Anda di halaman 1dari 35

Paper

Kebutuhan Seksualitas

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Seksualitas I

Koordinator Mata Ajar :Sari Sudarmiati, S.Kep., M.Kep, Ns. Sp.Kep.Mat

Disusun oleh:

Muri Murdiana A. 22020111120009


Latif Ma’ruf N. 22020111130064
Nauvilla Fitrotul A. 22020111130084
Endah Luthfiana 22020111130088
Nurul Hidayati 22020111130094
Barasanti Ayuningtyas 22020111130095
Risma Anggraeni Y. 22020111140113

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
A. Pengertian Seksualitas
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang
berhubungan dengan alat reproduksi.Sedangkan menurut prof. Achir Yani seksualitas
merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia dan merupakan ekspresi dan pengalaman diri bagi makhluk seksual. Berbeda
dari definisi seksualitas, seks merupakan kegiatan fisik sedangkan seksualtas sendiri
bersifat total, multidetermined, dan multidimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat
holistik yang melibatkan aspek biopsikososial, kultural, dan spiritual.Seksualitas tidak
terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan ekspresi
kepribadian, perasaan fisik, serta simbolik tentang kemesraan, menghargai, dan saling
memerhatikan secara timbal balik. (Hamid, 2008)

B. Seksualitas Berdasarkan Tumbuh Kembang Manusia


Seksualitas erat hubungannya dengan jenis kelamin.Jenis kelamin yang ada pada
manusia ada 2, yaitu perempuan dan laki-laki. Di kehidupan sosial, jenis kelamin akan
menentukan bagaimana seseorang berkembang baik dalam bidang biopsikososial ataupun
secara fisik. Jadi jenis kelamin merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia.

1. Bayi (lahir-18 bulan)


Karakteristik (Hamid, 2008):
a. Membutuhkan kasih sayang dan stimulasi sentuhan
b. Anak laki-laki mengalami ereksi dan wanita potensial orgasme
c. Secara bertahap dapat membedakan diri sendiri dan orang lain
d. Berpakaian sesuai gender
e. Mainan sesuai gender

2. Toddler (1-3 tahun)


Karakteristik (Hamid, 2008):
a. Mengembangkan pengendalian terhadap defekasi dan berkemih
b. Kedua jenis seks menikmati memegang genetalianya
c. Mampu mengidentifikasi jenis kelaminnya sendiri
d. Mengembangkan perbendaharaan kata terkait dengan anatomi
3. Pra sekolah (4-6 tahun)
Karakteristik (Hamid, 2008):
a. Sampai usia 6 tahun, seksualitas sudah diinternalisasikan
b. Cara bermain dan berpakaian sesuai dengan gender
c. Menikmati mengeksplor bagian tubuh sendiri dan tempat bermain
d. Terlibat masturbasi

4. Usia sekolah (6-10 tahun)


Karakteristik (Hamid, 2008):
a. Terdapat keterikatan emosional antara orang tua dan anak dengan jenis seks yang
berbeda
b. Kecenderungan untuk berteman dengan jenis seks yang sama
c. Keingintahuan tentang seks dan berbagi rasa takut
d. Peningkatan kesadaran diri

5. Pre-remaja (10-13 tahun)


Karakteristik:
a. Pubertas mulai terlihat perkembangan seks sekunder (Hamid, 2008)
b. Pada saat ini kelenjar endokrin, terutama kelenjar pituitari dan gonad, mulai
memproduksi hormon-hormonnya dalam jumlah yang lebih besar dan bahan-
bahan kimia ini disebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang menyebabkan
perubahan dalam bentuk tubuh, kecepatan pertumbuhan, perkembangan organ-
organ tubuh (Hamilton, 1995)
c. Mungkin menguji batasan perilaku (Hamid, 2008)
d. Pada anak perempuan, perubahan-perubahan ini terlihat pada usia 10-15 tahun.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja wanita antara lain adalah
pertumbuhan putting susu dan payudara, pertumbuhan rambut pubis dan aksila
pinggul dan pelvis melebar, menerke (awal menstruasi) dan ovulasi yang
mengikuti menarke 6-12 bulan (Hamilton, 1995)
e. Pada anak laki-laki perubahan ini terlihat pada usia 12-17 tahun. Perubahan-
perubahan yang khas terjadi adalah peningkatan ukuran testis dan penis;
pertumbuhan rambut pubis, wajah, aksila dan dada; pelebaran dada, penyempitan
panggul; tinggi dan berat badan bertambah; pembentukan sperma; dan emisi
noktural (mimpi basah)(Hamilton, 1995).
6. Remaja (13-19 tahun)
Karakteristik:
a. Masa remaja merupaka masa transisi antara masa anak menuju masa dewasa. Pada
masa ini ditandai dengan perubahan-perubahan fisik pubertas dan emosional yang
kompleks, dramatis serta penyesuaian sosial yang penting untuk menjadi dewasa.
Organ-organ yang mencerminkan identitas seksual mereka mulai mencapai
kematangan (Hamilton, 1995).
b. Perubahan yang terjadi baik pada pria maupun wanita remaja adalah mengalami
perubahan kulit. Kelenjar minyak menjadi lebih aktif, yang menyebabkan jerawat
dan bintik hitam. Kelenjar keringat menghasilkan keringat lebih banyak yang
menyebabkan bau badan. Pembuluh-pembuluh darah kulit berdilatasi sebagai
respon rangsangan emosional, yang menyebabkan blusing(kemerahan) (Hamilton,
1995).
c. Mulai menjalin hubungan dengan jenis kelamin yang berbeda (Hamid, 2008)
d. Fantasi seksual merupakan hal yang biasa (Hamid, 2008)
e. Masturbasi merupakan hal yang biasa (Hamid, 2008)
f. Mungkin sudah mencoba kegiatan hubungan seksual (Hamid, 2008)
g. Anak wanita peduli dengan reputasi dan citra diri (Hamid, 2008)
h. Anak laki-laki peduli dengan persaingan dalam kegiatan seksual (Hamid, 2008)
i. Kehamilan pada remaja makin meningkat (Hamid, 2008)

7. Dewasa Awal (20-35 tahun)


Karakteristik (Hamid, 2008):
a. Melakukan hubungan seksual
b. Pengetahuan tentang respons seksual meningkatkan kepuasan hubungan
c. Mungkin mencobakan berbagai ekspresi seksual
d. Mengambangkan system nilai dan menghargai system nilai orang lain
e. Berbagi tanggung jawab finansial dan tugas rumah tangga dengan pasangan hidup

8. Dewasa tengah (35-55 tahun)


Karakteristik (Hamid, 2008):
a. Perubahan tubuh karena menopause
b. Pasangan memusatkan pada kualitas bukan kuantitas pengalaman seksual
c. Mungkin terjadi perceraian
d. Anak-anak mulai meninggalkan rumah dan mulai dengan pengalaman seksual
mereka sendiri
e. Kepuasan seksual meningkat karena hilangnya rasa takut hamil

9. Dewasa lanjut dan lansia (>55 tahun)


Karakteristik:
a. Orgasme mungkin lebih jarang dicapai baik oleh suami maupun istri (Hamid,
2008)
b. Sekresi vagina berkurang dan rasa resolusi bagi pria memanjang(Hamid, 2008)
c. Mungkin merasa perlu mendapat informasi tentang proses menua dan
pengaruhnya terhadap hubungan seksual (Hamid, 2008)
d. Terjadi klimakterium yang menjadi puncak dari semua periode kehidupan ketika
organ-organ reproduksi menjadi tidak aktif. Yang termasuk dalam klimakterium
adalah menstruasi pada wanita dan menurunnya fertilisasi pada pria (Hamilton,
1995)
e. Tahap ini sering disebut dengan menopause, yaitu masa ketika menstruasi
menurun pada wanita(Hamid, 2008).

Sedangkan pertumbuhan dan perkembangan seks manusia (libido) digolongkan


menjadi beberapa tahap, antara lain(Manuaba, 2009):
Tahap oral Sampai umur manusia mencapai 1-2 tahun, tingkat kepuasan dicapai
dengan menghisap putting susu ibu, dot botol, atau menghisap jari.
Tahap anal Kepuasan seks anak yang kira-kira berumur 3-4 tahun dicapai melalui
rangsangan anus saat buang air besar, sehingga ia sering duduk berlama-
lama di toilet sehingga kepuasan tercapai
Tahap falik Terjadi ketika anak berusia 4-5 tahun dengan cara mempermainkan alat
kemaluaannya
Tahap laten Terjadi pada anak usia 6-12 tahun. Tingkah laku seksual biasanya terbenam
karena kegiatan sehari-hari yang membuatnya lelah
Tahap genital Umur anak sekitar 12-15 tahun. Pada tahap ini tanda seks sekunder mulai
berkembang dan keinginan seks dalam bentuk libido mulai tampak dan
berlangsung sampai mencapai usia lanjut. Pada masa ini merupakan tahap
peralihan dari anak menuju orang dewasa yang memerlukan pengawasan
dari orang tua.
C. Etik-Legal Seksualitas
1. ABORTUS
Dalam Roe V. Wade (1973), The United States Supreme Court
menegakkanprivasi termasuk keputusan wanita untuk melakukan aborsi. Dalam
pernyataan Roe tersebut diputuskan dalam pengadilan bahwa wanita dalam konsultasi
dengan dokternya bebas untuk mengakhiri suatu kehamilan tanpa peraturan negara
bagian sepanjang trimester pertama, selama resiko mortalitas maternal dari aborsi
tersebut lebih kecil dari kehamilan normal.Namun pada trimester kedua negara
mempunyai hak atas hukum terhadap perlindungan maternal dan selama trimester
ketiga melarang aborsi kecuali untuk melindungi kesehatan maternal (Poter, 2005).
Terdapat dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus buatan.Abortus
spontan merupakan mekanisme ilmiah untuk mengeluarkan janin secara
abnormal.Sedangkan abortus buatan dapat bersifat legal maupun illegal. Abortus
buatan illegal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang tidak berkompeten dengan cara
memijit perut bagian bawah maupun memasukkan benda asing maupun ramuan-
ramuan tertentu yang dapat berakibat fatal. Sedangkan abortus legal merupakan
tindakan yang harus dilakukan dengan persetujuan ibu hamil bersangkutan dan suami.
Tindakan yang dilakukan merupakan tindakan operatif dengan cara medical dan
dilakukakan oleh dokter atau tenaga medis tertentu dan dilaksanakan di rumah sakit
maupun klinik (Hanafiah, 1999).
Dalam deklarasi Oslo (1970) dan di dukung oleh General Assembly dari WMA
tentang pengguguran terdapat pada butir sumpah dokter yang berbunyi “ saya akan
menghormati hidup insane sejak pembuahan” maka abortus buatan legal dilakukan
dengan syarat-syarat sebagai berikut (Hanafiah, 1999):
a. Hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik
b. Suatu keputusan untuk menghentikan kehamilan, sedapat mungkin disetujui
secara tertulis oleh dua orang dokter yang dipilih berkat kompetensi professional
mereka.
c. Prosedur itu hendaknya dilakukan oleh seorang dokter yang kompeten di instalasi
yang diakui oleh suatu otoriras yang sah.
d. Jika dokter merasa bahwa hati nuraninya tidak membenarkan ia melakukan
penggufuran tersebut, maka ia berhak mengundurkan diri dan menyerahkan
pelaksanaan tindakan medic itu kepada sejawatnya yang lain yang lebih
berkompeten.
Dalam UU NO. 23 tahun 1992 tentang kesehatan yang berkaitan dengan abortus
buatan legal yaitu sebagai berikut (Hanafiah, 1999):
Pasal 15
(1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
(2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan:
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan
pertimbangan tim ahli;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya;
d. Pada sarana kesehatan tertentu.

2. KELUARGA BERENCANA (KB)

Program KB menjadi program nasional sejak 1970, dalam pelayanan KB terdapat


berbagi cara seperti cara tradisional, barier, hormonal (pil, suntikan, susuk KB),
AKDR dan kontrasepsi mantap (konta). Segala kontrasepsi yang ditawarkan harus
mendapat persetujuan pasangan suami istri (PASUTRI) setelah mendapatkan
penjelasan (informed consent) sesuai dengan hak gak pasien. Hal tersebut dilakukan
dengan cara non-bedah dan secara tertulis untuk kontap. Dalam penjelasannya tenaga
medis dokter wajib menjelaskan tentan kontra indikasi, efektifitas, keamamanan
setiap jenis kontrasepsi dengan pasangan suami istri tersebut yang menentukan
(Hanafiah, 1999).

Dalam UU RI NO.10 Tahun1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga Sejahtera terdapat butir-butir tentang penyelenggaraan
keluarga berencana dari segi hak PASUTRI dan etik (Hanafiah, 1999).

Pasal 17
(1) Pengaturan kelahiran diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna dan
berhasil guna serta dapat diterima oleh pasangan suami-istri sesuai dengan
pilihannya.
(2) Penyelenggaraan pengaturan kelahiran dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggung jawabkan dari segi kesehatan, etik dan agama yang dianut
penduduk yang bersangkutan.

Pasal 18

Setiap pasangan suami istri dapat menentukan pilihannya dalam merencanakan dan
mengatur jumlah anak, dan jarak antara kelahiran anak yang berlandaskan pada
kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap generasi mendatang

Pasal 19

Suami dan isteri mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta kedudukan yang
sederajad dalam menentukan cara peraturan kelahiran.

Pasal 20

(1) Penggunaan alat obat dan cara pengatura kehamilan yang menimbulkan risiko
terhadap kesehatan dilakukan atas petunjuk dan atau oleh tenaga kesehatan yang
berwenang untuk itu.
(2) Tata cara penggunaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan menurut
standar profesi kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 21

Mempertunjukkkan dan atau memperagakan alat, obat dan cara pengaturan kehamilan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana serta dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.

3. TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATAN


Terjadinya kemajuan iptek kedokteran dalam bidang reproduksi manusia secara
pesat. Hal tersebut yang mendorong untuk memanfaatkannya dalam pelaksaanaan
pengupayaan kehamilan di luar cara alamiah yang disebut “Teknologi Reproduksi
Buatan”. Sebagai upaya terakhir dalam pengobatan pasangan kurang subur (infertil),
karena memerlukan biaya yang besar maka dapat menimbulkan distress pada
pasangan yang bersangkutan.Teknik tersebut biasa kita sebut bayi tabung(Hanafiah,
1999).
Terdapat berbagai cara yang telah dikembangkan dan semua cara-cara tersebut
serta masalah lain seperti donasi oosit terhadap ibu yang menopause, reproduksi pasca
meninggal dunia (posthumous), dan ibu pengganti (surrogate mother), mempunyai
implikasi terhadap hukum , agama, dan etik yang memerlukan perbagai pertimbangan
berbagai pakar (Hanafiah, 1999).
Selain adanya bayi tabung, terdapat perkembangan iptek di dunia kedokteran
dalam penduplikatan manusia yang biasa disebut kloning.Dalam dunia pertanian dan
kedokteran telah lama mengenal cloning yang digunakan untuk membuat duplikat
pada domba.Namun meskipun dalam perkembangannya cloning benar-benar
digunakan pada manusia hal itu tidak dibenarkan dalam hukum agama etik, meskipun
cloning manusia beralaskan riset hal tersebut tetap tidak dapat dibenarkan(Hanafiah,
1999).
Pasal 16k
(1) Kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk
membantu suami istri mendapatkan keturunan.
(2) Upaya kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
dapat dilakukan oleh pasangan suami isteri yang sah dengan ketentuan:
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami isteri yang bersangkutan,
ditanamkan dalam rahim isteri dari mana ovum berasal;
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempuyai keahlian dan kewenangan
untuk itu;
c. Pada sarana kesehatan tertentu.

D. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Seksualitas


1. Pertimbangan perkembangan
Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional, dan
biologis kehidupan, yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu. Sejak
lahir, gender atau seks mempengaruhi perilaku individu sepanjang kehidupannya
(Hamid, 2008).

2. Kebiasaaan hidup sehat dan kondisi kesehatan


Menurut Hamid (2008), tubuh, jiwa, dan emosi yang sehat merupakan persyaratan
utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual. Trauma atau stres dapat
mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan
sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya termasuk
penyakit.Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat, dan pandangan hidup yang
positif berkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan. Kondisi
kesehatan yang dimaksud adalah:
a. Nyeri yang menahun disertai nyeri menetap atau rasa nyeri yang luar biasa, dapat
menurunkan gairah untuk melakukan kontak seksual.
b. Penyakit Diabetes Mellitus dapat menimbulkan impoten atau jenis disfungsi
seksual lainnya.
c. Penyakit kardiovaskular, respons seksual dapat meningkatkan kerja jantung dan
struktur organ lainnya. Seseorang dengan penyakit kardiovaskular mungkin lebih
mengalami ansietas karena efek penyakit terhadap seksualitas dan fungsi
seksualnya.
d. Hipertensi paling menimbulkan kesulitan bagi yang mengalaminya karena
penggunaan obat-obat hipertensi sering mempengaruhi fungsi seksual. Gangguan
fungsi seksual dapat dikurangi dengan memodifikasi dosis obat atau mengubah
waktu penggunaannya.
e. Infark miokardial (serangan jantung). Tujuan utama setelah mengalami infark
jantung adalah memberi kesempatan pada jantung untuk pulih. Kegiatan hidup
sehari-hari termasuk kegiatan seksual, perlu dikurangi termasuk kebiasaan hidup
yang kurang sehat, seperrti minum alkohol dan hindari tekanan emosional.
Untukserangan jantung tanpa komplikasi dapat melakukan kegiatan seksual
setelah 3 minggu sembuh, yang secara bertahap ditingkatkan hingga 3 bulan
setelah pulih. Posisi berhubungan seksual juga perlu dipertimbangkan secara hati-
hati.
f. Penyakit persendian atau gangguan mobilitas, sering menyerang pada kelompok
usia muda dan lanjut usia. Nyeri, kelelahan yang berlebihan, kekakuan, dan
gangguan gerakan biasanya menyertai keluhan gangguan persendian. Penyakit ini
sendiri tidak langsung mempengaruhi fungsi seksual, tetapi manifestasinya yang
dapat menimbulkan rasakurang nyaman dan ansietas.
g. Pembedahan dan citra tubuh. Pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat
jaringan atau memperbaiki organ tubuh tertentu, biasanya memerlukan insisi yang
dapat menimbulkan bekas luka, terutama pembedahan karena kanker. Pasien
dengan kanker sangat takut dengan diagnosis kanker dan sangat memikirkan
kemungkinan kematian yang akan dihadapinya. Setelah pembedahan, individu
perlu mengatasi dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dialaminya.
Perubahan citra tubuh juga mempengaruhi persepsi seseorang sebagai makhluk
seksual.
h. Operasi
Contoh prosedur bedah yang mempengaruhi seksualitas adalah sesar kelahiran,
histerektomi, dan masectomy.Wanita yang menjalani persalinan caesar mungkin
mengalami waktu yang lebih lama dibandingkan wanita yang melahirkan secara
normal, dan mungkin merasa keinginan kurang untuk melanjutkan hubungan
seksual.Wanita yang telah memiliki hystrectomies mungkin percaya feminitas
mereka telah terpengaruh.keuntungan, keyakinan ini irasional, karena perempuan
dengan hysterctomies tentu mampu melakukan hubungan seksual dan mengalami
orgasme. Wanita yang telah memiliki masectomies mungkin juga percaya bahwa
feminitas telah dirugikan, khususnya di masyarakat yang sangat menekankan
payudara sebagai obyek seksual.Mastectomiy yang negatif dapat mempengaruhi
pandangan wanita dirinya, yang, pada gilirannya, dapat mempengaruhi fungsi
negatif seksual.
i. Cedera medula spinalis. Berbagai bentuk kecelakaan dapat menimbulkan cedera
medula spinalis yang menimbulkan berbagai ketidakmampuan yang menetap.
Individu yang cedera perlu beradaptasi dengan pola kehidupan normal yang
sebelumnya dijalani termasuk mobilitas, eliminasi, maupun fungsi seksualnya.
Ejakulasi dan orgasme mungkin masih dapat dicapai apabila hanya mengalami
cedera ringan pada medula spinalis. Namun, ada juga yang merasa kehilangan
sensasi.
j. Gangguan jiwa. Gangguan psikologis dan fisik akibat penyakit jiwa dapat
mengganggu fungsi seksual seseorang. Bahkan, depresi ringan dapat
mempengaruhi keinginan dan fungsi seksual.
k. Penyakit kelamin. Penyakit kelamin dapat ditularkan melalui kontak seksual.
Penyakit kelamin yang telah lanjut dapat mengakibatkan peradangan pelvis pada
wanita yang selanjutnya berpotensi menimbulkan masalah infertilitas.

3. Obat
Beberapa obat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan hubungan
seksual.Rogers (1990) membahas obat-obat sesuai dengan kategori obat resep.Banyak
obat terapi konvensional dapat mempengaruhi fungsi seksual termasuk antihipertensi,
antidepresan.Obat sosial yang dapat mempengaruhi seksualitas dan respon seksual
termasuk alkohol, opiat, ganja (Hamid, 1999).

4. Gaya hidup
Gaya hidup seperti penggunaan alkohol dapat mempengaruhi keinginan
seksual.Namun sekarang ini banyak ditemukan efek negatif alkohol terhadap
seksualitas jauh melebihi gairah pada mulanya.Selain itu menemukan waktu yang
tepat untuk aktivitas seksual juga menjadi kendala tersendiri, misalnya bagi individu
yang bekerja mungkin mereka merasa terbebani karena dituntut untuk memenuhi
kebutuhan seksual pasangannya (Hamid, 1999).

5. Peran dan hubungan


Kualitas peran dan hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat
mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya.Cinta dan rasa percaya merupakan
kunci utama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan
hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya. Pengalaman
dalam berhubungan seksual sering kali ditentukan oleh individu yang dengannya ia
berhubungan seksual. Oleh karena itu, perlu mengkaji dan memahami kualitas
hubungan seseorang, khususnya hubungan seksualnya (Hamid, 2008).

6. Kognitif dan persepsi


Faktor psikologis meliputi aspek-aspek seperti citra diri, mental yang dipicu oleh
pikiran, menyebabkan timbulnya gairah seksual.Keadaan emosional sangat
mempengaruhi respon seksual (Fitriana, 2010).

7. Budaya, Nilai dan Keyakinan


Faktor budaya, termasuk pandangan mayrakat tentang seksualitas dapat
mempengaruhi individu.Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang
identitas dan perilaku seksual. Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara
stimulasi seksual, dan hal lain yang terkait dengan kegiatan seksual. Pada kelompok
etnis tertentu, wanita diharapkan bersikap pasif dalam berperilaku seksualnya.
Sementara pada kelompok etnis yang lain, peran aktif wanita sangat dianjurkan
(Hamid, 2008).

8. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung
terhadap seksualitas. Sebagai contoh, seseorang yang merasa harga dirinya rendah dan
kurang percaya diri akan berdampak negatif terhadap fungsi seksualnya. Seorang laki-
laki dewasa hanya akan mendapatkan kepuasan seksual jika berhubungan seksual
dengan anak kecil (Hamid, 2008).

9. Agama
Pandangan agama berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang. Berbagai
bentuk ekspresi seksual yang di luar kebiasaan, akan dianggap tidak wajar. Konsep
tentang keperawanaan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap
dosa untuk agama tertentu (Hamid, 2008).

10. Pengalaman sebelumnya


Seseorang yang mengalami pelecehan seksual di masa lalu kemungkinan akan
mengalami dampak yang negatif akan mempengaruhi fungsi seksual saat ini. Sebuah
contoh yang lebih halus adalah bahwa seorang pria atau wanita yang telah tumbuh
dengan budaya tabu yang berkaitan dengan seksualitas, dan sulit menemukan dalam
keterlibatan hubungan (Hamid, 2008).

11. Jenis Kelamin


Perempuan cenderung lebih bisa mengontrol, mengatur, dan mengendalikan hasrat
seksualitasnya,karena berdasarkan penemuan di bidang neurosains secara struktural
otak laki-laki dan perempuan memang berbeda. Hal tersebut berhubungan dengan
pola biologis dan seksual antara laki-laki dan perempuan (Fitriana, 2010).

12. Lingkungan
Klien yang dirawat di rumah sakit terutama yang menjalani perawatan jangka
panjang, mungkin merasa terhambat untuk memiliki hubungan seksual dengan
pasangan atau melakukan masturbasi dalam batas-batas dari sebuah ruangan rumah
sakit.Lingkungan juga merupakan faktor bagi orang-orang yang tidak dirawat di
rumah sakit.Hidup dalam kondisi ramai dapat menghalangi privasi.Kekhawatiran
tentang pencemaran lingkungan yang mempengaruhi kesuburan juga dapat
mempengaruhi seksualitas (Fitriana, 2010).

13. Pendidikan Orang tua


Hal ini berhubbungan dengan pola komunikasi dan pola asuh yang diterapkan
selama periode pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Seorang anak yang
dibesarkan dengan pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar mengenai
mendidik anak tentu saja akan berbeda hasilnya dengan yang tidak (Fitriana, 2010).

14. Etik
Seksualitas yang sehat bergantung pada terbebasnya individu dari rasa bersalah
dan ansietas.Ada individu yang menganggap suatu ekspresi seksual tertentu dianggap
tidak normal.Sebenarnya yang penting dipertimbangkan adalah rasa nyaman terdahap
pilihan ekspresi seksual yang sesuai, yang hanya dapat dicapai apabila bebas dari rasa
bersalah dan perasaan cemas (Hamid, 2008).

E. Anatomi Fisiologi Organ Reproduksi Pria Dan Wanita


Sistem reproduksi pada laki-laki dan perempuan berkaitan terutama dengan
kelangsungan keberadaan spesies manusia.Oleh karena itu, sistem ini berbeda dengan
sistem organ lainnya dalam tubuh yang berhubungan dengan homeostatis dan
kemampuan bertahan hidup individu. Proses reproduksi meliputi maturasi seksual
(perangkat fisiologis untuk reproduksi), pembentukan gamet (spermatozoa dan ovum).
Fertilisasi (penyatuan gamet), kehamilan, dan laktasi.
1. Sistem Reproduksi Laki-laki(Sloane, 2003)
a. Skrotum adalah kantong longgar yang tersusun dari kulit, fasia, dan otot polos yag
membungkus dan menopang testis di luar tubuh pada suhu optimum untuk
produksi spermatozoa.
1) Dua kantong skrotal, setiap skrotal berisi satu testis tunggal, dipisahkan oleh
septum internal.
2) Otot dartos adalah lapisan serabut dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk
membentuk kerutan pada kulit skrotal sebagai respons terhadap udara dingin
atau eksitasi seksual.
b. Testis adalah organ lunak, berbentuk oval, dengan panjang 4 cm sampai 5 cm (1,5
inci sampai 2 inci) dan berdiameter 2,5 cm (1 inci).
1) Tunika albuginea adalah kapsul jaringan ikat yang membungkus testis dan
merentang ke arah dalam untuk membaginya menjadi sekitar 250 lobulus.
2) Tubulus seminiferus, tempat berlangsungnya spermatogenesis, terlilit dalam
lobulus. Epitelium germinal khusus yang melapisi tubulus seminiferus
mengandung sel-sel batang (spermatogonia) yang kemudian menjadi sperma;
sel-sel sertoli yang menopang dan memberi nutrisi sperma yang sedang
berkembang; dan sel-sel interstisial (Leydig), yang memiliki fungsi endokrin.
a) Spermatogenesis adalah proses perkembangan spermatogonia menjadi
spermatozoa dan berlangsung sekitar 64 hari (lebih atau kurang empat
hari).
(1) Spermatogonia terletak berdekatan dengan membran basalis tubulus
seminiferus. Spermatogonia berproliferasi melalui mitosis dan
berdiferensiasi menjadi spermatosit primer.
(2) Setiap spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis untuk
membentuk dua spermatosit sekunder. Pembelahan meiosis kedua pada
spermatosit sekunder menghasilkan empat spermatid.
(3) Tahap akhir spermatogenesis adalah maturasi spermatid menjadi
spermatozoa (sperma). Panjang spermatozoa matur mencapai 60 µm.
Sperma matur memiliki satu kepala, satu badan, dan satu flagellum
(ekor).
(a) Kepala berisi nukleus dan dilapisi akrosom (tutup kepala) yang
mengadung enzim diperlukan untuk menembus ovum.
(b) Badan mengandung mitokondria yang memproduksi ATP
diperlukan untuk pergerakan.
(c) Goyangan flagelum mengakibatkan motilitas sperma (untuk
berenang).
b) Sel Sertoli menyebar dari epitelium sampai lumen tubulus. Fungsi-
fungsinya antara lain:
(1) Sel sertoli secara mekanis menyokong dan memberi nutrisi
spermatozoa dalam proses pematangan.
(2) Sel sertoli mensekresi inhibitor duktus Mullerian, yaitu sejenis
glikoprotein yang diproduksi selama perkembangan embrionik pada
saluran reproduksi laki-laki. Zat ini menyebabkan atrofi duktus
Mullerian pada genetik laki-laki.
(3) Sel sertoli mensekresi protein pengikat androgen untuk merespons
folicle-stimulating hormane (FSH) yang dilepas kelenjar hipofisis
anterior. Protein mengikat testosteron dan membantu mempertahankan
tingkat konsentrasi tinggi cairan tersebut dalam tubulus seminiferus.
Testosteron menstimulasi spermatogenesis.
(4) Sel sertoli mensekresi inhibin, suatu protein yang mengeluarkan efek
umpan balik negatif terhadap sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
(5) Sel sertoli mensekresi antigen H-Y, yaitu protein permukaan membran
sel yang penting untuk menginduksi proses diferensiasi testis pada
genetik laki-laki.
c) Sel interstisial (Leydig) mensekresi androgen (testosteron an
dihidrotestosteron). Sel-sel interstisial ini menghilang enam bulan setelah
lahir dan muncul kembali saat awitan pubertas karena pengaruh hormon
gonadotropin dari kelenjar hipofisis.
c. Duktus pada saluran reproduksi laki-laki membawa sperma matur dari testis ke
bagian eksterior tubuh.
1) Dalam testis, sperma bergerak ke lumen tubulus seminiferus, kemudian menuju
tubulus rekti (tubulus lurus). Dari tubulus rekti, sperma kemudian menuju jaring-
jaring kanal rete testis yang bersambungan dengan 10 sampai 15 duktulus eferen
yang muncul dari bagian atas testis.
2) Epididimis adalah tuba terlilit yang panjangnya mencapai 20 kaki (4 m sampai 6
m) yang terletak di sepanjang sisi posterior testis. Bagian ini menerima sperma
dari duktus eferen.
a) Epididimis menyimpan sperma dan mampu mempertahankannya sampai enam
minggu. Selama enam minggu tersebut, sperma akan menjadi motil, matur
sempurna, dan mampu melakukan fertilisasi.
b) Selama eksitasi seksual, lapisan otot polos dalam dinding epididimis
berkontraksi untuk mendorong sperma ke dalam duktu deferen.
3) Duktus deferen adalah kelanjutan epididimis. Duktus ini adalah tuba lurus yang
terletak dalam korda spermatik yang juga mengandung pembuluh darah dan
pembuluh limfatik, saraf SSO, otot kremaster, dan jaringan ikat. Masing-masing
duktus deferen meninggalkan skrotum, menanjak menuju dinding abdominal
kanal inguinal. Duktus ini mengalir di balik kandung kemih bagian bawah untuk
bergabung dengan duktus ejakulator.
4) Duktus ejakulator pada keduaa sisi terbentuk dari pertemuan pembesaran
(ampula) di bagian ujung duktus deferen dan duktus dari vesikel seminalis. Setiap
duktus ejakulator panjangnya mencapai sekitar 2 cm dan menembus kelenjar
prostat untuk bergabung dengan uretra yang berasal dari kandung kemih.
5) Uretra merentang dari kandung kemih sampai ujung penis dan terdiri dari tiga
bagian.
a) Uretra prostatik merentang mulai dari bagian dasar kandung kemih,
menembus prostat dan menerima sekresi kelenjar tersebut.
b) Uretra membranosa panjangnya mencapai 1 cm sampai 2 cm. Bagian ini
dikelilingi sfingter uretra eksternal.
c) Uretra penis dikelilingi oleh jaringan erektil berespon (korpus spongiosum).
Bagian ini membesar ke dalam fosa navicularis sebelum berakhir pada mulut
uretra eksternal dalam glans penis.
d. Kelenjar aksesoris
1) Sepasang vesikel seminalis adalah kantong terkonvulasi (berkelok-kelok) yang
bermuara ke dalam duktus ejakulator. Sekretnya adalah cairan kental dan basa
yang kaya akan fruktosa, berfungsi untuk memberi nutrisi dan melindungi sperma.
Setengah lebih sekresi vesikel seminalis adalah semen (cairan sperma yang
meninggalkan tubuh).
2) Kelenjar prostat menyelubungi uretra saat keluar dari kandung kemih. Sekresi
prostat bermuara ke dalam uretra prostatik setelah melalui 15 sampai 30 duktus
proktatik.
a) Prostat mengeluarkan cairan basa menyerupai susu yang menetralisir asiditas
vagina selama senggama dan meningkatkan motilitas aperma yang akan
optimum pada pH 6,0 sampai 6,5.
b) Kelenjar prostat membesar saat remaja dan mencapai ukuran optimalnya pada
laki-laki yang berusia 20-an. Pada banyak laki-laki, ukurannya terus
bertambah seiring pertambahan usia. Saat berusia 70 tahun, dua pertiga dari
semua laki-laki mengalami pembesaran prostat yang mengganggu
perkemihan.
3) Sepasang kelenjar bulbouretral (Cowper) adalah kelenjar kecil yang ukuran
dan bentuknya menyerupai kacang polong. Kelenjar ini mensekresi cairan basa
yang mengandung mukus ke dalam uretra penis untuk melumasi dan
melindungi serta ditambahkan pada semen.
e. Penis terdiri dari 3 bagian; akar, badan, dan glans penis yang membesar yang banyak
mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Organ ini berfungsi untuk tempat keluar
urine dan semen serta sebagai organ kopulasi.
1) Kulit penis tipis dan tidak berambut kecuali di dekat akar organ. Prepusium adalah
lapisan sirkular kulit longgar yang merentang menutupi glans penis kecuali jika
diangkat melalui sirkumsisi. Korona adalah ujung proksimal glans penis.
2) Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil silindris; dua korpus
kavernosum dan satu korpus spongiosum ventral di sekitar uretra.
a) Jaringan erektil adalah jaring-jaring ruang darah iregular (venosa sinusoid)
yag diperdarahi oleh arteriol aferen dan kapiler, didrainase oleh venula dan
dikelilingi jaringan ikat rapat yang disebut tunika albuginea.
b) Korpus kavernosum dikelilingi oleh jaringan ikat rapat yang disebut tunika
albuginea.
3) Mekanisme ereksi penis. Ereksi adalah salah satu fungsi vaskular korpus
kavernosum di bawah pengendalian SSO.
a) Jika penis lunak, stimulasi simpatis terhadap arteriol penis menyebabkan
konstriksi sebagian organ ini, sehingga aliran darah yang melalui penis tetap
dan hanya sedikit darah yang masuk ke sinusoid kavernosum.
b) Saat stimulasi mental atau seksual, stimulus parasimpatis menyebabkan
vasodilatasi arteriol yang memasuki penis. Lebih banyak darah yang
memasuki vena dibandingkan yang dapat didrainase vena.
c) Sinusoid korpus kavernosum berdistensi karena berisi darah dan menekan
vena yang dikelilingi tunika albugiena nondistensi.
d) Setelah ejakulasi, impuls simpatis menyebabkan terjadinya vasokontriksi arteri
dan darah akan mengalir ke vena untuk dibawa menjauhi korpus. Penis
mengalami detumesensi, atau kembali ke kondisi lunak.
4) Ejakulasi disertai orgasme merupakan titik kulminasi aksi seksual pada laki-laki.
Semen diejeksikan melalui serangkaian semprotan.
a) Impuls simpatis dari pusat refleks medulla spinalis menjalar di sepanjang saraf
spinal lumbal (L1 dan L2) menuju organ genital dan menyebabkan kontraksi
peristaltik dalam duktus testis, epididimis, dan duktus deferen. Kontraksi ini
menggerakkan sperma di sepanjang saluran.
b) Impuls parasimpatis menjalar pada saraf pudendal dan menyebabkan otot
bulbokavernosum pada dasar penis berkontraksi secara berirama.
c) Kontraksi yang stimulasi pada vesikel seminalis, prostat, dan kelenjar
bulbouretral menyebabkan terjadinya sekresi cairan seminal yang bercampur
denagn sperma untuk membentuk semen.

2. Sistem Reproduksi Perempuan(Syaifudin, 2006)


Organ pelvis terletak di bawah, berhubugan dengan rongga abdomen, dibentuk oleh
os iski dan os pubis pada sisi samping dan depan. Os sakrum dan os koksigis membentuk
batas belakang dan pinggiran pelvis dibentuk oleh promontorium sekrum dibelakang
iliopektinal sisi samping dan depan dari tulang sakrum.
Pintu keluar pelvis (pintu bawah) dibatasi oleh os koksigis di belakang simfisis
pubis, di depan lengkung os pubis os iski, serta ligamentum yang berjalan dari os iski
dan os sakru di setiap sisi, pintu keluar ini membentuk dasar pelvis. Dasar pelvis
dibentuk oleh dua berkas otot m. Levator ani dan m. Koksigis yang bekerja sebagai
diafragma pelvis.
Perineum merupakan bagian terendah dari badan, berupa sebuah garis yang
menyambung kedua tuberositas iski, daerah depan segitiga kongenital dan bagian
belakang segitiga anal. Titik tengahnya disebut badan perineum terdiri dari otot fibrus
yang kuat di sebelah depan anus.
Di dalam rongga pelvis terdapat kandung kemih dan dua buah ureter yang terletak di
belakang simfisis, kolon sigmoid sebelah kiri fosa iliaka, dan rektum terletak di sebelah
belakang limfe rongga mengikuti lengkung sakrum.Kelenjar limfe, serabut saraf fleksus
lumbosakralis untuk anggota gerak bawah, cabang pembuluh darah arteri iliaka interna
dan vena iliaka interna melengkapi isi rongga pelvis.Genetalia pada wanita terpisah dari
uretra yang mempunyai saluran tersendiri.Alat reproduksi wanita dibagi menjadi dua
bagian.
a. Genetalia luar
Alat genital luar terdiri dari:
1) Mons pubis adalah bantalah jaringan lemak dan kulit yang terletak di atas simfisis
pubis. Bagian ini tertutup rambut pubis setalah pubertas.
2) Labia mayora (bibir mayor) adalah dua lipatan kulit longitudinal yang merentang
ke bawah dari mons pubis dan menyatu di sisi posterior perineum, yaitu kulit
antara pertemuan dua lipatan ini dan anus. Labia mayora homolog (serupa dalam
struktur dan asalnya) dengan skrotum pada laki-laki.
3) Labia minora (bibir minor) adalah dua lipata kulit di antara labia mayora. Lipatan
ini tidak berambut, tetapi mengandung kelenjar sebasea da beberapa kelenjar
keringat.
a. Prepusium klitoris adalah pertemuan lipatan-lipatan labia minor di bawah
klitoris.
b. Frenulum adalah area lipatan di bawah klitoris.
4) Klitoris homolog dengan penis pada laki-laki, tetapi lebih kecil dan tidak
memiliki mulut uretra.
a. Klitoris terdiri dari dua krura (akar), satu batang (badan), dan sau glans
klitoris bundar yang banyak mengandung ujung saraf dan sangat sensitif.
b. Batang klitoris mengandung dua korpora kavernosum yang tersusun dari
jaringan erektil. Saat menggembung dengan darah selama eksitasi seksual,
bagian ini bertanggung jawab untuk ereksi klitoris.
5) Vestibula adalah area yang dikelilingi labia minora. Vestibula menutupi mulut
uretra, mulut vagina, dan duktus kelenjar Bartolin.
a. Kelenjar Bartolin homolog dengan kelenjar bulbouretral pada laki-laki.
Kelenjar ini memproduksi beberapa tetes sekresi mukus untuk membantu
melumasi orifisium vaginal saat eksitasi seksual.
b. Bulba vestibular adalah massa jaringan erektil dalam di substansi jaringan
labial. Bagian ini sebanding dengan korpora spongiosum penis.
6) Orifisium uretra adalah jalur keluar urine dari kandung kemih. Tepi lateralnya
mengandung duktus untuk dua kelenjar parauretral (skene) yang dianggap
homolog dengan kelenjar prostat pada laki-laki.
7) Mulut vagina terletak di bawah orifisium uretra. Himen (selaput dara), suatu
membran yang bentuk dan ukurannya bervariasi, melingkari mulut vagina.
8) Perineum (pada laki-laki dan perempuan) adalah area berbentuk seperti intan
yang terbentang dari simfisis pubis di sisi anterior sampai ke koksiks di sisi
posterior dan ke tuberositas iskial di sisi lateral.

b. Genetalia dalam
1) Vagina (liang kemaluan). Tabung yang dilapisi membran dari jenis epitelium
bergaris khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 7,5 cm. Bagian ini merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih
pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina menonjol leher rahim (serviks
uteri) yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut
rugae.
2) Uterus (rahim) adalah organ yang tebal, berotot dan berbentuk buah pir, terletak
di dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamen. Panjang uterus 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm, berat 50 g. Pada rahim
wanita dewasa yang belum pernah menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8
cm dan beratnya 30-60 g. Uterus terdiri dari:
a) Fundus uteri (dasar rahim). Bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal
saluran telur.
b) Korpus uteri. Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uterus disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c) Serviks uteri. Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
3) Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum dilepaskan
pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) sikus menstruasi. Ovulasi yaitu
pematangan folikel Graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel Graaf robek maka
terjadi perdarahan yang kemudian terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai tiga fungsi:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormon estrogen
c) Memproduksi ptogesteron
4) Tuba falopi, berjalan ke arah lateral kiri dan kanan. Ada 2 saluran telur kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 12 cm diameter 3-8 mm. Tuba falopi terdiri atas:
a) Pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus.
b) Pars ismika/ismus, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
c) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran leher tempat konsepsi agak
lebar.
d) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai umbai yang disebut fimbria untuk menangkap telur kemudian
menyalurkan telur kedalam tuba.

3. Fisiologi Reproduksi Wanita(Syaifudin, 2006)


a. Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi. Menopause dianggap telah
menetap setelah amenore (hilangnya menstruasi) berlangsung selama satu tahun.
Klimakterik adalah periodeketidakteraturan siklus sebelum siklus terhenti.
b. Siklus ovarium
1) Di awal siklus (hari 1 folikular), FSH dan LH disekresi dari hipofisis anterior
sesuai dengan sinyal dari sekresi pulsatil GnRH hipotalamus.
2) Kelompok folikel primer, 20 sampai 25, (disertai reseptor FSH pada sel-sel
granulosanya dan reseptor LH pada sel-sel tekanya) mulai mensekresi estrogen,
tumbuh dan membentuk antrum. Folikel primer kemudian berubah menjadi folikel
sekunder.
3) Awalnya, peningkatan kadar estrogen plasma menghambat FSH dan LH melalui
umpan balik negatif. Penurunan FSH cenderung menghambat perkembangan
folikel selanjutnya kecuali pada folikel utama yang terpilih untuk ovulasi.
Produksi estrogen terus meningkat.
4) Jika konsentrasi estrogen darah terus meningkat selama fase midfolikular, hal ini
akan mengakibatkan efek stimulator umpan balik positif pada hipofisis dan
meningkatkan produksi LH.
5) Puncak estrogen adalah kadar estrogen darah yang tinggi yang mencapai puncak
tertinggi atau puncak LH.
6) Puncak LH mengakibatkan efek berikut pada folikel utama:
a) Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis pertama dan selanjutnya menjadi
oosit sekunder dan badan polar pertama. Meiosis akan berlanjut jika oosit
dibuahi.
b) Sintesis enzim dan prostaglandin yang penting untuk ruptur folikel.
c) Ovulasi atau pelepasan oosit dan sel-sel yang berkaitan degannya ke dalam
rongga tubuh agar dapat ditarik tuba uterin, berlangsug dalam 24 sampai 38
jam setelah puncak LH. Hal ini terjadi 13 sampai 15 hari sebelum awitan
menstruasi (awal siklus selanjutnya).
d) Sel folikel yang ruptur setelah menjalani proses luteinisasi berubah menjadi
korpus luteum yang kemudian memproduksi progestreron dan sedikit
estrogen.
7) Peningkatan kadar progesteron dan estrogen dalam darah menyebabkan efek
umpan balik negatif yang kuat pada FSH dan LH. Tanpa LH untuk
mempertahankannya, korpus luteum mengalami kemunduran dan kadar estrogen
dan progesteron menurun dengan tajam.
8) Karena adanya penurunan kadar estrogen dan progesteron darah, efek umpan
balik negatif terhadap kelenjar hipofisis anterior berkurang. FSH dan LH kembali
meningkat untuk memulai siklus baru.
c. Pubertas
Pubertas yaitu dimulainya kehidupan seksual dewasa, sedangkan menarke di
mulainya menstruasi.Priode pubertas terjadi karena kenaikan sekresi hormon
gonadotropin oleh hipofise yang perlahan. Dimulai pada tahun ke-8 dari kehidupan
dan mencapai puncak pada saat terjadi menstruasi pda usia 11-16 tahun.
Pada wanita, kelenjar hipofise dan ovarium akan mampu menjalankan fungsi
penuh apabila dirangsang secara tepat. Timbulnya pubertas di rangsang oleh beberapa
proses pematangan yang berlangsung di daerah otak yaitu hipotalamus dan sistem
limbik ditandai dengan,
1) Peningkatan sekresi estrogen pada pubertas
2) Variasi siklus seksual bulanan
3) Peningkatan sekresi estrogen lebih lanjut selama beberapa tahun pertama dari
kehidupan seksual
4) Terjadinya penurunan progresif dari sekresi estrogen menjelang akhir kehidupan
seksual
5) Hampir tidak ada sekresi estrogen san progesteron sesudah menopause.

F. Anatomi Fisiologi Payudara (Hartanto, 2003)


Payudara wanita disebut juga glandula mammaris, adalah alat reproduksi tambahan.
Letak :
Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa
kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas
musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium
Bentuk :
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor
(cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (disebut capda axillaris Spence)
Ukuran :
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar
daripada payudara yang lain.

1. Struktur Maskroskopis Payudara


a. Cauda axillaris
Jaringan payudara uang meluas ke arah axilla

b. Areola
Daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dang mengalami
pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola
berwarna merah muda pada pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada
wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu
hamil. Di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea.Pada kehamilan
areola ini membesar dan disebut tuberculum Monigumery.

c. Papilla mammae
Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4.Papilla mammae
merupakan suatu tonjolandengan panjang kira-kira 6mm, tersusun atas jaringan
erektif berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.Permukaan papilla
mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan
muara ductus lactifer.Ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.

2. Struktur Mikroskopis Payudara

Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar terapi juga mengandung


sejumlah jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi
kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-
lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah
anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang
berisi dan tersusun atas bangun sebagai berikut :

a. Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi
oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini, yang mengekstraksi faktor-
faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap
alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel ‘keranjang’
(basket cell) atau sel ‘laba-laba’ (spider cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh
oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus
lactifer.

b. Tubulus lactifer
Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.

c. Ductus Lectifer
Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d. Ampulla
Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan
air susu. Ampulla terletak di bawah areola.

e. Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria
interna, arteria mammaria externa, dan arteria-arteria intercostalis superior.
Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk ke
dalam vena memmaria interna dan vena axillaris.

f. Drainase Limfatik
Drainase limfitik terutama ke dalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan
dialirkan ke dalam fissura portae hepar dan kelenjar mediastinum. Pembuluh
limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.

g. Persarafan : fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon, tetapi


kulitnya dipersarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah
saraf simpatis, terutama di sekitar areola dan papilla mammae.
3. Tahap Perkembangan Payudara
a. Kehidupan Intrauteri
Perkembangan payudara primer terjadi pada kedua jenis kelamin, dan dimulai
pada kira-kira minggu ke-4 kehidupan intrauteri. Timbul rigi longitudinal dari
ektoderm yang menebal pada dinding ventral fetus, yang meluas antara lengan dan
tunas anggota badan atas di kedua sisi. Struktur ini disebut crista mammaria atau
rigi susu. Secara normal hanya rigi pada daerah torakal saja yang berkembang,
sedangkan sel-sel pada daerah lain mengalami degenerasi. Kira-kira 2 minggu
kemudian terdapat intrusi (pertumbuhan ke dalam, invaginasi) sel-sel rigi di
daerah torakal masuk ke dalam mesoderm di bawahnya. Sejumlah 20 tunas susu
akan berkembang. Sampai pada akhir kehamilan tunas-tunas tersebut mengalami
kanalisasi untuk membentuk sel-sel sekretorik susu primitif (alveoli atau acini),
yaitu ductus lactifer dan sel-sel mioepitel.
Suatu daerah cekung yang disebut lekuk (pit) mammaria akan terbentuk saat
ductu lactifer terbuka, dan sel-sel di sini akan membentuk papilla mammae.
Papilla mammae kadang-kadang cekung (depresi) saat lahir, terutama pada bayi
belum cukup umur, tetapi akan mengalami eversi apabila mesoderm di bawahnya
berkembang. Kegagalan lekuk mammae untuk menonjol ke permukaan segera
setelah lahir akan menyebabkan terbentuknya papilla mammae yang mangalami
inversi. Areola mammae muncul sebagai proliferasi mesoderm yang terjadi
sampai cukup umur.
Kadang-kadang beberapa sel crista mammae tidak mengalami degenerasi, dan
akibatnya akan terbentuk payudara atau papilla mammae tambahan sepanjang
garis crista mammae. Payudara tambahan ini mungkin tidak nyata sebelum terjadi
kehamilan.Papilla mammae tambahan tanpa jaringan payudara di sekelilingnya
dapat disalahartikan sebagai mola.

b. Saat lahir
Karena kerja hormon ibu yang beredar di dalam darah bayi, maka kadang-
kadang jaringan payudara membesar selama beberapa hari pertama
kehidupan.Keadaan demikian disebabkan oleh penarikan hormon maternal dari
aliran darah bayi. Keadaan ini (mastosis) dapat terjadi pada bayi laki-laki maupun
perempuan dan disertai dengan sekresi air susu (witcher milk). Orang tua bayi
yang mencemaskan hal ini perlu diyakinkan bahwa keadaan demikian hanya
merupakan kejadian sementara, dan perlu diberikan penjelasan. Keadaan tadi
tidak memerlukan pengobatan, karena pembengkakannya ini akan mengecil
dengan sendirinya, dan sekresi air susunya akan berhenti saat hormon ibu hilang,
dan kadar hormon bayi itu sendiri telah mencapai kadar yang sesuai.
Setelah periode neonatal secara normal tidak terdapat aktivitas jaringan
payudara, dan aktivitas ini baru timbul pada masa pubertas.

c. Masa Pubertas
Dengan peningkatan kadar hormon pada wanita saat pubertas akan terjadi
perkembangan oayudara lebih lanjut, dan biasanya mendahului saat datangnya
menstruasi, yaitu kira-kira 2 tahun sebelumnya. Peningkatan kadar estrogen
memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla serta areola mammae akan
menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar progesteron memacu proliferasi alveoli.
Jumlah jaringan lemak dan fibrosa akan meningkat, dan jaringan lemak ini
terutama yang menyebabkan bertambah besarnya payudara.

d. Masa Subur
Pada separo terakhir siklus menstruasi, kebanyakan wanita, selama masa
subur, akan mengeluh adanya perubahan payudara serupa dengan keluhan pada
waktu hamil. Perubahan ini disebabkan oleh progesteron yang dihasilkan oleh
corpus luteum, dan keluhan ini akan hilang dengan mulainya menstruasi dan
penuruan kadar progesteron.

e. Kehamilan
Perubahan payudara merupakan awal kehamilan dan terjadi sebagai respons
terhadap estrogen, kemudian terhadap progesteron dari corpus luteum, dan
kemudian terhadap hormon-hormon dari placenta yang sedang
berkembang.Rangsangan oleh estrogen, kemudian terhadap progesteron dari
corpus luteum, dan kemudian terhadap hormon-hormon dari placenta yang sedang
berkembang.Rangsangan oleh estrogen kehamilan menyebabkan perkembangan
papilla dan areola mammae lebih lanjut, dan pertumbuhan tubuli dan ductus
lactifer.Pada wanita yang tidak hamil da tidak menyusui, alveoli kecil dan padat
berisi jaringan granulasi. Pada kehamilan, progesteron mula-mula menyebabkan
proliferasi alveoli dalam persiapannya untuk menghasilkan air susu, dan kemudian
diikuti pembesaran alveoli dan penggandaan lebih lanjut.
f. Minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan
Jaringan lunak payudara menjadi lebih besar noduler (terasa berbenjol) pada
perabaan.Terdapat sensasi penuh, nyeri tekan dan kesemutan, banyak wanita tidak
menyukai payudaranya disentuh pada masa kehamilan ini.Karena terjadi
peningkatan suplai darah, maka vena subkutan menjadi lebih tampak nyata.

g. Minggu ke-12 kehamilan


Pigmentasi pada papilla dan areola mammae menjadi lenih nyata.Hlandula
sebacea yang terletak di dalam areola membesar dan menyekresi sebum dan bahan
seperti minyak yang berguna untuk melumasi papilla mammae.Pada stadium ini
kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai tuberculum Monigomery.Kolostrum
mulai keluar dari papilia mammae pada pasien multigravida yang telah mantap
menyusui pada masa sebelumnya. Wanita primigravida baru akan memproduksi
kolostrum pada akhir kehamilan. Pada stadium ini fungsi kolostrum sebagai bakal
air susu adalah menyediakan sarana sekretorik dan pembuluh lactifer untuk
keluarnya air susu secara bebas saat postnatal. Pada mulanya kolostrum ini
tampak sebagai cairan jernih seperti air.

h. Setelah 16 minggu kehamilan


Suatu daerah yang berbercak-bercak akan timbul di sekitar areola mammae
dan dikenal sebagai areola sekunder. Areola sekunder ini lebih tampak nyata pada
wanita kulit hitam.Setelah bayi lahir areola sekunder ini hilang.Kolostrum sejati
tampak setelah minggu ke-16.Kolostrum ini warnanya menjadi lebih kuning dan
mempunyai konsistensi yang lebih menyerupai krim.Jaringan granuler pada pusat
alveoli, yang telah mengalami degenerasi lemak, sekarang dikeluarkan sebagai
corpusculum colostrum.

i. Masa postpartum
Glandula mammae dapat dipandang sebagai organ postpartum yang berfungsi
penuh hanya apabila telah mampu melakukan laktasi (menyusukan bayi) dan
dapat mempertahankan laktasi tersebut.
G. Cara Pemeriksaan Fisik Genitalia Dan Payudara
1. Cara Pemeriksaan Payudara
Alat dan Bahan:
a. Sarung tangan
b. Alat tulis
Prosedur:
a. Memperkenalkan diri sebagai perawat kepada pasien
b. Menayakan kondisi pasien dan membina hubungan saling percaya
c. Meminta persetujuan kepada pasien untuk dapat melakukan tindakan keperawatan
dan melakukan kontrak waktu
d. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
e. Menjaga privasi pasien
f. Atur posisi pasien duduk menghadap ke depan dengan dada terbuka telanjang jika
memungkinkan
g. Inspeksi sesuai garis imajiner yang membagi payudara menjadi 4 kuadran
h. Inspeksi ukuran, bentuk dan kesimetrisan
i. Inspeksi warna kulit, lesi, odema, bengkak, massa, pendataraan, lesung dll
j. Inspeksi putting dan areola; ukuran, warna dan bentuk, arah titik puting
k. Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan 3 posisi:
1) Mengangkat lengan atas
2) Menekan tangan ke pinggang
3) Ekstensi tangan lurus ke depan
l. Inspeksi ketiak dan klavikula
m. Palpasi klavikula dan ketiak
n. Palpasi setiap payudara dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi
bawah ketiak menuju areola dan memutar searah jarum jam yang diakhiir i dengan
menyentik bagian areola
o. Melakukan palpasi bagian payudara sebelahnya
p. Catat hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasil pemeriksaan
q. Memposisikan pasien ke posisi semula
r. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
2. Cara pemeriksaan genetalia eksternal wanita
Alat dan Bahan:
a. Sarung tangan
b. Alat tulis
Prosedur:
a. Memperkenalkan diri sebagai perawat kepada pasien
b. Menayakan kondisi pasien dan membina hubungan saling percaya
c. Meminta persetujuan kepada pasien untuk dapat melakukan tindakan keperawatan
dan melakukan kontrak waktu
d. Meminta pasien mengosongkan kandung kemih
e. Menyuruh pasien membuka celana atur posisi litotomi
f. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
g. Menjaga privasi pasien dan mengatur pencahayaan
h. Komunikasikan selama prosedur pemeriksaan
i. Inspeksi rambut pubis
j. Observasi kulit dan area pubis; lesi, eritema, fisura dan ekskloriasi
k. Buka labila mayora dan inspeksi klitoris, labia minora, orifisum uretra, selaput
dara, orifisum vagina dan perineum
l. Amati bengkak, ulkus, keluaran dll
m. Palpasi pada kelenjar bartholin
n. Catat hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasil pemeriksaan
o. Memakaikan dan memposisikan pasien ke posisi semula
p. Lepas sarung tangan dan cuci tangan

3. Cara pemeriksaan genetalian pria


Alat dan Bahan:
a. Sarung tangan
b. Alat tulis
Prosedur:
a. Memperkenalkan diri sebagai perawat kepada pasien
b. Menayakan kondisi pasien dan membina hubungan saling percaya
c. Meminta persetujuan kepada pasien untuk dapat melakukan tindakan keperawatan
dan melakukan kontrak waktu
d. Meminta pasien mengosongkan kandung kemih
e. Menyuruh pasien membuka celana atur posisi litotomi
f. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
g. Menjaga privasi pasien dan mengatur pencahayaan
h. Komunikasikan selama prosedur pemeriksaan
i. Inspeksi kulit, ukuran dan kelainan lain
j. Inspeksi kepala penis dan meatus uretra
k. Inspeksi batang penis
l. Palpasi batang penis
m. Inspeksi skrotum
n. Palapasi skrotum dan testis dengan jempol dan 3 jari pertama
o. Palpasi saluran sperma dengan jempol dan jari telunjuk
p. Catat hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasil pemeriksaan
q. Memakaikan dan memposisikan pasien ke posisi semula
r. Lepas sarung tangan dan cuci tangan

4. Pengkajian Kebutuhan Seksual


Dalam jurnal keperawatan mengenai pengkajian kebutuhan seksualitas, “How to
try this: Sexuality Assessment”, Wallace menyatakan bahwa pengkajian kebutuhan
seksualitas dapat menggunakan PLISSIT model. PLISSIT model tersebut telah
dipakai untuk mengkaji dan mengelola kebutuhan seksualitas pada orang dewasa
(Annon, 1976). Yang dimaksud dengan PLISSIT model yaitu:

Konsul klien tentang masalah seksual, Model PLISSIT memungkinkan


dengan menggunakan metode konseling perawat untuk dapat mengkaji
PLISSIT ; permasalahan klien, mendiskusikan
masalah dan membimbing klien secara
1. Permission (izin). terorganisasi dan efektif.

Berikan kepastian bahwa saling


berbagi perasaan dan kekhawatiran
tentang seksual adalah sehat dan
bahwa minat seks dan keintiman fisik
ketika sakit adalah normal, dorong
saling berbagi perasaan dengan
pasangan.

2. Limited information.

Berikan hanya informasi yang tepat


untuk kondisi dan kekhawatiran
tertentu klien.

3. Specific suggestions

Berikan instruksi dan saran yang rinci


untuk mengatasi masalah dan
kekhawatiran spesifik.

4. Intensive therapy

Lakukan rujukan pada ahli spesialis


untuk terapi yang lebih intensif,
sesuai kebutuhan.

Berikut merupakan panduan pertanyaan dalam pengkajian kebutuhan seksualitas


menurut Wallace (2000):
1. Bagaimana Anda mengekspresikan kebutuhan seksualitas Anda?
2. Apakah ada masalah/ pertanyaan mengenai pemenuhan kebutuan seksualitas
anda?
3. Dalam hal apa hubungan seksual Anda dengan pasangan Anda mengalami
perubahan sebagaimana umur Anda juga berubah?
4. Intervensi dan informasi apa saja yang bisa saya berikan untuk memenuhi
kebutuhan seksualitas Anda?
DAFTAR PUSTAKA

Annon, J. 1976. The PLISSIT Model: A Proposed Conceptual Scheme For The Behavioral
Treatment Of Sexual Problems. Journal of Sex Education and Therapy, 2 (2), 1-15.

Dr.Hartanto. 2003.Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan.E/3.Jakarta : EGC

Fitriana,dkk. 2010. Hubungan Antara Level Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dengan
Sikap Seksualitas Pada Mahasiswa PSIK FK UGM Program A. Tersedia online di:
www.google.com. Diakses pada 3 September 2013.

Hamid, Achi Yani S.1999. Buku Ajar Aspek Psikososial Alam Keperawatan.Jakarta : Widya
Media

Hamid, Achir Yani S. 2008.Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Jiwa .Jakarta: EGC

Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan MAternitas. Jakarta: EGC.

Hanafiah, Jusuf M dan Amri Amir.1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
EGC

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. EGC: Jakarta.

Syaifudin.2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. EGC: Jakarta.

Wallace, M. 2000. Intimacy and Sexuality. In A. Leuckenotte (Ed.). Gerontological nursing


(Revised ed). St. Louis: Mosby Year Book, Inc.

Wallace, M. 2008. How to try this: Sexuality Assessment. American Journal of Nursing, 108
(7), 40-48.

Anda mungkin juga menyukai