Anda di halaman 1dari 14

Rahasia Disesuaikan untuk nama perusahaan Versi 1.

Microsporum
gallinae
Kelompok 4
Rahasia Disesuaikan untuk nama perusahaan Versi 1.0

Riko Saputra B04160007


Siti Asri Fuzianti B04160008
Aulia Dina Kristina B04160009
Mardiansya DLT B04160015
Pendahuluan
 Dermatofita adalah jamur yang menyebabkan dermatofitosis.

Jamur dermatofita yang menyebabkan infeksi pada manusia


maupun hewan termasuk dalam 3 genus jamur yaitu
Trichophyton, Epidermophyton, dan Microsporum (Kurniati
2008).

Microsporum gallinae merupakan salah satu spesies jamur


zoofilik yang menyebabkan favus pada ayam dan unggas lainnya.
Favus ditandai dengan adanya
kerak putih atau flak yang
mengandung jamur berasosiasi
dengan hiperkeratosis, dan
lesio yang menyebar pada kulit
kepala dan leher disertai
kerontokan bulu
● Selain pada unggas, jamur
ini juga menginfeksi
anjing, monyet, kucing,
serta penyebab ringworm
pada manusia. Kasus pada
manusia disebabkan oleh
adanya kontak langsung
dengan hewan terinfeksi,
terlebih dari ayam
(Murata et al. 2013).
Agen Penyebab dan Inang
 Microsporum gallinae yang menyerang
unggas penyebab favus
Microsporum menginfeksi daerah kulit
dan rambut
Transmisi
Faktor- faktor yang mempengaruhi
tergantung habitat jamur, ada tiga cara  virulensi dari dermatofita
 trauma kulit
1. antrophofilik (dari

manusia ke Keadaan sosial

manusia) umur dan jenis kelamin.

2. zeofilik (hewan ke
manusia)
Secara langsung melalui: epitel kulit,
3. geofilik (tanah ke rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia) manusia, hewan, atau dari tanah (Kuswadji
2006).
Ayam
-infeksi superfisial dengan lesi putih pada pial
Patogenesa dan jengger ayam
-Bulu-bulu biasanya tidak terpengaruh oleh
 inkubasi selama 4-10 hari dermatofit meskipun beberapa kehilangan bulu
dapat terjadi
 patogenesa pada ayam
1. Perlekatan Manusia
2. Penetrasi
-Sangat sedikit kasus infeksi Microsporum
gallinae
3. Perkembangan respon pejamu -individu yang immunocompromised
membentuk penyebaran parah pada kulit

Hanya satu kasus dermatofitosis luas yang dilaporkan melibatkan infeksi


Microsporum gallinae dari orang dengan AIDS (Howard et al.2002).
Gejala Klinis
 Ditemukan lesi putih pada pial dan jengger ayam
 Pada manusia terdapat lesi kulit pada kulit
glabrous atau kulit kepala. Lesi yang terlokalisasi
ini sering disertai dengan rasa gatal (Howard et
al.2002).
Diagnosa

● Infeksi Microsporum gallinae didiagnosis dengan membiakkan kerokan dari lesi


kulit (Graser et.al 1998).
● Dalam kultur, Microsporum gallinae menghasilkan koloni putih yang halus
● Koloni tampak datar dengan lipatan radial dan tepi yang tidak teratur saat
tumbuh dalam kultur
● Pertumbuhan optimal Microsporum gallinae terjadi pada suhu 26-28 ° C dan
tidak ada persyaratan nutrisi khusus yang diperlukan untuk pertumbuhannya
● Microsporum gallinae adalah urease positif (Murata et.al 2013).
Pencegahan dan Pengobatan
Pencegahan
• Menjaga kebersihan kulit dan kesehatan tubuh hewan
• Kontak dengan hewan yang terinfeksi harus dibatasi dan
mengenakan sarung tangan dan pakaian pelindung jika
menangani hewan
• Tempat (kandang) harus dibersihkan dan didesinfeksi
Pengobatan

• Berbagai obat antijamur oral dan topikal


seperti: Terbinafine, Tolnaftate, dan Griseofulvin yang
diberikan secara oral
telah berhasil digunakan untuk mengobati infeksi
Microsporum gallinae pada manusia dan hewan
(Wwitzman dan Summerbel 1995).
Simpulan
Microsporum gallinae merupakan salah satu agen
penyebab dermatofitosis yang hanya menginfeksi jaringan
keratin superfisial kulit dan rambut hewan. Microsporum
gallinae menyebabkan favus (kerak putih atau flak) pada ayam
dan unggas lainnya, sedangkan pada manusia terdapat lesi
kulit glabrous atau kulit kepala. Penyakit ini dapat mengifeksi
manusia maupun hewan.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai