Kebutuhan Seksualitas
Disusun oleh:
Pasal 17
(1) Pengaturan kelahiran diselenggarakan dengan tata cara yang berdaya guna dan
berhasil guna serta dapat diterima oleh pasangan suami-istri sesuai dengan
pilihannya.
(2) Penyelenggaraan pengaturan kelahiran dilakukan dengan cara yang dapat
dipertanggung jawabkan dari segi kesehatan, etik dan agama yang dianut
penduduk yang bersangkutan.
Pasal 18
Setiap pasangan suami istri dapat menentukan pilihannya dalam merencanakan dan
mengatur jumlah anak, dan jarak antara kelahiran anak yang berlandaskan pada
kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap generasi mendatang
Pasal 19
Suami dan isteri mempunyai hak dan kewajiban yang sama serta kedudukan yang
sederajad dalam menentukan cara peraturan kelahiran.
Pasal 20
(1) Penggunaan alat obat dan cara pengatura kehamilan yang menimbulkan risiko
terhadap kesehatan dilakukan atas petunjuk dan atau oleh tenaga kesehatan yang
berwenang untuk itu.
(2) Tata cara penggunaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan menurut
standar profesi kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 21
Mempertunjukkkan dan atau memperagakan alat, obat dan cara pengaturan kehamilan
hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan keluarga
berencana serta dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.
3. Obat
Beberapa obat mempengaruhi kemampuan untuk melakukan hubungan
seksual.Rogers (1990) membahas obat-obat sesuai dengan kategori obat resep.Banyak
obat terapi konvensional dapat mempengaruhi fungsi seksual termasuk antihipertensi,
antidepresan.Obat sosial yang dapat mempengaruhi seksualitas dan respon seksual
termasuk alkohol, opiat, ganja (Hamid, 1999).
4. Gaya hidup
Gaya hidup seperti penggunaan alkohol dapat mempengaruhi keinginan
seksual.Namun sekarang ini banyak ditemukan efek negatif alkohol terhadap
seksualitas jauh melebihi gairah pada mulanya.Selain itu menemukan waktu yang
tepat untuk aktivitas seksual juga menjadi kendala tersendiri, misalnya bagi individu
yang bekerja mungkin mereka merasa terbebani karena dituntut untuk memenuhi
kebutuhan seksual pasangannya (Hamid, 1999).
8. Konsep diri
Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung
terhadap seksualitas. Sebagai contoh, seseorang yang merasa harga dirinya rendah dan
kurang percaya diri akan berdampak negatif terhadap fungsi seksualnya. Seorang laki-
laki dewasa hanya akan mendapatkan kepuasan seksual jika berhubungan seksual
dengan anak kecil (Hamid, 2008).
9. Agama
Pandangan agama berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang. Berbagai
bentuk ekspresi seksual yang di luar kebiasaan, akan dianggap tidak wajar. Konsep
tentang keperawanaan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap
dosa untuk agama tertentu (Hamid, 2008).
12. Lingkungan
Klien yang dirawat di rumah sakit terutama yang menjalani perawatan jangka
panjang, mungkin merasa terhambat untuk memiliki hubungan seksual dengan
pasangan atau melakukan masturbasi dalam batas-batas dari sebuah ruangan rumah
sakit.Lingkungan juga merupakan faktor bagi orang-orang yang tidak dirawat di
rumah sakit.Hidup dalam kondisi ramai dapat menghalangi privasi.Kekhawatiran
tentang pencemaran lingkungan yang mempengaruhi kesuburan juga dapat
mempengaruhi seksualitas (Fitriana, 2010).
14. Etik
Seksualitas yang sehat bergantung pada terbebasnya individu dari rasa bersalah
dan ansietas.Ada individu yang menganggap suatu ekspresi seksual tertentu dianggap
tidak normal.Sebenarnya yang penting dipertimbangkan adalah rasa nyaman terdahap
pilihan ekspresi seksual yang sesuai, yang hanya dapat dicapai apabila bebas dari rasa
bersalah dan perasaan cemas (Hamid, 2008).
b. Genetalia dalam
1) Vagina (liang kemaluan). Tabung yang dilapisi membran dari jenis epitelium
bergaris khusus, dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari
vestibulum sampai uterus 7,5 cm. Bagian ini merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih
pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina menonjol leher rahim (serviks
uteri) yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut
rugae.
2) Uterus (rahim) adalah organ yang tebal, berotot dan berbentuk buah pir, terletak
di dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamen. Panjang uterus 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm, berat 50 g. Pada rahim
wanita dewasa yang belum pernah menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8
cm dan beratnya 30-60 g. Uterus terdiri dari:
a) Fundus uteri (dasar rahim). Bagian uterus yang terletak antara kedua pangkal
saluran telur.
b) Korpus uteri. Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini
berfungsi sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uterus disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c) Serviks uteri. Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
3) Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus
di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum dilepaskan
pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) sikus menstruasi. Ovulasi yaitu
pematangan folikel Graaf dan mengeluarkan ovum. Bila folikel Graaf robek maka
terjadi perdarahan yang kemudian terjadi penggumpalan darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai tiga fungsi:
a) Memproduksi ovum
b) Memproduksi hormon estrogen
c) Memproduksi ptogesteron
4) Tuba falopi, berjalan ke arah lateral kiri dan kanan. Ada 2 saluran telur kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 12 cm diameter 3-8 mm. Tuba falopi terdiri atas:
a) Pars interstisialis, bagian yang terdapat di dinding uterus.
b) Pars ismika/ismus, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
c) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran leher tempat konsepsi agak
lebar.
d) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan
mempunyai umbai yang disebut fimbria untuk menangkap telur kemudian
menyalurkan telur kedalam tuba.
b. Areola
Daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dang mengalami
pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola
berwarna merah muda pada pada wanita yang berkulit cerah, lebih gelap pada
wanita yang berkulit cokelat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap pada waktu
hamil. Di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea.Pada kehamilan
areola ini membesar dan disebut tuberculum Monigumery.
c. Papilla mammae
Terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4.Papilla mammae
merupakan suatu tonjolandengan panjang kira-kira 6mm, tersusun atas jaringan
erektif berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka.Permukaan papilla
mammae berlubang-lubang berupa ostium papillare kecil-kecil yang merupakan
muara ductus lactifer.Ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel.
a. Alveoli
Yang mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi
oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini, yang mengekstraksi faktor-
faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap
alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel ‘keranjang’
(basket cell) atau sel ‘laba-laba’ (spider cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh
oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus
lactifer.
b. Tubulus lactifer
Saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
c. Ductus Lectifer
Saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d. Ampulla
Bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan
air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
e. Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria
interna, arteria mammaria externa, dan arteria-arteria intercostalis superior.
Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk ke
dalam vena memmaria interna dan vena axillaris.
f. Drainase Limfatik
Drainase limfitik terutama ke dalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan
dialirkan ke dalam fissura portae hepar dan kelenjar mediastinum. Pembuluh
limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.
b. Saat lahir
Karena kerja hormon ibu yang beredar di dalam darah bayi, maka kadang-
kadang jaringan payudara membesar selama beberapa hari pertama
kehidupan.Keadaan demikian disebabkan oleh penarikan hormon maternal dari
aliran darah bayi. Keadaan ini (mastosis) dapat terjadi pada bayi laki-laki maupun
perempuan dan disertai dengan sekresi air susu (witcher milk). Orang tua bayi
yang mencemaskan hal ini perlu diyakinkan bahwa keadaan demikian hanya
merupakan kejadian sementara, dan perlu diberikan penjelasan. Keadaan tadi
tidak memerlukan pengobatan, karena pembengkakannya ini akan mengecil
dengan sendirinya, dan sekresi air susunya akan berhenti saat hormon ibu hilang,
dan kadar hormon bayi itu sendiri telah mencapai kadar yang sesuai.
Setelah periode neonatal secara normal tidak terdapat aktivitas jaringan
payudara, dan aktivitas ini baru timbul pada masa pubertas.
c. Masa Pubertas
Dengan peningkatan kadar hormon pada wanita saat pubertas akan terjadi
perkembangan oayudara lebih lanjut, dan biasanya mendahului saat datangnya
menstruasi, yaitu kira-kira 2 tahun sebelumnya. Peningkatan kadar estrogen
memacu pertumbuhan pembuluh lactifer dan papilla serta areola mammae akan
menjadi lebih nyata. Peningkatan kadar progesteron memacu proliferasi alveoli.
Jumlah jaringan lemak dan fibrosa akan meningkat, dan jaringan lemak ini
terutama yang menyebabkan bertambah besarnya payudara.
d. Masa Subur
Pada separo terakhir siklus menstruasi, kebanyakan wanita, selama masa
subur, akan mengeluh adanya perubahan payudara serupa dengan keluhan pada
waktu hamil. Perubahan ini disebabkan oleh progesteron yang dihasilkan oleh
corpus luteum, dan keluhan ini akan hilang dengan mulainya menstruasi dan
penuruan kadar progesteron.
e. Kehamilan
Perubahan payudara merupakan awal kehamilan dan terjadi sebagai respons
terhadap estrogen, kemudian terhadap progesteron dari corpus luteum, dan
kemudian terhadap hormon-hormon dari placenta yang sedang
berkembang.Rangsangan oleh estrogen, kemudian terhadap progesteron dari
corpus luteum, dan kemudian terhadap hormon-hormon dari placenta yang sedang
berkembang.Rangsangan oleh estrogen kehamilan menyebabkan perkembangan
papilla dan areola mammae lebih lanjut, dan pertumbuhan tubuli dan ductus
lactifer.Pada wanita yang tidak hamil da tidak menyusui, alveoli kecil dan padat
berisi jaringan granulasi. Pada kehamilan, progesteron mula-mula menyebabkan
proliferasi alveoli dalam persiapannya untuk menghasilkan air susu, dan kemudian
diikuti pembesaran alveoli dan penggandaan lebih lanjut.
f. Minggu ke-6 sampai ke-8 kehamilan
Jaringan lunak payudara menjadi lebih besar noduler (terasa berbenjol) pada
perabaan.Terdapat sensasi penuh, nyeri tekan dan kesemutan, banyak wanita tidak
menyukai payudaranya disentuh pada masa kehamilan ini.Karena terjadi
peningkatan suplai darah, maka vena subkutan menjadi lebih tampak nyata.
i. Masa postpartum
Glandula mammae dapat dipandang sebagai organ postpartum yang berfungsi
penuh hanya apabila telah mampu melakukan laktasi (menyusukan bayi) dan
dapat mempertahankan laktasi tersebut.
G. Cara Pemeriksaan Fisik Genitalia Dan Payudara
1. Cara Pemeriksaan Payudara
Alat dan Bahan:
a. Sarung tangan
b. Alat tulis
Prosedur:
a. Memperkenalkan diri sebagai perawat kepada pasien
b. Menayakan kondisi pasien dan membina hubungan saling percaya
c. Meminta persetujuan kepada pasien untuk dapat melakukan tindakan keperawatan
dan melakukan kontrak waktu
d. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
e. Menjaga privasi pasien
f. Atur posisi pasien duduk menghadap ke depan dengan dada terbuka telanjang jika
memungkinkan
g. Inspeksi sesuai garis imajiner yang membagi payudara menjadi 4 kuadran
h. Inspeksi ukuran, bentuk dan kesimetrisan
i. Inspeksi warna kulit, lesi, odema, bengkak, massa, pendataraan, lesung dll
j. Inspeksi putting dan areola; ukuran, warna dan bentuk, arah titik puting
k. Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan 3 posisi:
1) Mengangkat lengan atas
2) Menekan tangan ke pinggang
3) Ekstensi tangan lurus ke depan
l. Inspeksi ketiak dan klavikula
m. Palpasi klavikula dan ketiak
n. Palpasi setiap payudara dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari tepi
bawah ketiak menuju areola dan memutar searah jarum jam yang diakhiir i dengan
menyentik bagian areola
o. Melakukan palpasi bagian payudara sebelahnya
p. Catat hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasil pemeriksaan
q. Memposisikan pasien ke posisi semula
r. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
2. Cara pemeriksaan genetalia eksternal wanita
Alat dan Bahan:
a. Sarung tangan
b. Alat tulis
Prosedur:
a. Memperkenalkan diri sebagai perawat kepada pasien
b. Menayakan kondisi pasien dan membina hubungan saling percaya
c. Meminta persetujuan kepada pasien untuk dapat melakukan tindakan keperawatan
dan melakukan kontrak waktu
d. Meminta pasien mengosongkan kandung kemih
e. Menyuruh pasien membuka celana atur posisi litotomi
f. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
g. Menjaga privasi pasien dan mengatur pencahayaan
h. Komunikasikan selama prosedur pemeriksaan
i. Inspeksi rambut pubis
j. Observasi kulit dan area pubis; lesi, eritema, fisura dan ekskloriasi
k. Buka labila mayora dan inspeksi klitoris, labia minora, orifisum uretra, selaput
dara, orifisum vagina dan perineum
l. Amati bengkak, ulkus, keluaran dll
m. Palpasi pada kelenjar bartholin
n. Catat hasil pemeriksaan dan memberitahukan hasil pemeriksaan
o. Memakaikan dan memposisikan pasien ke posisi semula
p. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
2. Limited information.
3. Specific suggestions
4. Intensive therapy
Annon, J. 1976. The PLISSIT Model: A Proposed Conceptual Scheme For The Behavioral
Treatment Of Sexual Problems. Journal of Sex Education and Therapy, 2 (2), 1-15.
Fitriana,dkk. 2010. Hubungan Antara Level Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dengan
Sikap Seksualitas Pada Mahasiswa PSIK FK UGM Program A. Tersedia online di:
www.google.com. Diakses pada 3 September 2013.
Hamid, Achi Yani S.1999. Buku Ajar Aspek Psikososial Alam Keperawatan.Jakarta : Widya
Media
Hamid, Achir Yani S. 2008.Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Jiwa .Jakarta: EGC
Hanafiah, Jusuf M dan Amri Amir.1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta:
EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:
EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. EGC: Jakarta.
Wallace, M. 2008. How to try this: Sexuality Assessment. American Journal of Nursing, 108
(7), 40-48.