Anda di halaman 1dari 5

MELAKUKAN TAKSASI PRODUKSI

Sebelum pekerjaan pemungutan hasil dilakukan sangat dipandang perlu untuk


melakukan taksasi produksi. Taksasi ini berguna untuk mengetahui perkiraan jumlah
produksi yang akan dihasilkan dari suatu tanaman yang diusahakan Taksasi ini penting
karena dengan taksasi produksi maka perencanaan berikutnya terkait dengan hasil
produksi itu dapat segera diprogramkan. Lebih dari itu dengan adanya taksasi ini
pengusaha sudah akan bisa memperkitakan pendapatan yang diperoleh dari usaha
tersebut.

Taksasi produksi dari suatu komoditi/tanaman berbeda-beda tergantung dari jenis


tanamannya. Beberapa jenis tanaman ada yang mengguankan metode yang sama
tetapi ada tanaman yang harus mengggunakan metode tersendiri. Pada prinsipnya
taksasi ini dilakukan dengan metode sampling (contoh) artinya mengambil sebagian
dari tanaman secara acak yang diharapkan mampu mewakili populasi dari seluruh
tanaman tersebut ..

1. Tanaman dengan jarak tanam pendek dan populasi satuan luas dan banyak

a. Tanaman padi
Untuk melakukan perhitungan ini, minimal ada 2 cara yang dapat digunakan.
Pertama, UBINAN
Bila kita ingin melakukan ubinan, hal-hal yang harus kita persiapkan secara sederhana :
tali, meteran, alat panen padi, terpal, timbangan, tampah, dll.
Waktu ubinan, waktu terbaik untuk melakukan UBINAN adalah di atas jam 1/2 dua
belas siang. Kemudian pilih 2 lokasi yang akan di jadikan lokasi ubinan, misalnya
disebut titik A dan titik B. Ukurlah dengan meteran jarak 2,5 x 2,5 meter. Beri tanda
dengan tali. Ukur pula ubinan yang ke-2, beri tanda pula.
Setelah itu, padi dipanen dilokasi yang diberi tanda. Rontokan gabah dari malainya
dengan alat perontok. Bersihkan segala kotoran dengan tampah. Dan terakhir,
timbanglah!!!.
Misalnya hasil titik A 5,6 kg dan titik B 6 kg. Dijumlahkan kemudian dibagi 2. Hasilnya
5,8 kg.
Karena jarak ubinan 2,5 x 2,5 meter maka perkiraan hasil dalam = (10.000 : 6,25) x
5,8 kg = 9.280 kg =9,28 ton.

Kedua dengan menghitung :


- Jarak tanam sehingga diketahui jumlah rumpun/ha
- Jumlah anakkan
- Jumlah butir per malai
- Jumlah 1000 butir per gram
Sekarang, mulai hitung, pada lokasi 1
Bila jarak tanam 25 x 25 cm,maka jumlah rumpun dalam 1 ha 160.000 tanaman.
Hitung jumlah anakan per rumpun. Setelah dihitung ada 16 anakan.
Ambil 1 malai, hitung jumlah butir per malai. Setelah dihitung misalkan ada 120 butir
Timbang berat 1000 butir GKPnya. Kalau tidak kita timbang, kita pakai rata-rata sekitar
30 g per 1000 butir

Sebagai pembanding dicari rumpun lain untuk dihitung (lokasi 2):


Jumlah anakkan per rumpun 18

1
jumlah butir per malai 115 butir
timbang 1000 butir atau pakai rata-rata :30 g per 1000 butir

Rumus = jumlah rumpun x jumlah anakan x butir per malai x berat per 1000 butir

Hasil untuk lokasi 1


= 160.000 x 16 x 120 x 30/1000
= 9216000 gram
= 9216 kg
= 9,216 ton/Ha GKP

Hasil untuk lokasi 2


= 160.000 x 18 x 115 x 30/1000
= 9936000 gram
= 9936 kg
= 9,936 ton/Ha GKP

Hasil Perkiraan Panen, kita ambil hasil rata-rata


= ( 9,216 + 9,936 ) : 2
= 9,576 ton/ha GKP

Metode ini bisa juga digunakan untuk jenis tanaman yang hampir sama seperti untuk
jagung, kedele,dan kacang tanah.

b. Tanaman tebu
Metode sampling dapat digunakan tetapi sample yang digunakan adalah
juringan. Diambil sebanyak sepuluh juringan, misalnya juringan dengan panjang
10 meter kemudian kita lakukan
1). Dihitung jumlah rumpun dalam satu juringan misalnya rata-rata ada 30
rumpun maka jumlah seluruh rumpun dalam ubinan = 30 x 10 = 300
rumpun
2). Dihitung dalam satu rumpun berapa batang tebu misalnya, rata-rata ada 5
batang./rumpun maka jumlah batang dalam ubinan = 300 x 5 = 1500
batang
3). Tinggi batang tebu dihitung misalnya rata-rata 4 meter, maka panjang
seluruh tebu dalam ubinan = 1500 x 4 = 6000 m= 600.000 cm
4) Ambil batang tebu sepanjang 10 cm di timbang misalnya beratnya 2 ons
maka berat tebu dalam plot ialah 600.000 x 2 ons = 1.200.000 ons =
120000 kg = 120 kwintal.
5) Apabila luas tebu dalam satu hektar ada 1000 juringan maka produksi tebu
dalam satu hektar sebanyak : (500 : 10) x 120 kuintal = 6000 kuintal =600
ton.
6). Bila Randemen gula misalnya sebesar 6,5 % maka hasil gula dalam satu
hektar sebesar : (6,5 : 100 ) x 600 ton = 39 ton.

2
c. Pada Tanaman tembakau dapat digunakan model Taksasi seperti tebu. Diambil
10 baris untuk sample dengan jarak tanam tunggal:

1) Hitung berapa tanaman dalam satu baris misalnya ada 20 tanaman


2) Jumlah daun dalam satu batang dihitung misalnya rata-rata memperoleh 30
daun maka dalam satu baris ada 20 x 30 daun = 600 daun.
3). Sehingga jumlah daun dalam satu sampel ada 10 x 600 daun = 6000 daun.
4). Bila berat basah satu daun misalnya 1 ons maka berat basah daun dalam
sample = 6000 x 1 ons = 6000 ons = 600 kg
5). Bila rendemen berat kering sebesar 12,5 % maka berat kering daun dalam
satu sample = 12,5 % x 600 kg = 75 kg.
6). Bila jumlah baris dalam satu hektar = 2000 baris maka perkiraan berat
kering tembakau yang dihasilkan dalam satu hektar ada : (2000 :10) x 75 kg
= 15.000 kg.= 15 kuintal.

a. Pada tanaman kopi dan kakao perhitungan perkiraan digunakan sample


misalnya antara 5 sampai 10 tanaman
1) Pada kopi misalnya diambil 10 tanaman secara acak sebagai sample:
a. Hitung berat kopi dari hasil panen pertama (merah): panen kedua : dan
panen akhir. Misalnya rata –rata jumlah beratnya nya = 100 kg .
b. Bila jumlah batang kopi dalam satu hektar ada 400 pohon maka produkjsi
kopi basah dalam satu hektar sebesar : 400 x 100 kg = 40.000 kg =4 ton.
2) Pada Kakao misalnya diambil 10 tanaman secara acak sebagai sample:
a. Hitung jumlah buah dalam satu tanaman misalnya ada 25 buah sehingga
jumlah buah dalam satu smple = 25 x 10 buah 250 buah.
b. Pecah buah kakao dan bersihkan bijinya dan kemudian hitung jumlah
bijinya misanya ada : 30 biji sehingga jumlah biji dalam sample ada 30 x
250 = 7.500 biji.
c. Ambil 10 biji dan keringkan kemudian dilakukan penimbangan misalnya
beratnya = 1.ons. Sehingga produksi dari sample = (7.500 :10) x 1 ons =
750 ons atau
d. Maka produksi dari satu pohon diperkirakan sebesar : 9750 ; 10 ) ons = 75
ons.
e. Apabila tanaman kakao ditanam dengan jarak 5m x 5m maka jumlah
pohon kakao dalam satu hektar = 20 x 20 = 400 pohon sehingga produksi
kakao dalam satu hektar = 400 x 75 ons= 300.000 ons = 30.000 kg = 30
tons.

b. Tanaman Karet
1. Diambil sample 10 tanaman karet yang sudah siap disadap secara acak.
2. Lakukan penyadapan sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan di
kebun tersebut hitung berapa hasil sadapan dari 10 tanaman tersebut
misalnya memperoleh 3 liter.
3. Kemudian gumpalkan dan hitung Kadar Karet Keringnya misalnya
memperoleh 120 gram sehingga kadar karet kering yang dihasilakan dari
satu pohon sebanyak 120 ;10 = 12 gram.
4. Apabila tanaman karet ditanam dengan jarak tanam ; 6 x 3 meter maka
jumlah tanman dalam satu hektar sebanyak (100;6 ) x (100 ;3) =17 x 34

3
=578 pohon sehingga produksi latek dalam satu hektar satu kal;sadap = 578
x 12 gram = 6936 gram =693,6 ons =69,36 kg Kada Karet Kering.

c. Perkiraan Hasil Panen Tanaman Kina


Dari 1 batang utama kina (2 meter) didapatkan 1-1,5 kg kulit. Hasil kulit kina
diperhitungkan dalam kadar SQ7 maupun besarnya produksi kulit, sehingga
hasilnya diperhitungkan dari perkalian kadar SQ7 dengan berat kulit kering dalam kg
yang disebut potensi produksi. Pola produksi kulit kering dan kadar kinine sulfat
(SQ7) hasil panenan cara penjarangan dapat dilihat berikut ini:

a) Umur 3,5 tahun, sistim panenan: penjarangan I (12,5% panenan) dengan


produksi kulit kering 500 kg/ha pada kadar SQ7 3 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 15,00 kg/ha.

b) Umur 5,0 tahun, sistim panenan: penjarangan II (12,5% panenan) dengan


produksi kulit kering 700 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 37,50 kg/ha.

c) Umur 6,0 tahun, sistim panenan: penjarangan III (12,5% panenan) dengan
produksi kulit kering 1.000 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 60,00 kg/ha.

d) Umur 7,0 tahun, sistim panenan: penjarangan IV (12,5% panenan) dengan


produksi kulit kering 1.375 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 82,50 kg/ha.

e) Umur 8,0 tahun, sistim panenan: penjarangan V (12,5% panenan) dengan


produksi kulit kering 1.750 kg/ha pada kadar SQ7 7 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 122,50 kg/ha.

f) Umur 12,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VI (12,5% panenan) dengan


produksi kulit kering 3.125 kg/ha pada kadar SQ7 8 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 250,00 kg/ha.

g) Umur 18,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VII (12,5% panenan) dengan
produksi kulit kering 6.250 kg/ha pada kadar SQ7 6 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 375,00 kg/ha.

h) Umur 24,0 tahun, sistim panenan: penjarangan VIII (12,5% panenan) dengan
produksi kulit kering 9.375 kg/ha pada kadar SQ7 5 proses. Potensi produksi SQ7
adalah 468,75 kg/ha.

d. Kriteria Tanaman Menghasilkan pada Kelapa sawit


Agar tanaman belum menghasilkan (TBM) dapat digolongkan menjadi tanaman
menghasilkan (TM), maka perlu diperhatikan kriteria berikut.
a)      Kerapatan panen telah mencapai 60% atau lebih
b)      Bobot tandan rata-rata lebih berat daripada 3 kg.
c)      Angka sebaran panen lebih banyak daripada 5.

4
1.    Kerapatan
Kerapatan panen adalah angka persentase jumlah pohon yang memiliki tanda buah
yang sudah matang panen dalam suatu areal pertanaman belum menghasilkan (TBM).
Untuk mengetahui kerapatan panen tersebut, maka dilakukan pemeriksaan dan
pencatatan jumlah pohon yang sudah memiliki tandan buah matang panen dari setiap
petak tanaman yang terdapat dalam areal TBM tersebut. Bila terdapat lebih dari 60%
atau lebih pohon yang mempunyai tandan matang panen, maka petak tersebut
dinyatakan menjadi tanaman menghasilkan (TM).
2.    Bobot rata-rata tandan
Setiap tandan yang sudah matang panen diambil secara acak dari setiap hektar
tanaman kemudian ditimbang. Jika rata-rata bobot telah lebih dari 3 kg maka panenan
dapat dilakukan dan diteruskan dengan pemeriksaan penyebaran panen. Bila bobot
rata-rata tandan masih di bawah 3 kg, panen harus ditangguhkan, karena tandan kecil
secara teknik tidak dapat diolah pabrik sehingga tidak mempunyai nilai ekonomis.
Kriteria matang panen yang dijadikan patokan di perkebunan kelapa sawit adalah bila
sudah ada 2 brondolan (buah yang lepas dari tandannya) untuk tiap kilogram tandan
yang beratnya kurang dari 10 kg atau satu brondolan untuk tiap kilogram tandan
beratnya lebih dari 10 kg. Melihat adanya brondolan yang jatuh ke piringan, maka
panenan dapat dilakukan.
3.    Kerapatan sebaran panen
Kerapatan sebaran panen adalah angka yang menyatakan jumlah pohon yang telah
memiliki tandan matang panen dalam baris tanaman pada satu petak (blok) tanaman
sawit. Angka ini penting diketahui untuk efisiensi pemanenan, karena menyangkut jarak
(ruang) dan waktu yang dibutuhkan untuk memanen.

------------------------------------

Anda mungkin juga menyukai