Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman
Hasil determinasi buah takokak yang dilakukan di Laboratorium Botani
Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Lampung menunjukkan bahwa
tanaman yang digunakan adalah benar buah takokak dari famili Solanaaceae,
genus solanum L dan spesies Solanum torvum Sw.

B. Pembuatan Simplisia Buah Takokak


Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Desa Biha
Kecaamatan Pesisir Selatan Kabupaten Pesisir Barat. Hal ini dilakukan karena
tanaman ini tumbuh baik dan cukup banyak serta mudah ditemukan di daerah
tersebut. Tanaman buah takokak dikumpulkan, selanjutnya dilakukan sortasi
basah, kemudian buah takokak ditimbang 5 kg. Setelah itu dilakukan pencucian
dengan menggunakan air mengalir dan perajangan untuk memudahkan proses
pengeringan. Adapun pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari langsung
yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dan menghindari timbulnya mikroba
yang tidak diinginkan, selanjutnya daun bernuk yang sudah kering disortasi kering
dan diperoleh simplisia buah takokak sebanyak 500 gram.

C. Hasil Uji Parameter Non Spesifik Simplisia Buah Takokak


Simplisia buah takokak (Solanum torvum Sw) dilakukan pengujian parameter
non spesifik sebagai upaya untuk menjamin bahwa produk akhir (obat, ekstrak
atau produk ekstrak) memiliki nilai parameter tertentu yang konstan dan
ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu(27). Standar uji parameter
non spesifik simplisia yang akan dilakukan ada tiga parameter pengujian antara
lain kadar air, kadar abu dan kadar abu yang tidak larut dalam pelarut asam. Pada
penelitian ini diperoleh hasil :
Tabel 4.1 Hasil Uji Parameter Non Spesifik

Standar Syarat
No Parameter Hasil (Parameter Standar Umum Keterangan
Ekstrak Tumbuhan Obat)
1 Kadar air 8,5% ≤ 10 % Memenuhi syarat
2 Kadar Abu 6,6% ≤ 8,6 % Memenuhi syarat
3 Kadar Abu 2% ≤ 2,9 % Memenuhi syarat
Tidak Larut
Asam

Kadar air simplisia merupakan salah satu parameter non spesifik yang
tujuannya memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa
yang hilang pada proses pengeringan. Pengujian kadar air pada dasarnya adalah
pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105ºC sampai berat
konstan(27). Kadar air pada penelitian ini mendapatkan hasil 8,5% (perhitungan
pada lampiran H) yang menunjukkan bahwa kadar air pada simplisia buah
takokak dalam batas normal tidak melebihi standar yang telah ditetapkan oleh
parameter standar umum ekstrak tumbuhan obat. Apabila kadar air melebihi batas
yang telah ditetapkan akan mengakibatkan simplisia mudah ditumbuhi jamur dan
kapang, yang akan menurunkan kualitas simplisia(27).
Kadar abu bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal
dan eksternal yang berasal dari awal sampai terbentuknya simplisia dan
menentukan jumlah pengotor pada saat proses pembuatan simplisia(27). Hasil
kadar abu yang diperoleh dari simplisia buah takokak adalah 6,6% (perhitungan
pada lampiran H) yang menunjukan bahwa kadar abu pada simplisia buah takokak
dalam batas normal tidak melebihi dari nilai standar yang telah ditetapkan yaitu
8,6%. Kadar abu yang melebihi batas standar akan menyebabkan penurunan
kualitas simplisia(27).
Kadar abu tidak larut asam dilakukan bertujuan untuk menentukan tingkat
pengotoran oleh pasir atau pengotoran lainnya yang tidak larut dalam pelarut
asam(27). Hasil yang diperoleh pada penentuan kadar abu tidak larut asam dari
simplisia buah takokak adalah sebesar 2% (perhitungan pada lampiran H) yang
menunjukan bahwa kadar pada simplisia buah takokak dalam batas normal tidak
melebihi dari nilai standar yang telah ditetapkan yaitu 2,9%.

D. Ekstraksi Dan Fraksinasi Buah Takokak


Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah buah takokak. Pada
penelitian ini digunakan 500 g simplisia buah takokak. Selanjutnya dilakukan
pengambilan senyawa aktif yang terkandung di dalam buah takokak dengan
metode maserasi.
Metode maserasi dipilih karena memiliki kelebihan tersendiri diantaranya
adalah pengerjaannya cukup sederhana, murah, mudah dilakukan dan tidak
menggunakan suhu tinggi yang dimungkinkan dapat merusak senyawa-senyawa
kimia yang terdapat dalam ekstrak (8). Proses maserasi dilakukan dengan
perendaman 500 g simplisia buah takokak menggunakan pelarut etanol 70%
dengan remaserasi 6 kali selama 7 hari. Pemilihan etanol dengan konsentrasi 70%
sebagai pelarut dikarenakan sampel yang diuji merupakan. Sedangkan pemilihan
etanol sebagai pelarut adalah karena pelarut etanol merupakan pelarut universal
yang dapat menarik senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut polar hingga non
polar (7).
Maserat yang diperoleh sebanyak 11 L kemudian diuapkan menggunakan
rotary evaporator pada suhu 60 ºC hingga didapat ekstrak cair sebanyak 500 ml
dengan warna kuning kecoklatan. Tujuan penguapan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 60 ºC yaitu untuk memisahkan pelarut etanol dari ekstrak
dengan menguapkan pelarut dibawah titik didihnya sehingga menghindari
kerusakan zat aktif akibat pemanasan (8).
Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan metode cair-cair. Fraksinasi
dilakukan untuk memisahkan senyawa yang bersifat polar, semi polar dan non
polar. Pada penelitian ini digunakan ketiga pelarut yang dimulai dari pelarut
etanol (polar), n-heksan (non polar) dan kloroform (semi polar).
Fraksinasi pada penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali, karena pada ulangan
kedua warna pelarut sudah terlihat jernih. Fraksi pertama menggunakan etanol dan
n-heksan yakni untuk memisahkan senyawa polar dan non polar. Fraksi kedua
menggunakan fraksi etanol dan kloroform, Senyawa polar akan tertarik dengan
etanol sedangkan senyawa semi polar akan tertarik dengan kloroform. Fraksi yang
diperoleh yakni fraksi etanol (60 ml), kloroform (240 ml) dan n- heksan (200 ml).
Kemudian fraksi etanol yang diperoleh di uapkan hingga diperoleh volume fraksi
cair 40 ml.
Fraksi etanol yang diperoleh berwarna coklat kekuningan berbeda dengan
fraksi kloroforrm yang berwarna kuning muda dan fraksi n-heksan yang berwarna
jernih. Hal ini terjadi karena terdapat banyaknya senyawa yang bersifat polar
dalam umbi bawang putih tunggal sehingga akan lebih tertarik kedalam fraksi
etanol. Sedangkan senyawa-senyawa yang bersifat semipolar dan non polar sangat
sedikit dalam sampel tersebut terlihat dari warna fraksi yang lebih jernih
dibandingkan fraksi etanol.

E. Hasil Uji Daya Antibakteri


Hasil penelitian uji daya antibakteri fraksi etanol buah takokak terhadap
bakteri Streptococcus mutans menunjukan adanya zona hambat pada semua
konsentrasi. Hal ini ditandai dengan adanya zona bening disekitar lubang
sumuran pada masing-masing konsentrasi (50% dan 100%) dan kontrol positif
(klorhesidin) juga menunjukan adanya zona hambat, tetapi pada kontrol negatif
(aquadest) tidak menunjukan zona hambat. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar
4.1

50%

100%
-

Gambar 4.1 Hasil uji daya antibakteri fraksi etanol buah takokak dengan konsentrasi
50% dan 100%, kontrol positif (+) dan kontrol negatif (-)
Tabel 4.2 Diameter zona hambat fraksi etanol buah takokak terhadap bakteri S.
mutans

Diameter Zona Hambat (mm)


Perlakua 1 2 3 Total Rata- rata
n
Kontrol - 0 0 0 0 0a
K 50% 15,35 15,18 15,25 45,98 15,32b
K 100% 19,93 19,17 18,79 57,89 19,29c
Kontrol + 9,5 8,6 8,51 26,1 8,87d

Keterangan:
K (-) : Menggunakan aquades
K (+) : Menggunakan klorhesidin
K 50% : Fraksi etanol buah takokak dengan konsentrasi 50%
K 100% : Fraksi etanol buah takokak dengan konsentrasi 100%

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 diameter zona hambat pada bakteri S.mutans
dengan konsentrasi 50% dikategorikan sedang dan pada konsentrasi 100% masuk
ke dalam kategori kuat. Zona hambat terbesar terbentuk pada konsentrasi 100%
dengan diameter zona hambat sebesar 19,29 mm. Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi fraksi etanol buah takokak
menyebabkan meningkatnya kandungan zat aktif yang berfungsi sebagai
antibakteri terhadap bakteri S. mutans.
Setelah diperoleh data diameter zona hambat fraksi etanol buah takokak
(Solanum torvum Sw) dilakukan analisis data secara statistik menggunakan uji
One Way Anova dikarenakan hanya satu variabel penguji yaitu konsentrasi fraksi
buah takokak. Syarat dalam uji One Way Annova ialah data yang diperoleh harus
homogen. Oleh sebab itu dilakukan terlebih dahulu uji Homogenitas terhadap
bakteri S. mutans.

Anda mungkin juga menyukai