi, namun sering dihubungkan dengan
traveler dan gejalanya sering tak tampak.
Dalam beberapa kasus juga dinyatakan infeksi dari cacing seperti
Stongiloide stecoralis, Angiostrongylus C., Schisotoma Mansoni, S.
Japonicum juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.9
d) Lain-lain
6
2.4. Patogenesis
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patomekanisme sebagai berikut :
1) Osmolaritas intraluminal meningkat (diare osmotik); 2) Sekresi cairan dan
elektrolit meninggi (diare sekretorik); 3) Malabsorbsi asam empedu dan
lemak; 4) Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit;
5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal; 6) Gangguan permeabilitas
usus; 7) Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik). Dari beberapa
patomekanisme tersebut, ada 3 patomekanisme yang paling banyak dibahas,
yaitu diare osmotik, diare sekretorik, dan diare inflamatorik.
Diare osmotik merupakan diare yang terjadi akibat tekanan osmotik
intralumen usus halus yang meningkat disebabkan oleh obat-obat/zat kimia
yang hiperosmotik seperti MgSO4, Mg(OH)2, malabsoprsi atau adanya defek
pada absorpsi mukosa usus misal pada defisiensi disakaridase, malabsorpsi
glukosa atau galaktosa. Zat-zat yang bersifat hiperosmotik akan menarik
cairan menuju intralumen usus halus sehingga feses akan lebih encer.
Diare tipe sekretorik merupakan diare yang disebabkan oleh meningkatnya
sekresi air dan elektrolit dari usus serta menurunya absorpsi. Diare jenis ini
ditandai dengan konsistensi berair dengan volume yang banyak. Diare ini
akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Bakteri
yang memproduksi enterotoksin ini tidak merusak mukosa (non-invasif)
seperti V.cholerae Eltor, Eterotoxicgenic E. coli (ETEC), dan C. Perfringens.
V.cholerae Eltor mengeluarkan toksin yang terkait pada mukosa usus halus
15 – 30 menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan
kegiatan berlebihan nikotinamid adenin di nukleotid pada dinding sel usus,
sehingga meningkatkan kadar adenosin 3’-5’-siklik monofosfat (cAMP)
dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation, natrium, dan kalium.3
7
tidak dikompensasi, bikarbonat standar juga rendah, pCO2 normal dan base
excess sangat negatif.
Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir ataupun darah.
Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena
seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat
banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat
gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah
kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi
cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dan elektrolit dari tubuh, diare
dapat dibagi menjadi:
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2 – 5% BB): Gambaran klinisnya berupa
turgor kurang, suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh dalam
kondisi presyok.
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5 – 10% BB): Gambaran klinisnya
berupa turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam kondisi presyok atau
syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
Dehidrasi berat (hilang cairan lebih dari 10% BB): Gambaran klinisnya
berupa tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran yang menurun (apatis
hingga koma), otot-otot kaku, serta sianosis.
2.6. Diagnosis
Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.3
2.6.1. Anamnesis
10
Onset, durasi, tingkat keparahan, dan frekuensi diare harus dicatat, dengan
perhatian khusus pada karakteristik feses (misalnya, berair, berdarah,
berlendir, purulen). Pasien harus dievaluasi untuk tanda-tanda mengetahui
dehidrasi, termasuk kencing berkurang, rasa haus, pusing, dan perubahan
status mental. Muntah lebih sugestif penyakit virus atau penyakit yang
disebabkan oleh ingesti racun bakteri. Gejala lebih menunjukkan invasif
bakteri (inflamasi) diare adalah demam, tenesmus, dan feses berdarah.2
Makanan dan riwayat perjalanan sangat membantu untuk
mengevaluasi potensi paparan agent. Anak-anak di tempat penitipan,
penghuni panti jompo, penyicip makanan, dan pasien yang baru dirawat di
rumah sakit berada pada risiko tinggi penyakit diare menular. Wanita
hamil memiliki 12 kali lipat peningkatan risiko listeriosis, terutama yang
mengkonsumsi olahan daging beku, keju lunak, dan susu mentah. Riwayat
sakit terdahulu dan penggunaan antibiotik dan obat lain harus dicatat pada
pasien dengan diare akut.2
2.6.2. Pemeriksaan Fisik
Tujuan utama dari pemeriksaan fisik adalah untuk menilai tingkat
dehidrasi pasien. Umumnya penampilan sakit, membran mukosa kering,
waktu pengisian kapiler yang tertunda, peningkatan denyut jantung dan
tanda-tanda vital lain yang abnormal seperti penurunan tekanan darah dan
peningkatan laju nafas dapat membantu dalam mengidentifikasi dehidrasi.
Demam lebih mengarah pada diare dengan adanya proses inflamasi.
Pemeriksaan perut penting untuk menilai nyeri dan proses perut akut.
Pemeriksaan rektal dapat membantu dalam menilai adanya darah, nyeri
dubur, dan konsistensi feses.2
tidak sadar
Mata Tidak Cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum terus, Malas minum
Minum rasa haus ada rasa
haus
Turgor Segera kembali Kembali lambat Kembali sangat
lambat
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi
simptomatik, dan memberikan terapi definitif.3
dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya,
tangani kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang
penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:2,3
a) Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih
rendah bila dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak
tersedia cairan ini, boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya
ditambahkan satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter
infus NaCl isotonik. Asidosis akan dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di pasaran cairan/bubuk
oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak terjadi dehidrasi
dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus mengandung
garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.2,3
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak
dibuang dalam tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat
penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam
elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit
dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus
penderita diare.
b) Jumlah Cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat
dihitung dengan memakai Metode Skor Daldiyono berdasarkan keadaan
klinis dengan skor. Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 2 jam untuk
mencapai kondisi rehidrasi3,11. Adapun perhitungan defisit cairan
menggunakan rumus berikut :
skor
Kebutuhan Cairan = x 10% x kgBB x 1 liter
15
Keterangan :
Skor : total skor akumulatif yang dihitung dari temuan klinis pasien
menurut tabel 2.3.
2.8. Komplikasi
17
2.9. Prognosis
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan
terapi antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas terutama pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di
Amerika Serikat, mortalitas berhubungan dengan diare infeksius < 1,0%.
Pengecualiannya pada infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2% yang
berhubungan dengan sindrom uremik hemolitik.11
18
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2. Anamnesis
Keluhan Utama : BAB Cair
Riwayat Penyakit Sekarang (autoanamnesis):
Pasien datang dalam keadaan lemas diantar oleh keluarga dengan keluhan
BAB cair sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) dari tanggal 30
Disember 2019. BAB cair dengan warna kuning kecokelatan, frekuensi 7-8
kali dengan volume tiap BAB sekitar 10 – 20 cc. BAB pasien disertai ampas
dan lendir beberapa kali. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut di bawah pusat
terutama ketika ingin BAB. Nyeri perut dirasakan seperti melilit (dipelintir).
Setelah BAB, pasien juga merasa seperti belum tuntas BAB. Pasien juga
sempat muntah 1 kali dan mual sejak 2 hari SMRS. Keluhan batuk pilek
sebelum pasien mengalami BAB cair disangkal.
Pasien juga merasa lemas bersamaan dengan keluhan BAB cair. Keluhan
lemas dirasakan terus-menerus hingga pasien tidak dapat beraktivitas seperti
biasa, lebih sering tidur, serta napsu makan menurun. Pasien mengatakan
bahwa minum air cukup dan tidak ada terasa kekeringan ada mulut atau bibir.
19
Riwayat Obstetri
Ana Jenis BBL Lahir Penolong Persalinan Tahun
k ke Kelamin Persalinan
1 Laki 3500 Aterm Bidan Pspt 2014
2 Hamil saat ini
Riwayat Pengobatan
Pasien hanya mengonsumsi parasetamol untuk mengurangi keluhan demam
dari puskesmas. Pasien sempat dibawa berobat ke praktek pribadi dokter
umum, pasien tidak mendapat obat karena pasien sedang hamil dan langsung
dirujuk ke RSUP Sanglah untuk penanganan lebih lanjut.
Status General:
Mata : Konjungtiva anemis tidak ada, sklera Ikterus tidak, Refleks
pupil +/+ isokor, mata cowong tidak ada
Mulut : Sianosis (-), bibir kering (+)
Tenggorokan : Tonsil T1/T1, Faring hiperemi (-)
Leher : JVP 0 cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Thorax : Simetris saat statis dan dinamis
- Cor
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi :
Batas kanan : Garis parasternal (D)
Batas kiri : Garis midklavikula (S) ICS V
Batas pinggang: Garis parasternal (S) ICS II
Auskultasi : S1 S2 normal, regular, murmur tidak ada
- Pulmo
22
Pemeriksaan EKG
Irama : Sinus
Ritme : reguler
HR : 125x/menit
Aksis : Normal
Gelombang P : normal (0,12s)
PR interval : normal (<0,2s)
24
3.9. Penatalaksanaan
- Cairan maintenance Ringer Lactat 20 tpm
- Diet lunak rendah serat 2400 kkal/hari
- Oralit ad libitum tiap BAB cair
- Parasetamol 500 mg tiap 8 jam oral (bila suhu ≥ 37,5 C)
- Domperidone 10 mg tiap 8 jam oral
Monitor :
- Keluhan dan tanda vital
- Balance cairan(Cairan masuk, cairan keluar dan produksi urine)
3.10. KIE
25
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien ini didiagnosis dengan diare akut e.c. virus dd bakteri dengan komplikasi
berupa syok hipovolemik, serta komorbid berupa G2P1001 UK 20 minggu. Hal
yang terpenting dalam penatalaksanaan kasus ini adalah manajemen etiologi
sehingga dapat menyelamatkan nyawa ibu dan juga janin yang dikandungannya.
Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien dengan diare dengan konsistensi
cair dan frekuensi 7-8 kali, disertai lendir dan, nyeri perut terutama saat BAB,
tenesmus, muntah 1 kali, demam, serta lemas, Dari anamnesis, kita dapat
menentukan diare yang dialami pasien merupakan diare tipe inflamatorik karena
didapatkan adanya lendir pada feses pasien akibat invasi patogen ke dinding usus.
Meskipun begitu, sulit membedakan antara diare akut karena infeksi virus ataupun
bakteri karena manifestasi klinisnya yang mirip seperti yang diungkapkan pada
Gambar 4.1, belum ada batasan tegas antara diare infeksi akibat bakteri ataupun
parasit bila berdasarkan anamensis. Diagnosis banding diare akut disertai demam
dan BAB berdarah yaitu : 1) Shigella spp (disentri basiler, shigellosis), 2)
Campylobacter jejuni, 3) Salmonella spp. 4) Vibrio spp. 5) E.histolytica.7 Oleh
karena itu, pemeriksaan feses lengkap penting untuk dilakukan untuk menentukan
patogen etiologi dari diare sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
Pasien didiagnosis diare akut karena infeksi virus, terlihat dari bukti hasil
feses lengkap ditemukan adanya kita Entamoeba histolytica. Entamoeba
histolytica keluar dari feses dalam bentuk kista atau tropozoit. Infeksi parasit
tersebut terjadi bila pasien menelan kista yang telah matur. Kista ini bisa didapat
27
dari tangan, air, atau makanan yang terkontaminasi feses (tidak higienis). 19 Studi
epidemiologi menunjukkan pada orang yang bepergian/pelancong ke luar negeri,
salah satu patogen diare adalah Entamoeba histolytica. Pada pasien ini memiliki
riwayat bepergian ke kampung sebelum sakit dan anak pertama pasien juga
mengalami diare.
Setelah mengetahui pasien mengalami diare, wajib untuk menentukan derajat
dehidrasi pasien. Berdasarkan anamnesis, pasien dalam keadaan lemas, namun
masih bisa berkomunikasi dengan pemeriksa, serta napsu makan dan minum
pasien menurun. Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah pasien
saat datang 80/50 mmHg, nadi 133x/menit regular dan kuat angkat, kesadaran
kompos mentis dan GCS 15, mata cowong, turgor kulit menurun, dan CRT > 2
detik. Kondisi tersebut sudah tergolong dalam kategori dehidrasi sedang dengan
manifestasi syok hipovolemik. Bila pasien sudah dalam manifestasi syok, segera
diberikan penanganan resusitasi cairan berupa cairan kristaloid, dimana pada
kasus ini diberikan ringer laktat. Untuk jumlah cairan yang diberikan berdasarkan
defisit cairan pada pasien, dapat digunakan rumus berdasarkan skor daldiyono.
Bila dilihat pada kriteria daldiyono, skor daldiyono pasien yaitu 4, didapat dari
tekanan darah sistolik diantara 60 – 90, nadi diatas 120, turgor kulit menurun, dan
rasa haus/muntah. Bila dihitung, maka kebutuhan cairan defisit pasien dengan
berat badan pasien 60 kg, yaitu 4/15 x 10% x 60 x 1 Liter = 1,6 liter atau 1600 ml.
Setelah dikonsulkan kepada TS obgyn, janin yang dikandungnya berusia 14
minggu 1 hari. Ini berarti janin baru masuk dalam trimester kedua. Perlu
diperhatikan bahwa usia janin yang didapat dari hasil USG, sementara pasien lupa
tanggal HPHT. Tafsiran usia dengan USG pada usia 14 minggu memiliki tingkat
keakuratan ± 7 – 10 hari dari usia dari HPHT, artinya ada kemungkinan janin
yang dikandungnya masih berada dalam trimester pertama. Pemberian obat pada
pasien hamil harus berhati-hati tergantung trimester janin yang dikandungnya,
mengingat kandungan obat tertentu dapat berisiko untuk menimbulkan kecacatan
pada janin yang dikandungnya.
Pada pasien ini, diterapi dengan obat parasetamol serta oralit bila diare.
Pemberian parasetamol dan oralit telah terbukti aman pada ibu hamil dengan
kategori B menurut FDA.21
28
29
BAB V
SIMPULAN
Gastroenteritis akut atau diare masih menjadi salah satu penyumbang morbiditas
tertinggi hingga saat ini di berbagai negara di dunia dan khususnya di negara
berkembang dengan tingkat sanitasi yang masih tergolong kurang seperti
Indonesia. Penanganan dini yang cepat, tepat dan adekuat harus dilakukan dalam
mengatasi gastroenteritis akut agar pasien tidak jatuh ke kondisi yang lebih parah.
Mulai dari diagnosis, pemberian terapi sampai nutrisi bagi penderita harus
diberikan dengan tepat. Dalam penegakan diagnosis gastroenteritis akut bisa
dilihat langsung dari anamnesis, pemeriksaan fisik, penampakan klinis dan
penentuan diagnosis definitif bisa menggunakan pemeriksaan laboratorium.
Dalam pemberian terapi sangat penting dalam penanganan gastroenteritis akut
disamping pemberian obat spesifik terhadap agen penyebab yang bisa diketahui
dari manifestasi klinis hasil laboratorium.
Tujuan penatalaksanaan pada pasien diare akut pada pasien ini adalah untuk
mengatasi terjadi komplikasi pada pasien, mengeradikasi penyebab diare, serta
mengatasi dehidrasi akibat diare. Terlebih lagi, pasien sedang dalam kondisi
hamil, penanganan diare wajib dilakukan secara tuntas untuk mencegah
komplikasi terhadap janin yang dikandungnya. Selain itu, pasien juga perlu
diingatkan untuk selalu menjaga higienitas terutama kedua tangan baik saat
makan ataupun beraktivitas.
30
DAFTAR PUSTAKA
13. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and
Experimental Gastroenterology, p.97.
14. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016.
Harrison's Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia:
McGraw Hill.
15. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology
Organisation. Dapat diakses pada http://www.worldgastroenterology.org
/guidelines/global-guidelines/acute-diarrhea/acute-diarrhea-english. Diakses
tanggal 24 Nov 2019
16. Bresee, J., Bulens, S., Beard, R., Dauphin, L., Slutsker, L., Bopp, C., Eberhard,
M., Hall, A., Vinje, J., Monroe, S. and Glass, R. (2012). The Etiology of
Severe
17. Acute Gastroenteritis Among Adults Visiting Emergency Departments in the
United States. Journal of Infectious Diseases, 205(9), pp.1374-1381.
18. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education.
2015;42(7):504-8.
19. CDC. 2015. Entamoeba Histolytica Infection. Causal Agent. Dapat diakses
pada : https://www.cdc.gov/parasites/amebiasis/pathogen.html. Diakses tanggal
24 November 2019
20. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG). 2017. Methods
for Estimating the Due Date. Dapat diakses pada :
https://www.acog.org/Clinical-Guidance-and-Publications/Committee-
Opinions/Committee-on-Obstetric-Practice/Methods-for-Estimating-the-Due-
Date?IsMobileSet=false. Diakses tanggal 24 November 2019
21. Ronald A.B dan Ashley H., Over the Counter Medications in Pregnancy. Am
Fam Physician. 2003 Jun 15;67(12):2517-24.
22. Koss AC dkk. 2012. Investigation of Metronidazole Use during Pregnancy and
Adverse Birth Outcomes. Journal of Antimicrobial Agent and Chemotherapy.
2012;56(9):4800-5