Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN HIV-AIDS

ASUHAN KEPERAWATAN HIV-AIDS


DENGAN PENYAKIT KULIT (HERPES)

Dosen Pengampu:
Ns. Pira Prahmawati, S.Kep, MKes

Disusun oleh :
KELOMPOK 4
1. A.C Aldo Setiawan (142012018001)
2. M. Valid Aziz A. (142012018018)
3. Maya Safira (142012018021)
4. Rahma Isti Mahfuza (142012018031)
5. Rika Asmita (142012018034)
6. Siti Munawaroh (142012018038)

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2020
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian
Anamnese
1. Biodata
Dapat terjadi pada semua umur, namun pada herpes simpleks sering terjadi pada
remaja dan dewasa muda dan pada herpes zoster sering terjadi pada usia dewasa dari
pada anak-anak. Jenis kelamin ; dapat terjadi pada pria maupun wanita. Pekerjaan pada
herpes simpleks berisiko tinggi pada penjajak seks komersial.
2. Keluhan utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien. Pada beberapa kasus,
timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami demam atau
penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami
trauma fisik maupun psikis. Penderita mengalami nyeri yang hebat, terutama pada
area kulit yang mengalami peradangan berat dan vesikulasi yang hebat.
b. Riwayat penyakit dahulu
Sering terjadi pada orang yang pernah mengalami penyakit herpes atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini. Terjadi juga pada pasien denagan penurunan
sistem kekebalan tubuh (HIV/AIDS) sebagai komplikasi.
c. Riwayat keluarga
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus herpes.
d. Riwayat psikososial
Biasanya mengalami gangguan konsep diri karena adanya lesi pada kulit
terutama pada muka yang dapat diluihat orang. Hal ini meliputi perubahan citra
tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang
mungkin timbul adalah :
 Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh
 Menarik diri dari kontak sosial
 Kemampuan untuk mengurus diri berkurang
e. Pola kehidupan
1) Aktivitas dan istirahat
Klien merasa cemas, tidak bisa tidur karena gatal dan nyeri.
2) Nutrisi dan metabolik
Penurunan nafsu makan, anoreksia
3) Eliminasi
Terjadi gangguan BAB dan BAK pada herpes simpleks genetalis.
4) Psikoseksual
sering terjadi pada seseorang yang terbiasa menggunakan alat secara
bersama-sama atau klien yang mempunyai kebiasaan  melakukan hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan.
5) Aktivitas dan latihan
Terjadi penurunan aktivitas karena nyeri dan gatal
6) Hubungan dan peran sosial
Penurunan psikologis, isolasi adanya karena gangguan citra tubuh.

Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum   : bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh
klien
2. TTV : secara umum mengalami peningkatan TTV , pada kondisi awal atau saat
peradangan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam.
3. Fokus Pengkajian pada Pemeriksaan head to toe
a) General survey
b) Intugumen : adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi,
dapat pula timbul ulkus, pada infeksi sekunder. Juga dapat timbul diaforesis.
c) Kepala : mata ; dikaji adanya vesikel atau tida,  tidak ada  masa, nyeri tekan, dan
penurunan  penglhatan. Hidung ;  tidak ada sekret, tidak ada lesi. Telinga ; tidak
ada edema, tidak ada nyeri tekan .
d) Leher : trakea simetris, pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis  (-),  tidak
ada nyeri tekan.
e) Thoraks : bentuk; simetris, pernafasan; reguler, tidak ada otot bantu nafas,
f) Abdomen : bentuk; simetris, tidak ada benjoan,  tidak nyeri tekan, tidak ada
pembesaran hepar. Perkusi; suara timpani.
g) Genetalia : Pria ; daerah yang perlu diperhatikan adalah gland penis, batang penis,
uretra, dan daerah anus. Wanita ; daerah yang per lu diperhatikan adalah labia
mayora dan minora, klitoris, introitus vaginalis, dan serviks. Jika timbul lesi maka
harus dicatat jenis, bentuk, ukuran,/luas, warna, dan keadaan lesi.
h) Ekstremitas : tidak ada luka dan spasme otot.
7. Pengkajian nyeri
Pada pengkaijan nyeri dapat ditemukan perilaku menangis, merintih, atau marah.
Dilakukan pengukurang nyeri dengan menggunakan skala nyeri.

Pemeriksaan diagnostik
1. Biopsy kulit dari vesikel karena virus yang khas akan menunjukkan : lesi
inta epidermal atau di dermis tengah sampai atas, degerasi hidropik dari   
sel-sel raksasa  karena virus besar dan berinti banyak
2. Suatu preparat apus sitologi dari vesikula, tujuannya mencari sel-sel
raksasa
3. Virus bisa dibiakkan dengan mudah dan cepat dari cairan vesikula (48
jam)
4. Titer antibody pentral akan meningkat sesuadah minggu pertama dari
infeksi primer dan mencapai puncak dalam 2-3 minggu.

3.2 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi virus dan erupsi dermal.
2. Gagguan integritas kulit berhubungan dengan lesi , krusta pada kulit, dan pruitis
3. Hipertermia berhubungan dengan  proses  infeksi  virus herpes
4. Gangguan citra tubuh behubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat
penyakit (timbulnya becak-bercak vesikel di tubuh)
5. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi dan urupsi dermal
3.3 Intervensi
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan

1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Observasi lokasi dan 1. Mengetahui lokasi


berhubungan tindakan keperawatan intensitas nyeri, gatal dan intensitas nyeri
dengan infeksi selama 3x24 jam pasien sehingga dapat
virus dan erupsi menunjukkan nyeri merencanakan
dermal. berkurang / hilang. tindakan selanjutnya
Kriteria Hasil : 2. Anjurkan klien klien 2. Menghindari
a. Skala nyeri untuk tidak menggaruk terjadinya lesi yang
berkurang terlalu keras pada terlalu dalam
b. Klien tidak daerah yang gatal
menggaru-garuk 3. Ajarkan dan anjurkan 3. Dapat menyebabkan
daerah yang klien melakukan tehnik otot-otot menjadi
bervesikel relaksasi dan distraksi relaksasi dan
c. TTV normal mengurangi
rangsangan        
/ hantaran nyeri,gatal
4. Anjurkan mengganti 4. Dapat menghindari
pakaian dalam sesering berkembangnya
mungkin bakteri/virus yang
dapat
memperberat keadaa
n klien
5. Kolaborasi dengan 5. Dapat mengurangi /
dokter dalam menghilangkan 
pemberian : keluhan nyeri
 Kumur
pembersih      mulut
 Obat rendah
 Analgetik
2. Gagguan setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan klien 1. Mencegah
integritas kulit keperawatan selama 3x24 meningkatkan personal penyebaran virus
berhubungan jam pasien menunjukkan hygiene kulit dengan serta mencegah
dengan  lesi , inetegritas kulit yang baik mandi 3x sehari secara terjadinya infeksi
krusta pada Kriteria Hasil : teratur dengan air sekunder
kulit, dan pruitis a. Tidak ada lesi bersih
b. Kulit tampak utuh 2. Anjurkan memperbaiki 2. Status gizi yang baik
c. Vesikel hilang status gizi, dan diet mencegah terjadinya
TKTP infeksi semakin berat
3. Anjurkan untuk selalu 3. Mencegah lesi
memakai obat kumur / menyebar luas dan
obat rendam yang semakin dalam
sesuai dengan infeksi
yang diderita
4. Ajarkan cara oral 4. Mencegah infeksi
hygiene dan vulva menyebar
hygiene sesuai
prosedur    
3. Hipertermia setelah dilakukan tindakan 1. Pantau adanya tanda- 1. Menghindari resiko
berhubungan keperawatan selama 3x24 tanda kejang dan yang fatal akibat
dengan  proses   jam diharapkan pasien hidrasi peningkatan suhu
infeksi  virus menunjukkan suhu tubuh tubuh
herpes. dalam rentang normal 2. Pantau TTV 2. Mengetahui
(36,5-37,5 C) perkembangan
Kriteria Hasil : pasien
a. Suhu tubuh normal 3. Lepaskan pakaian yang 3. Mengurangi produksi
(36,5-37,5 C) berlebih panasyang berlebih
b. TTV normal 4. Gunakan kompres 4. Menurunkan suhu
c. Warna kulit kemerahan dingin/hangat sesuai tubuh
(norma) kenaikan suhu tubuh
d. Tidak mengaami distres 5. Anjurkan cairan per 5. Menhindai dehidrasi
pernafasan, gelisah, atau oral yang adekuat akibat peningkatan
letargi suhu tubuh
6. Kolaborasikan 6. Menrunkan suhu
pemberian antipiretik, tubuh
sesuai indikasi
4. Gangguan citra setelah dilakukan tindakan 1. Kaji mekanisme koping 1. Mengetahui koping
tubuh keperawatan selama 3x24 klien yang dipergunakan
behubungan jam diharapkan pasien klien dalam
dengan menunjukkan konsep diri menghadapi
perubahan yang  baik masalahnya untuk m
penampilan, Kriteria Hasil: enentukan tindakan
sekunder akibat a. Klien  dapat menerima yang akan diberikan
penyakit keadaannya 2. Bina hubungan saling 2. Kepercayaan akan
(timbulnya b. Klien tidak malu percaya dengan klien dapat menyebabkan
becak-bercak bergaul klien kooperatif atas
vsikel di tubuh) c. Klien tidak merasa tindakan yang
rendah diri dilakukan
3. Beri kesempatan klien 3. Menunjukkan
untuk mengunkapkan penerimaan dan
perasaannya memudahkan untuk
belajar dan untuk
mengetahui keadaan
psikologi sklien
4. Berikan motivasi pada 4. Meningkatkan
klien bahwa masalah kepercayaan diri
kulit yang diderita akan klien dan
dapat diatasi dengan merangsang klien
kesadaran klien untuk untuk menuntaskan
berobat pengobatan yang
harus dilakukan
5. Berikan alternatif 5. Memudahkan klien
pemecahan  masalah   untuk beradaptasi
terhadap keadaan
yang dialaminya saat
ini
5. Resiko infeksi setelah dilakuka tindakan 1. Identifikasi faktor – 1. Agar mengetahui
berhubungan keperawtan selama 3x24 faktor predisposisi factor predisfosis
dengan lesi dan jam diharapkan pasien terjadinya penularan terjadinya penyakit
urupsi dermal menunjukkan  resiko sehingga dapat untuk
penularan dihindari
berkurang/hilang 2. Anjurkan klien 2. Dengan menjaga
Kriteria Hasil  : - menjaga kebersihan kebersihan diri dapat
diri ( kulit terutama mencegah
daerah oral dan berkembangbiakan
vulva,pakaian , virus
lingkungan )
3. Anjurkan klien untuk 3. Pengobatan yang
melakukan pengobatan teratur dan tuntas
dan perawatan dapat mencegah
penyakitnya secara kekambuhan, selain
teratur dan sampai itu untuk
tuntas mempercepat
penyembuhan
4. Anjurkan klien untuk 4. Mencegah terjadinya
menghindari kontak penularan 
langsung dengan orang
lain terutama hubungan
seksual   
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Ny. R umur 30 tahun, beralamatkan di Tenggela, Telaga, Gorontalo. Pada


tanggal 10 Mei pukul 09.00 pagi pasien datang kerumah sakit dengan diantar oleh
suaminya. Ny. R mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah
gelembung cair pada daerah genetalia. Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal
selama 4 hari. Ny. R mengeluh nyeri di daerah genetalia dan kulitnya. Ibu
mengatakan pekerjaan beliau dan suaminya sebagai guru di sebuah sekolah dasar.
Dari hasil observasi keadaan umum ibu lemas, kesadaran Compos Mentis, status
emosional stabil, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 24
kali/menit, suhu 38,6 0 C, terdapat vesikel yang multipel di daerah mulut dan
kulitnya. Leukosit < 4000/mmk

A. Pengkajian
Tanggal MRS : 10-05-15                                
Sumber informasi : Klien dan Keluarga
Ruang / kelas : Cendrawasih / I                     
Tgl Pengkajian : 10-05-15
Dx Medis : Herpes Simplex
1. Identitas
Nama : Ny. R
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Gorontalo/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Desa Tenggela, Telaga, Gorontalo
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelumnya Ny. R mengalami gatal-gatal selama 4 hari. Ny. R
mengeluh nyeri di daerah genetalia berwarna kemerahan pada kulit
kemudian di ikuti gelembung gelembung berisi cairan.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini,
pasien juga tidak memiliki alergi. Jika merasa gatal biasanya diolesi
minyak kayu putih bisa hilang dengan sendirinya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi herpes
menyerang daerah genetalia dan sekitarnya. Dua minggu yang lalu
penyakitnya kambuh tapi sekarang sudah sembuh.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
RR : 24 kali/menit
Suhu : 38,6 0 C
b. Pemeriksaan B1 – B6
B1 ( Breathing )
Paru – paru
 Inspeksi           : Simetris, statis, dinamis
 Palpasi             : Sterm fremitus kanan = kiri
 Perkusi            : Sonor seluruh lapang paru
 Auskultasi       : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )

B2 ( Blood )
Jantung
 Inspeksi           : Simetris, statis, dinamis
 Palpasi             : Teraba normal
 Perkusi            : Konfigurasi jantung dalam batas normal
 Auskultasi       : Normal (S1 S2 tunggal)
B3 ( Brain )
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
B4 ( Bladder )
BAK tidak menentu, tidak ada nyeri tekan di area bladder. adanya
lepuhan yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan
membentuk sebuah gelembung cair pada daerah kemaluan.
B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
 Inspeksi                 : Datar
 Palpasi                   : Supel, tidak ada massa
 Perkusi                  : Timpani
 Auskultasi             : Bising usus ( + )
B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun
bawah. Kulit lembab, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna
kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
6. Pola Aktivitas Sehari-hari
a. Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera
dibawa tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik
maupun dokter.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari (porsi
makan +/- 7-8 sendok makan) ditambah makanan ringan serta minum
8 gelas/ hari (1500ml/hari). Namun saat sakit nafsu makan pasien
berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan nafsu makan. Di rumah
sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.
c. Pola Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya,
walaupun pasien tetap kencing dengan frekuensi seperti biasanya,
tetapi pasien merasa nyeri saat berkemih.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan
tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh
kesulitan untuk tidur karena merasakan nyeri dan gatal pada daerah
tubuh teutama kulit
e. Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua
alat indera pasien masih berfungsi dalam batas normal.
f. Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak
mengurangi aktivitasnya karena pasien merasakan nyeri saat berjalan.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan
berusaha menerima segala kondisinya saat ini.
h. Pola Peran Dan Hubungan
Pasien agak risih dengan keadaannya saat ini. Terutama hubungan
dengan sang suami.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan
mempunyai seorang anak. Selama sakit pola seksualitas terganggu.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh,
tetapi harus memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agent cedera biologis
2. Hipertermi b.d proses penyakit
3. Kerusakan Integritas Kulit b.d  faktor mekanik
C. Rencana Keperawatan

N Hari/ta Diagnosa NOC NIC Rasional


o nggal
1 10.05.15 Nyeri akut Setelah diberikan 1. Lakukan 1. Nyeri selalu ada
b.d agent tindakan pengkajian nyeri beberapa derajat
cedera keperawatan secara beratnya keterlibatan
biologis selama 3x24 jam, komprehensif jaringan / kerusakan.
nyeri dapat ( lokasi, Perubahan lokasi/
terkontrol dengan karakteristik, karakter/ intensitas
Kriteria Hasil : durasi, nyeri dapat
- Mampu frekuensi,kualitas mengindikasikan
mengontrol dan faktor terjadinya komplikasi
nyeri (tahu pesipitasi)
penyebab nyeri, 2. Observasi reaksi 2. Menetapkan dasar
mampu non verbal dari untuk mengkaji
menggunakan ketidaknyamanan perbaikan / perubahan
teknik – perubahan
nonfarmakologi 3. Gunakan teknik 3. Dapat menurunkan
untuk komunikasi kecemasan dan
mengurangi teraipetik untuk meningkatkan
nyeri, mencari mengetahui kenyamanan klien
bantuan) pengalaman nyeri
- Melaporkan klien
bahwa nyeri 4. Kontrol lingkungan 4. Menurunkan stimulasi
berkurang yang dapat yang berlebihan dapat
dengan mempengaruhi mengurangi nyeri.
menggunakan nyeri seperti suhu Beberapa orang
manajemen ruangan, mungkin sensitif
nyeri pencahayaan, terhadap cahaya yang
- Mampu kebisingan dapat meningkatkan
mengenali nyeri nyeri
( skala 5. Ajarkan tentang 5. Memfokuskan kebali
intensitas, teknik  pernafasan / perhatian,
frekuensi, dan relaksasi meningkatkan
tanda nyeri) relaksasi, dan
- Menyatakan meningkatkan rasa
rasa nyaman control, yang dapat
setelah nyeri menurunkan
berkurang ketergantunggan
farmakologis
6. Berikan analgetik 6. Menurunkan /
untuk mengurangi mengontrol nyeri dan
nyeri menurunkan
rangsangan system
saraf simpatis
7. Evaluasi 7. Untuk mengetahui
keefektifan kontrol intervensi selanjutnya
nyeri
8. Anjurkan klien 8. Kekurangan tidur
untuk beristirahat dapat meningkatkan
persepsi nyeri /
kemampuan koping
menurun
9. Kolaborasi dengan 9. Untuk mengetahui
dokter jika keluhan intervensi selanjutnya
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
2 10.05.15 Hipertermi  Setelah diberikan 1. Monitor suhu 1. Untuk mengetahui
b.d proses tindakan sesering mungkin intervensi selanjutnya
penyakit keperawatan 2. Monitor warna dan 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 suhu kulit perubahan yang terjadi
jam, pasien 3. Monitor TD, nadi, 3. Tanda – tanda vital
menunjukkan dan RR merupakan acuan
suhu tubuh dalam untuk mengetahui
batas normal keadaan umum pasien
dengan Kriteria 4. Monitor penurunan 4. Penurunan tingkat
Hasil: tingkat kesadaran kesadaran
- Suhu tubuh menunjukkan tanda
dalam rentang bahwa pasien tersebut
normal semakin parah bahkan
- Nadi dan RR bisa syok
dalam rentang 5. Berikan antipiretik 5. Antipiretik dapat
normal menurunkan panas
- Tidak ada 6. Kompres pada 6. Merangsang
perubahan lipatan paha dan penurunan suhu tubuh
warna kulit dan aksila pada hipotalamus
tidak pusing sebagai pusat
pengaturan tubuh
7. Tingkatkan 7. Untuk menjaga agar
sirkulasi udara klien tetap nyaman
8. Tingkatkan intake 8. Peningkatan suhu
cairan dan nutrisi tubuh mengakibatkan
penguapan tubuh
meningkat sehingga
perlu diimbangi
dengan asupan cairan
dan nutrisi yang cukup
3 10.05.15 Kerusakan Setelah diberikan 1. Anjurkan pasien 1. Tekanan baju / balutan
Integritas tindakan menggunakan meminimalkan
Kulit keperawatan pakaian yang jaringan parut dengan
b.d  faktor selama 3x24 jam, longgar mempertahankannya
mekanik diharapkan datar, lembut, dan
kerusakan lunak.
integritas kulit 2. Hindari kerutan 2. Menghindari tekanan
pasien teratasi pada tempat tidur lama pada jaringan,
dengan Kriteria menurunkan potensial
Hasil : iskemia jaringan/
- Integritas kulit nekrosis dan
yang baik bisa pembentukan
dipertahankan dekubitus
(sensasi, 3. Jaga kebersihan 3. Klien yang mengalami
elastisitas, kulit agar tetap kelainan kulit itu
temperature, bersih dan tetap harus selalu
hidrasi, kering dibersihkan. Jika
pigmentasi) tidak, kulit bisa
- Tidak ada luka / menjadi media
lesi pada kulit sehingga bakteri bisa
- Perfusi jaringan masuk
baik 4. Mobilisasi pasien 4. Mencegah secara
- Menunjukkan progresif
pemahaman mengencangkan
dalam proses jaringan parut dan
perbaikan kulit kontraktur,
dan mencegah meningkatkan
terjadinya pemeliharaan fungsi
sedera berulang otot / sendi dan
- Mampu mencegah
melindungi menurunkan
kulit dan kehilangan kalsium
mempertahanka dari tulang
n kelembaban 5. Monitor kulit akan 5. Menunjukkan proses
kulit dan adanya kemerahan inflamasi
perawatan alami 6. Mandikan pasien 6. Jika tidak dibersihkan,
dengan sabun dan kulit bisa menjadi
air hangat media yang baik
sehingga bakteri bisa
masuk. Disarankan
menggunakan sabun
antiseptic.

D. Implementasi Dan Evaluasi

N Hari Jam Implementasi Evaluasi


o / Tgl
1 10.0 09.05  Melakukan pengkajian nyeri Jam : 09.35
secara komprehensif
5.15 S : Klien mengatakan masih
09.10  Mengobservasi reaksi non verbal merasakan nyeri pada daerah
dari ketidaknyamanan sekitar kemaluan
09.15  Menggunakan teknik komunikasi  O :
teraipetik untuk mengetahui - Klien tampak meringis
pengalaman nyeri klien - Nyeri berada pada skala 6 (1-
10)
09.20  Mengontrol lingkungan yang - TTV :
dapat mempengaruhi nyeri seperti TD =120/80 mmHg
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan N = 80x/mnt
SB = 38,60 C
09.25  Mengajarkan tentang
teknik  pernafasan / relaksasi RR = 22x/mnt
A : Masalah nyeri belum teratasi
 Memberikan analgetik untuk
12.00 P : Lanjutkan intervensi
mengurangi nyeri

09.30  Mengevaluasi keefektifan kontrol


nyeri

09.40  Menganjurkan klien untuk


beristirahat

2 10.0  Memonitor suhu sesering Jam : 13.50


10.30 mungkin
5.15 S : Klien mengeluh masih

10.35  Memonitor warna dan suhu kulit demam


O:
09.35  Memonitor TD, nadi, dan RR
- Akral teraba hangat
 Memonitor penurunan tingkat - TTV :
10.30 kesadaran TD =120/80
N = 80x/menit
 Memberikan antipiretik
12.00 SB = 38,4 0 C
 Mengompres pada lipatan paha
10.40 dan aksila RR = 22x/menit
A : Masalah Hipertermi belum
 Meningkatkan sirkulasi udara
10.45 teratasi
10.50  Meningkatkan intake cairan dan
P : Lanjutkan intervensi
nutrisi

3 10.0 11.00  Anjurkan pasien menggunakan Jam : 11.10


pakaian yang longgar
5.15 S : Klien mengeluh adanya
09.10  Hindari kerutan pada tempat tidur gelembung-gelembung diarea
kemaluan dan sekitarnya
11.05  Monitor kulit akan adanya O : adanya gelembung-
kemerahan gelembung kemerahan diarea
genetalia
A : Masalah Kerusakan
integritas kulit belum teratasi
 P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai