LANDASAN TEORI
2.1 Perencanaan dan Pengendalian Produksi
2.1.1 Konsep Dasar Sistem Produksi
Menurut Gaspersz (2012, p. 7), suatu proses dalam sistem produksi
merupakan integrasi sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode
kerja, dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan
nilai tambah bagi suatu produk. Terdapat lima desain sistem produksi sebagai
respon terhadap permintaan konsumen (Gaspersz, 2012, p. 11):
1. Design-to-Order / Engineer-to-Order
2. Make-to-Order
3. Assemble-to-Order
4. Make-to-Stock
5. Make-to-Demand
4
5
2.2 Peramalan
2.2.1 Konsep Dasar Peramalan
Peramalan merupakan input dasar yang digunakan dalam
pengambilan keputusan dari suatu proses manajemen operasi karena
menyediakan informasi permintaan di masa depan (Svenson, 2009, p. 72).
Menurut Render, Stair, & Hanna (2009, p. 178) teknik peramalan secara
umum dapat dibedakan sebagai berikut (lihat Gambar 2.1).
S
umber: (Render, Stair, & Hanna, 2009, p. 179)
Gambar 2.1 Tipe-tipe Teknik Peramalan
Time-series methods merupakan metode peramalan yang didasarkan
hanya pada informasi dan pola data di masa lalu untuk meramalkan nilai di
masa depan pada suatu rangkaian tertentu. Beberapa pola tersebut antara lain
tren, musiman, siklus, dan acak. Sedangkan causal methods merupakan
peramalan yang diturunkan dari hasil analisis data disamping data hasil
peramalan rangkaian waktu yang dilakukan, sehingga terdapat variabel
dengan nilai yang berkaitan dengan nilai yang diramalkan (Nahmias, 2009,
pp. 57-58).
2.2.2 Teknik Peramalan
Menurut Baroto (2002, pp. 32-34), pada pola data tren dan acak,
metode peramalan yang sesuai untuk digunakan antara lain adalah regresi
linier, exponential smoothing, atau double exponential smoothing.
Berdasarkan hal tersebut, teknik peramalan yang digunakan dalam studi
kasus ini antara lain:
1. Double exponential smoothing satu parameter (Metode Brown)
Pada teknik double exponential smoothing satu parameter (Metode
Brown), perhitungan menambahkan satu parameter (Ginting, 2007, p. 53):
(2.1)
(2.2)
Dimana:
S’t = Single exponential smoothing pada periode t
S’’t = Double exponential smoothing pada periode t
Rumus untuk menghitung peramalan periode t adalah sebagai berikut:
(2.3)
(2.4)
(2.5)
2. Double exponential smoothing dua parameter (Metode Holt)
Pada teknik double exponential smoothing dua parameter (metode Holt),
perhitungan memerlukan dua konstanta smoothing, α dan β, serta
6
Dimana:
St = Intercept pada periode t
Gt = Slope pada periode t
α = Konstanta smoothing pada intercept
β = Konstanta smoothing pada slope
τ = jarak antar waktu peramalan
3. Regresi Linier
Perumusan peramalan pada teknik ini adalah sebagai berikut (Nahmias,
2009, pp. 75-76):
(2.9)
Dimana:
Ft = Peramalan permintaan
b = Derajat kemiringan persamaan garis regresi
a = Konstanta y bila x = 0
t = Periode
Untuk mencari nilai a dan b dilakukan perhitungan berikut:
(2.10)
(2.11)
(2.12)
(2.13)
Dimana:
= Rata-rata permintaan
Di = Permintaan pada periode i
n = Periode waktu
2.2.3 Keakuratan Peramalan
Render, Stair, dan Hanna (2009, pp. 182-183) mengatakan bahwa
tingkat kesalahan dari hasil suatu peramalan dapat dilihat dari selisih antara
nilai peramalan dengan nilai sebenarnya. Beberapa cara untuk mengukur
keakuratan peramalan dilihat dari nilai Mean Absolute Deviation (MAD),
Mean Squared Error (MSE), serta Mean Absolute Percent Error (MAPE)
yang dirumuskan sebagai berikut:
(2.14)
(2.15)
(2.16)
Past Due
Aug-13
Apr-13
Nov-13
Mei-13
Dec-13
Jun-13
Oct-13
Sep-13
Jul-13
Periode
- Master Scheduled (MS), yaitu jadwal produksi yang diantisipasi untuk item
tertentu. Nilai MS didapatkan dari formulasi sebagai berikut:
(2.21)
May-13
Aug-13
Apr-13
Nov-13
Dec-13
Jun-13
Oct-13
Sep-13
Jul-13
Periode Past Due
Gross Requirement
Scheduled Receipts
Projected Available
Balance 1 (PAB 1)
Net Requirement
Planned Order Receipt
Planned Order Release
Projected Available
Balance 2 (PAB 2)
Sumber: (Gaspersz, 2012, p. 271).
Keterangan dan rumus perhitungan dari Tabel 2.2 tersebut antara lain
(Gaspersz, 2012, pp. 271-277):
- Lead Time, yaitu jangka waktu yang dibutuhkan dari waktu MRP
menyarankan suatu pesanan sampai item yang dipesan siap digunakan.
- On Hand, yaitu kuantitas item yang secara fisik tersedia.
- Lot Size, yaitu kuantitas yang harus dipesan serta teknik lot-sizing yang
digunakan.
- Safety Stock (SS), yaitu stok aman untuk mencegah fluktuasi permintaan.
- Planning Horizon, yaitu banyaknya waktu yang tercakup dalam
perencanaan.
- Gross Requirements, yaitu total dari semua kebutuhan, termasuk kebutuhan
antisipatif untuk setiap periode waktu. Pada bahan baku nilai ini didapatkan
dari nilai Master Scheduled pada MPS. Sedangkan pada material nilai ini
didapatkan dari nilai Planned Order Release material yang berada pada
level diatasnya dikalikan dengan kuantitas bahan baku yang digunakan.
11
suatu set standar model yang dibangun dan notasi yang dikembangkan secara
spesifik untuk pengembangan berorientasi objek (Satzinger, Jackson, & Burd,
2005, p. 48). Pengembangan berorientasi objek unggul dalam hal perawatan,
dimana software dapat dimodifikasi untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungan (Din & Idris, 2009, p. 71).
2.6.2 Pemodelan Analisis Kebutuhan Sistem dengan Notasi UML
1. Activity Diagram
Activity diagram merupakan suatu diagram aliran kerja sederhana
yang mendeskripsikan berbagai aktivitas user (atau sistem), orang yang
melakukan aktivitas tersebut, serta urutan dari aliran aktivitasnya
(Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 144). Simbol-simbol pada activity
diagram dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:
Actor
Actor
Objek
Object Lifeline
Input dan
Output Message
Sumber: (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 315)
16
6. Database Design
Beberapa langkah dalam membuat perancangan database
berdasarkan skema dari class diagram antara lain tentukan kelas yang
membutuhkan persistent storage, tampilkan persistent storage, tampilkan
hubungan antar persistent storage, serta pilih tipe data dan batasan
nilainya (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 400).
7. User Interface
Menurut Satzinger, Jackson, & Burd (2005, p. 442) user interface
merupakan bagian dari sistem informasi yang memerlukan interaksi dari
user guna menghasilkan suatu input dan output. Dalam merancang suatu
user interface yang interaktif, terdapat delapan aturan emas yang perlu
untuk diikuti, yaitu (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 454):
a. Strive for Consistency
b. Enable Frequent Users to Use Shortcuts
c. Offer Informative Feedback
d. Design Dialogs to Yield Closure
e. Offer Simple Error Handling
f. Permit Easy Reversal of Actions
g. Support Internal Locus of Control
h. Reduce Short-Term Memory Load
Story board merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
mendokumentasikan rancangan user interface dengan menunjukkan
urutannya pada tampilan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2005, p. 460).