Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasar modal adalah salah satu barometer kondisi ekonomi suatu negara

karena merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi dana yang

diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat guna menunjang

pembiayaan pembangunan nasional. Sehingga pasar modal memegang peranan

penting dalam sistem keuangan dan perekonomian suatu negara.

Beberapa tahun terakhir ini pasar modal di Indonesia mulai menunjukan

perkembangnya. Salah satu indikator yang menunjukkan perkembangan sebuah

bursa saham adalah kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar menunjukkan nilai efek

yang tercatat di bursa saham. Atau secara definisi diartikan sebagai total jumlah

surat berharga yang diterbitkan oleh berbagai perusahaan di dalam satu pasar.

Tabel 1.1
Perkembangan Kapitalisasi Pasar
Dalam triliun

Periode IHSG LQ45 JII


2010 3,247.10 2,125.55 1,241.90
2011 3,537.29 2,339.18 1,414.98
2012 4,126.99 2,559.44 1,671.00
2013 4,219.02 2,547.06 1,672.10
2014 5,228.04 3,337.43 1,944.53
2015 4,824.12 2,953.11 1,737.29
Sumber data: Statistik Mingguan Pasar Modal (Otoritas Jasa Keuangan)

Dari tabel diatas dapat dilihat terjadi peningkatan kapitalisasi pasar setiap

tahunnya terhitung dari 2010 sampai dengan 2014. Namun, pada tahun 2015

indeks kapitalisasi pasar menurun cukup drastis, hal tersebut tersebut disebabkan

1
2

oleh melemahnya ekonomi global dan beberapa faktor dalam negeri. Hal ini

mengakibatkan investor melakukan pengalihan investasi.

Perusahaan yang sudah tercatat dibursa tentunya harus mewaspadai hal

tersebut dengan terus meningkatkan kinerjanya karena bagaimanapun juga

melalui pasar modal perusahaan yang telah go public yang telah tercatat dibursa

dapat memperoleh pendanaan eksternal perusahaan. Untuk itu wajib untuk

perusahaan tersebut meningkatkan reputasinya dikancah pasar modal dengan

memaksimalkan nilai perusahaan.

Tujuan utama perusahaan bukanlah untuk memperoleh laba sebesar-

besarnya melainkan untuk mendapatkan nilai perusahaan yang maksimum.

Pemegang saham adalah pemilik dari sebuah perseroan terbatas, dan mereka

membeli saham karena mereka ingin mendapatkan pengembalian keuangan.

Dalam kebanyakan kasus, pemegang saham akan memilih direksi, yang kemudian

akan menunjuk para manajer untuk menjalankan perusahaan secara harian.

Manajer mewakili para pemegang saham, artinya mereka hendaknya mematuhi

kebijakan yang dapat meningkatkan nilai para pemegang saham (Brigham dan

Houston, 2001).

Tujuan perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi-

fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan tepat, mengingat setiap

keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan yang

lain yang berdampak terhadap nilai perusahaan (Jensen dan Smith, 1994; Fama

dan French,1998). Manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan

penting yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi,


3

pendanaan, dan kebijakan dividen. Suatu kombinasi yang optimal atas

ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan, dengan demikian keputusan-

keputusan tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya (Qureshi, 2006).

Kebijakan deviden merupakan keputusan yang penting menyangkut

apakah arus kas akan dibayarkan kepada para pemegang saham atau akan ditahan

untuk diinvestasikan kembali oleh perusahaan. Dewasa ini kebijakan deviden

menjadi topik yang banyak diperdebatkan dalam literartur keuangan dan selalu

menjadi ranking pertama. Isu dari kebijakan deviden belum dapat terpecahkan.

Teori modern dari kebijakan deviden sanagt berkaitan dengan peneltian Miller

dan Modgliani (1961). Miller dan Modigliani menunjukkan bahwa berdasarkan

asumsi-asumsi tertentu termasuk di antaranya para investor yang rasional dan

suatu pasar modal yang sempurna, nilai pasar suatu perusahaan adalah terlepas

dari kebijakan dividennya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Black dan Scholes

(1974).

Beberapa studi empiris menolak devidend irrelevance theory salah satunya

yaitu teori yang dikemukakan oleh Gordon dan Litner (1963) yang mendukung

bird in hand theory sebagai suatu teori relevansi dividen yang didukung oleh

Long (1978), dan Sterk dan Vandenberg (1990). Selanjutnya mencul Teori tax

preference yang menyatakan bahwa rendahnya devidend payout ratio akan

menunjukan lebih rendahnya tingkat pengembalian yang diisyaratkan dan pada

akhirnya akan meningkatkan penilaian terhadap saham- saham perusahaan

(Brennan, 1970).
4

Clientele effects hypothesis menyatakan jika para investor mungkin tertarik

kepada tipe saham-saham yang sesuai dengan preferensi konsumsi atau saving

mereka. Karena tingkat pajak yang lebih tinggi dari pendapatan deviden dibanding

dengan capital gains. Namun, walaupun pengenaan pajak atas dividen bersifat

relatif terhadap capital gains, perusahaan-perusahaan mungkin membayar

devidends untuk mengisyaratkan prospek mereka dimasa yang akan datang.

Penjelasan ini adalah dikenal sebagai information content of dividends or signalin

hypothesis yang didasarkan pada information asymmetry antara para manajer

(insiders) dan para investor dari luar (outsider), dimana para manajer mempunyai

informasi secara pribadi mengenai kinerja saat ini dan keuntungan-keuntungan

masa yang akan datang dari perusahaan yang tidak tersedia untuk outsiders.

Manajer mempunyai insentif guna menyampaikan informasi ini kepada pasar.

Managerial opportunism hypotesis seperti yang diungkapkan oleh Jensen

(1986) dalam Giriyati 2016 bahwa manajer kecenderungan menahan kas dalam

perusahaan, yang menyediakan mereka untuk mengkonsumsi lebih banyak

penghasilan tambahan, menggunakan dalam membangun kerajaan, dan

menginvestasikan dalam proyek- proyek dengan pendapatan yang hanya

meningkatkan gengsi pribadi mereka tetapi tidak bermanfaat bagi para pemegang

saham.

Agency theory menjelaskan bahwa pembayaran dividen dapat mengurangi

masalah yang berhubungan dengan information asymmetry. Dividen mungkin

juga berperan sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi cash flow yang ada di

bawah kendali manajemen, dengan demikian membantu untuk mengurangi


5

masalah keagenan. Suartawan (2014) menjelaskan jika free cash flow dapat

diartikan sebagai adanya dana berlebih yang seharusnya dapat didistribusikan

kepada para pemegang saham, namun keputusan tersebut dipengaruhi oleh

kebijakan manajemen. Dengan mengurangi dana-dana yang ada di bawah

kebijaksanaan manajemen akan menghasilkan suatu kekuatan yang mendorong

para manajer untuk lebih sering masuk ke dalam pasar-pasar modal, jadi menaruh

mereka di bawah pengawasan yang cermat dari para pemasok modal (Rozeff,

1982, dan Easterbrook, 1984).

Prospek pertumbuhan perusahaan dapat digambarkan sebagai suatu

peluang investasi. Myers (1977) memperkenalkan set peluang investasi

(investment opportunity set) untuk pertama kalinya dalam kaitannya untuk

mencapai tujuan perusahaan. Myers (1977) menguraikan tentang pengertian

perusahaan yang terdiri dari suatu kombinasi antara aset yang dimiliki oleh

perusahaan dengan pilihan investasi masa depan perusahaan. Menurut Myers

(1977) Investment opportunity set memberikan petunjuk yang lebih luas dimana

nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran perusahaan di

masa yang akan datang.Menurut teori sinyal, pengeluaran modal perusahaan

tampak sangat penting dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan karena jenis

investasi tersebut memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan dan pendapatan

perusahaan sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai

perusahaan

Penelitian penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh kebijakan

dividen terhadap harga saham atau nilai perusahaan menunjukan hasil yang
6

beragam. Beberapa studi empiris dengan hasil yang menunjukan dukungannya

terhadap dividend irrelevance theory yakni hasil penelitian dari Sembiring dan

Pakpahan (2010) berdasarkan hasil analisis yang dilakukan tidak terdapat

pengaruh kebijakan dividen terhadap Tobins’Q yang merupakan indikator dari

nilai perusahaan.

Dukungan terhadap pandangan bird in the hand theory ditemukan oleh

Giriati (2016) yang melalui uji regresi dapat disimpulkan jika dividend payot

ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan menjadi sinyal positif bagi para

investor karena hal itu menunjukan nilai perusahaan semakin baik.

Studi empiris lainnya mengenai dukungan terhadap pandangan terhadap

tax preferency theory yakni Esterbrook (1984) menyatakan bahwa semakin

banyak dividen yang ingin dibayarkan oleh perusahaan, semakin besar

kemungkinan berkurangnya laba yang ditahan yang menyebabkan perusahaan

harus mencari biaya eksternal untuk investasi baru. Investor beranggapan bahwa

dividen sebaiknya dibagikan sekecil- kecilnya, sejauh dana tersebut dapat

digunakan untuk melakukan investasi pada proyek- proyek yang menguntungkan

atau suatu proyek investasi yang dapat memberikan (Net Present Value) NPV

positif.

Masih banyaknya hasil penelitian terdahulu yang masih menunjukan

research gap antara kebijakn dividen terhadap nilai perusahaan. Beberapa peneliti

menemukan jika pembagian dividen berpengaruh signifikan dan positif terhadap

nilai perusahaan (Giriati, 2016) ( Ansar, Butt dan Shah, 2015), (Hasnawati dan

Sawir, 2015), (Pratama dan Wiksuana, 2016) dan (Ramadhani, et., al, 2015).
7

Sementara beberapa penelitian sebelumnya menenukan tidak ada pengaruh

kebijakan dividen terhadap nilai perusahaaan (Miller dan Scholes, 1983) dan

(Sembiring dan Pakpahan, 2010).

Penelitian ini dilakukan guna menguji teori-teori dan penelitian

sebelumnya yang berkaitan dengan pengaruh kebijakan deviden terhadap nilai

perusahaan serta melengkapi penelitian dari Giriati (2016) yang menyarankan

untuk menambahkan variabel yang memiliki dampak terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini memfokuskan pada perusahaan industri manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010- 2014. Alasan penulis memilih

perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian adalah disebabkan karena

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri dari

berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal

secara keseluruhan. Perusahaan manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan

terbanyak di Bursa Efek Indonesia yang sangat berperan penting dalam

pertumbuhan ekonomi negara.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

mengadakan suatu penelitian kembali dengan mengambil judul; “Pengaruh

Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah:


8

1. Apakah kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

2. Apakah perilaku oportunistik manajerial berpengaruh terhadap nilai

perusahaan?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

4. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

5. Apakah invesment opportunity set berpengaruh terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

memperoleh bukti menegenai:

1. Kebijakan deviden berpengaruh terhadap nilai perusahaan

2. Perilaku oportunistik manajerial berpengaruh terhadap nilai perusahaan

3. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan

4. Free cash flow berpengaruh terhadap nilai perusahaan

5. Invesment opportunity set berpengaruh terhadap nilai perusahaan

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk banyak pihak,

seperti:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan teori, terutama kajian mengenai kebijakan deviden dan imbasnya

terhadap nilai perusahaan melalui bukti empiris.

1.4.2 Manfaat Praktis


9

1. Bagi pihak investor

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi pada investor untuk

dijadikan sebagai bahan pertimbangan investor untuk memilih investasi, terkait

dengan nilai pasar perusahaan

2. Bagi pihak manajemen perusahaan

Diharapkan dapat memberikan masukan terkait dengan kebijakan deviden

dalam rangka peningkatan nilai perusahaan dengan memperhatikan faktor- faktor

pendukung lainnya.

Anda mungkin juga menyukai