Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN DEMOKLIN

Teknik Pemeriksaan Fisik/Laboratorik

1. Untuk melakukan PE lengkap diperlukan restraint yang tepat


2. Inspeksi: Menehan diri, keengganan untuk bergerak, postur melengkung indikasi positif
nyeri
3. Menilai kondisi tubuh dari belakang dan mengamati perut untuk kontur dan distensi
4. Urin untuk mengukur badan keton
5. Suhu rectal bervariasi menurut musim. Sekitar 38.5 – 39.5.
6. Denyut nadi normal: 60-80 kali/menit
7. Auskultasi jantung: apeks jantung terletak caudal ke siku di ruang intercostals 6
8. Dasar jantung terletak cranial ke siku. Katup aorta, pulmonal dan mitral yang ausculted di
sisi kiri jantung
9. Jantung terletak di bagian ventral thorax antara tulang rusuk ketiga dan keenam
10. Auskultasi paru bisa sangat sulit karena memiliki wilayah yg kecil untuk auskultasi,
berkurangnya jumlah tulang rusuk dan sudut yg lebih curam dari diafragma
11. Perbatasan caudal paru yaitu tulang rusuk 11
12. Auskultasi rumen dengan menempatkan stetoskop di fossa paralumbal kiri
13. Kontraksi normal rumen adalah 1-3 / menit
14. Abdominal parasentesis adalah teknik yang digunakan untuk koleksi cairan peritoneum
pada kasus gangguan abdomen
15. Posisinya diarahkan pada garis longitudinal antara garis tengah ventral vena mamaria
kanan, hindari buluh darah subkutan

Penampungan Sampel Urin

1. Perbedaan cateter, cateterisasi dan cateterisasi urin


2. Indikasi cateterisasi urin  incontinensia urine (tidak dapat mengontrol urinai)
3. Tipe cateter:
- Kateter kaku: terbuat dari metal, dapat digunakan ulang untuk anjing jantan dan
betina, tidak fleksibel, pasien harus di handle dengan baik
- Cateter polyethylene: semi kaku, semi plastic, berbagai bentuk dan ukuran, untuk
anjing dan kucing jantan betina
- Cateter lunak: halus terbuat dari karet, dapat digunakan untuk anjing jantan dan
betina
- Speculum urinaria: meningkatkan visualisasi orificium uretra
4. Ujung cateter dilapisi gel pelicin steril (K-Y jelly)
5. Cateter urin pada betina dapat berhasil jika oficium urethra dapat dilihat
6. Prosedur cystocentesis:
- Syring (10-12 ml)
- Jarum no 20-22, 1 inchi
7. Penekanan secara manual digunakan pada hewan yang mengalami penurunan tonus otot
sphincter urethra dan tidak ada obstruksi pada saluran uretra
8. Penderita Discus Intervertebralis akan kehilangan kemampuan untuk urinasi
9. FLUTD (Feline Lower Urinary Tract Disease) adalah sindroma pada kucing yg ditandai
pembentukan Kristal (terutama Kristal struvit dan calcium oxalate)

Penyakit Integumen

1. Lassie
2. Vito
3. Cushing Disease/ Hiperadrenocorticism:
- Overproduksi glukokorticoid
- Mineralokorticoid glandula adrenal
- Penggunaan steroid berlebihan
- 80% pada anjing  Pituitery Dependent Hiperadrenocorticism (PDH)
- 20% pada anjing  Adrenal Dependent Hiperadrenocorticism (ADH)
4. Diagnose Cushing Disease
a. Non invasive: Urinary Cortisol Creatinine Ratio (UCCR) test
Pasien dengan rasio normal ( < 13) kemungkinan besar tidak menderita Cushing’s
disease, namun rasio abnormal belum pasti Cushing’s disease karena stress dan
infeksi akan menyebabkan peningkatan UCCR

b. Low dose dexamethasone stimulation test (LDDST)


Untuk menguji penurunan sensitifitas kelenjar adrenal terhadap pemberian
glukokortikoid dari luar (exogenous glucocorticoid)

c. High dose dexamethasone stimulation test (HDDST)


Uji lanjut untuk membedakan jenis Cushing’s disease (Pituitary dependent atau
adrenal dependent), hanya dikerjakan jika pasien positif Cushing’s disease

d. IMAGING: Ultrasonografi
Untuk melihat adanya pembesaran pada kelenjar adrenal (unilateral atau bilateral)

5. Ectonil shampoo untuk mengendalikan ektoparasit


6. Michlo shampoo: bentuk inflamasi seborrhea
7. Chlohex shampoo: efek anti abkteri
8. Ketadine shampoo: memperbaiki kondisi kulit akibat jamur
9. Benzoy shampoo: terapi topikal pioderma
10. Salifur shampoo: dermatitis pruritis
11. Soothe shampoo: kulit alergi

Anda mungkin juga menyukai