Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Jaminan Kesehatan
Nasional”. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh berbagai sumber yang
telah kami pakai sebagai data dan fakta pada makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi sran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah tentang “Jaminan Kesehatan
Nasional” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat berguna bagi semuanya.

Sukabumi, April 2020

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA

PENGANTAR…………………………………………………………………………………

………..2

DAFTAR ISI…………….

………………………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………….

…………………………………………………………………….4

1.2 Dasar

Hukum………………………………………………………………………………

…….6

1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………….

…………………………6

1.4 Tujuan…………………………………………..

…………………………………………………6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional……………………………………………….

…………………8

2.2 Perbedaan Asuransi Kesehatan Sosial dengan Asuransi Kesehatan

Komersial………10

2.3 System Pembayaran kepada Fasilitas

Kesehatan…………………………………………11
2.4 Kendali Mutu dan Kendali Biaya Jaminan Kesehatan

Nasional………………………….12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………

……………17

3.2 Saran…………………..

…………………………………………………………………………18

DAFTAR

PUSTAKA……………………………………………………………………………………

…………………19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah

bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Usaha ke arah itu

sesungguhnya telah di rintis pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk

jaminan sosial di bidang kese hatan, diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero)

dan PT Jamsostek (Persero) yang mela yani antara lain pegawai negeri sipil, penerima
pensiun, veteran, dan pegawai swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,

pemerintah memberikan jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

Namun demikian, skema -skema tersebut masih terfragmentasi, ter bagi - bagi.

Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali. Untuk mengatasi hal

itu, pada 2004, dike luarkan Undang- Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi

seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan

Penyelengg ara Jaminan Sosial (BPJS). Undang -Undang No. 24 Tahun 2011 juga

menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri

atas BPJS Kese hatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan diselenggarakan oleh

BPJS Kesehatan yang implementasin ya dimulai 1 Januari 2014. Secara operasional,

pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden,

antara lain: Peraturan Pemerintah No.101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan

Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan

Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional).

Mendukung pelaksanaan tersebut, Kemen terian Kesehatan memberikan

prioritas kepada jaminan kesehatan dalam reformasi kesehatan. Kementerian

Kesehatan tengah mengupayakan suatu regulasi berupa Peraturan Menteri, yang akan

menjadi payung hukum untuk mengatur antara lain pelayanan kesehatan, pelayanan

kesehatan tingkat pertama, dan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan.

Peraturan Menteri juga akan mengatur jenis dan plafon harga alat bantu kesehatan dan
pelayanan obat dan bahan medis habis pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan

Nasional.

JAMINAN Kesehatan Nasional (JKN) merupakan jaminan perlindungan

kesehatan agar peserta memeroleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan

dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan pada setiap orang yang

telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Dalam operasionalnya,

JKN akan dikelola oleh BPJS Kesehatan.

Menuju Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang akan diberlakukan mulai

Januari 2014 nanti, pemerintah perlu segera berbenah, antara lain dengan

beroperasionalnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial(BPJS) Kesehatan sebagai

badan hukum publik yang akan menyelenggarakan JKN tersebut.

Pemerintah Indonesia begitu perhatian dengan rakyatnya terutama di bidang

kesehatan. Beberapa jaminan kesehatan dikeluarkan untuk membantu masyarakat

miskin mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau. Salah

satunya adalah dengan hadirnya jaminan kesehatan daerah, jaminan kesehatan

masyarakat (jamkesmas) dan ada juga jaminan persalinan (jampersal). Keseriusan

pemerintah untuk menjamin kesehatan rakyat Indonesia adalah dengan munculnya

peluncuran “Jaminan Kesehatan Nasional” Jaminan untuk seluruh masyarakat

indonesia. Selain itu jaminan tersebut akan dikelola langsung oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

B. Dasar Hukum

Penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional tidak terlepas dari dasar hukum


1. UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1), (2), (3)

2. UUD 1945 Pasal 34 ayat (1), (2)

3. Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

(SJSN)

4. Undang-undang No 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS)

5. PP No.101/2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI)

6. Perpres No.12/2013 tentang Jaminan Kesehatan

7. Peraturan dan ketentuan lainnya

C. Rumusan Masalah

1. Jaminan Kesehatan Nasional

2. Perbedaan Asuransi Kesehatan Sosial dengan Asuransi Kesehatan Komersial

3. System Pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan

4. Kendali Mutu dan Kendali Biaya Jaminan Kesehatan Nasional

D. Tujuan

1. Untuk mengetahui Jaminan Kesehatan Nasional

2. Untuk mengetahui Perbedaan Asuransi Kesehatan Sosial dengan Asuransi

Kesehatan Komersial

3. Untuk mengetahui System Pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan


4. Untuk mengetahui Kendali Mutu dan Kendali Biaya Jaminan Kesehatan Nasional

BAB II
PEMBAHASAN

A. Jaminan Kesehatan Nasional


Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu program

Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan

kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat

hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Jaminan Kesehatan Nasional pada dasarnya adalah

suatu sistem yang sangat bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat sesuai dengan

Undang-Undang No. 40 tahun 2004. JKN ini sifatnya wajib dan harus diikuti oleh seluruh

rakyat Indonesia. Prinsip JKN itu gotong royong. Orang yang sehat memberikan

kontribusi kepada yang sakit, sedangkan yang sakit mendapat manfaat. Sistem yang

diangkat ini merupakan satu sistem sebuah proses dimana kedepan tidak ada lagi masalah

dalam pengobatan

Peserta JKN adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar

oleh pemerintah, contohnya PNS, TNI dan POLRI nantinya otomatis dipotong dari gaji

2% dan dari subsidi pemerintah 3%, total 5% sudah bisa mencover untuk anggota

keluarga hingga dewasa. Bagi pegawai atau karyawan swasta, juga harus membayarkan

dua persen dari gajinya per bulan, sedangkan tiga persen dibayarkan oleh perusahaan per

bulannya. Untuk skema iuran JKN bagi profesi yang penghasilannya tidak tetap, masih

harus didiskusikan caranya. Sedangkan bagi warga miskin dan tidak mampu yang

mengikuti JKN iurannya akan dibayarkan oleh pemerintah melalui Jamkesmas.

Nantinya semua peserta JKN, akan mendapatkan manfaat perawatan kesehatan,

termasuk suami atau istrinya, juga tiga anaknya. Ini merupakan pelayanan kesehatan yang

bagus sebab biaya ke rumah sakit itu sangat mahal, tidak semua orang mampu membayar

biaya rumah sakit. Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang

bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif,


kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai

dengan kebutuhan medis yang diperlukan.

Iuran JKN ini akan dibayarkan kepada Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS).

Badan ini merupakan lembaga nirlaba yang ditunjuk pemerintah. Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan sosial yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS

Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan mulai beroperasi pada 1 Januari 2014, sedangkan

BPJS Ketenagakerjaan masih dalam proses transformasi. Dengan adanya JKN, maka akan

terjadi transformasi pada perusahaan jaminan sosial, antara lain PT. Askes akan berubah

menjadi BPJS Kesehatan dan PT Jamsostek berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan yang

akan beroperasi mulai 1 Januari 2014. Sedangkan PT Asabri dan PT Taspen masih dalam

proses transformasi ke dalam BPJS Ketenagakerjaan.

Demikianlah informasi tentang Jaminan Kesehatan Nasional dan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang akan mulai dijalankan pada tahun 2014.

Diharapkan adanya JKN ini pelayanan kesehatan untuk setiap individu/keluarga menjadi

lebih baik. Semoga bermanfaat, terimakasih, dan salam rodajaman.


B. Perbedaan Asuransi Kesehatan Sosial dengan Asuransi Kesehatan Komersial

PRINSIP-PRINSIP ASURANSI KESEHATAN SOSIAL

1. Kepesertaan bersifat wajib.

2. Premi/iuran berdasar prosentasi pendapatan/ gaji.

3. Premi/iuran ditanggung bersama oleh tempat bekerja/perusahaan dan tenaga kerja.

4. Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh jaminan pemeliharaan

kesehatan.

5. Peserta/tenaga kerja memperoleh kompensasi selama sakit.

6. Peranan Pemerintah besar.

PRINSIP-PRINSIP ASURANSI KESEHATAN KOMERSIAL

1. Kepesertaan bersifat sukarela.

2. Premi/iuran berdasar angka absolut, sesuai dengan perjanjian/kontrak.

3. Peserta/tenaga kerja dan keluarganya memperoleh santunan biaya pelayanan

kesehatan sesuai perjanjian/kontrak (tidak komprehensif).

4. Peranan Pemerintah relatif kecil.

C. System Pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan

Cara pembayaran untuk Fasilitas Kesehatan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Pembayaran untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, menurut Pasal 39 ayat

(1) dan ayat (2) Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 dilakukan secara
praupaya  oleh BPJS Kesehatan berdasarkan kapitasi atas jumlah Peserta yang

terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

Dalam hal Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di suatu daerah tidak

memungkinkan pembayaran berdasarkan kapitasi, BPJS Kesehatan diberikan

kewenangan untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih

berhasil guna. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tidak menjelaskan apa

yang dimaksud dengan “mekanisme  lain yang lebih berhasil guna.” BPJS

Kesehatan diberikan keleluasaan untuk menentukannya.

2. Untuk Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan, Pasal 39 ayat (3) Peraturan

Presiden Nomor 12 Tahun 2013 menentukan bahwa pembayaran  oleh BPJS

Kesehatan dilakukan berdasarkan cara Indonesian Case Based Grups (INA

CBG’s).

Perlu ditambahkan bahwa besaran kapitasi dan INA CBG,s ditinjau

sekurang-kurangnya setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Menteri Kesehatan setelah

berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Peninjauan besaran kapitasi dan INA

CBG’s perlu dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan keadaan guna

menjamin kesinambungan pelayanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

3. Untuk pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan yang

tidak menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan menurut Pasal 40 ayat (1)

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013, dibayar dengan penggantian biaya.

Biaya tersebut ditagihkan langsung oleh Fasilitas Kesehatan kepada BPJS

Kesehatan. BPJS Kesehatan memberikan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan

dimaksud setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut. Fasilitas Kesehatan
tersebut diatas tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan kesehatan kepada

Peserta.

D. Kendali Mutu dan Kendali Biaya Jaminan Kesehatan Nasional

Dalam JKN ada standar pelayanan dan standar mutu yang ditetapkan.

Penyelenggara pelayanan kesehatan (dokter swasta, klinik, puskesmas, rumah sakit)

yang ikut serta harus mengikuti standar. Dalam sistem ada empat pihak terkait, yaitu

peserta asuransi, badan administrasi, badan pengelola dan penyelenggara pelayanan

kesehatan. Dalam sistem itu ada ikatan kerja/kontrak, siklus kendali mutu,

pemantauan utilisasi dan penanganan keluhan. Dengan demikian ada kendali biaya

dan mutu.

Nantinya tidak boleh lagi ada pemeriksaan, pemberian obat atau tindakan yang

berlebihan. Misalnya, bedah caesar tanpa indikasi. Sebaliknya, pelayanan kesehatan

tak boleh kurang dari standar. Peserta berhak mengadu dan keluhan akan ditangani.

Jika terbukti, penyelenggara pelayanan kesehatan kena sanksi. Penyelenggara

pelayanan kesehatan akan terdorong meningkatkan mutu pelayanan, jika tidak ikut

sistem mereka sulit mendapatkan pasien, karena hampir tak ada lagi orang yang

membayar dari kantung sendiri seperti saat ini.

Penyelenggaraan jaminan kesehatan menggunakan prinsip-prinsip managed

care yaitu suatu teknik yang mengintegrasikan pembiayaan dan pelayanan kesehatan

melalui penerapan kendali biaya dan kendali mutu yang bertujuan untuk mengurangi

biaya pelayanan yang tidak perlu dengan cara meningkatkan kelayakan dan efisiensi

pelayanan kesehatan (Mukti, 2009). Managed care bertujuan untuk memberi


pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dengan biaya yang bersaing (Kongstvedt,

2000). Teknik managed care dimaksudkan untuk meniadakan moral hazard dalam

pelayanan kesehatan yang dapat mengakibatkan kerugian kesejahteraan masyarakat.

Organisasi managed care mempunyai ciri-ciri menjalin kontrak dengan

penyedia pelayanan kesehatan (PPK), pembayaran pra upaya, utilization review,

pelayanan berjenjang, program jaminan mutu dan kesesuaian ganti rugi dengan jasa

dokter dan rumah sakit (Health Insurance Association of America, 2008a).

Pengendalian biaya layanan kesehatan dengan cara managed care dilakukan dari dua

sisi yaitu dari sisi PPK (supply) dan dari sisi peserta (sisi demand).

1. Kendali biaya dari sisi PPK (supply)

a. Metode pembayaran fasilitas kesehatan.

Menurut Liu & Mills (2007), metode pembayaran PPK yang ideal

hendaknya mampu mendorong ke arah kendali biaya, jaminan mutu dan

efisiensi internal. Selain itu disertai dengan tidak memberikan insentif

kepada PPK yang memberikan pelayanan berlebihan atau bahkan

sebaliknya dibawah standar.

b. Utilization Review. 

Utilization review merupakan suatu metode untuk menjamin mutu

pelayanan terkait penghematan biaya. Mekanisme pengendalian biaya

utilization review dengan memeriksa apakah pelayanan secara medis perlu

diberikan dan apakah pelayanan diberikan secara tepat. Utilization review

memiliki keuntungan yang jelas dan telah dipraktekkan oleh banyak

perusahaan asuransi yaitu mengevaluasi ketepatan penggunaan pelayanan


kesehatan agar menghilangkan dan mengurangi hal-hal yang tidak perlu

serta resiko potensial pasien.

c. Standarisasi Pelayanan. 

Upaya pelayanan kesehatan untuk melakukan kendali biaya

sekaligus kendali mutu adalah dengan menerapkan suatu standarisasi

pelayanan. Salah satu bentuk standarisasi pelayanan kesehatan adalah

dalam bentuk formularium obat. Obat merupakan komoditi menarik dari

industri rumah sakit. Obat bahkan mencapai lebih dari 40 % komponen

biaya pelayanan kesehatan.

Peningkatan biaya kesehatan bisa disebabkan karena pemakaian

obat diluar formularium yang telah disepakati (Adipratikto, 2004). Kondisi

ini diperparah dengan kondisi dokter yang kurang peduli dengan harga

obat yang diresepkan dan seringkali merasa tidak cocok dengan

formularium yang berlaku (khan et al, 2008). Formularium obat

merupakan suatu daftar obat yang disediakan untuk memebuhi kebutuhan

medis dengan jenis obat yang dinilai lebih efektif dan lebih efisien

(Kongstvedt, 2009).

Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama

generik. Saat ini pemanfaatan obat generik di rumah sakit pemerintah

belum mencapai 76 % (Depkes, 2009b). Kewajiban menggunakan obat

generik pada PPK milik pemerintah diatur dalam Peraturan menteri

kesehatan no HK 02.02 Tahun 2010 tentang kewajiban menggunakan obat

generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah (kemenkes, 2010)


2. Kendali Mutu. 

Perusahaan asuransi, pembayar dan penanggung biaya layanan kesehatan

memiliki persepsi yang berbeda tentang layanan kesehatan yang bermutu. Bagi

suatu penjamin biaya layanan kesehatan, layanan kesehatan yang bermutu adalah

layanan yang efisien dan dapat memberikan kepuasan kepada pasien. Sedangkan

pengertian mutu secara luas dan komprehensif dari Cosby (1984), Donabedian

(1980) dan Zeithaml e al (1990) adalah sejauh mana realisasi layanan kesehatan

yang diberikan sesuai dengan kriteria dan standar profesional medis terkini dan

baik yang sekaligus telah memenuhi atau bahkan melebihi kebutuhan dan

keinginan pelanggan dengan tingkat efisiensi yang optimal (Mukti, 2007).

Menurut Brown et al (1990) mutu merupakan fenomena yang

komprehensif dan multi faset yang memiliki beberapa dimensi dalam menjaga

mutu yaitu kompetensi teknis, akses terhadap pelayanan, efektifitas, hubungan

antar manusia, efisiensi, kelangsungan pelayanan, keamanan dan kenyamanan.

Diantara 8 dimensi mutu tersebut, efisiensi pelayanan kesehatan merupakan

dimensi yang penting karena efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan

kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas.

Menurut Mukti (2007) terdapat beberapa aktifitas yang dapat dilakukan

untuk pencapaian mutu diantaranya manajemen risiko, utilization review (UR),

peer review, indikator, prosedur tetap, audit medis, clinical pathway, algoritma.

Bagi penjamin biaya layanan kesehatan, aktivitas yang biasa dilakukan untuk

pencapaian mutu adalah melalui utilization review.


Berdasarkan waktu pelaksanaannya UR dapat dikelompokkan menjadi

Prospective Review, Consurrent Review dan Retrospektif (HIAA, 2008).

Prospective review merupakan UR yang digunakan untuk menentukan kebutuhan

pelayanan kesehatan yang dilakukan sebelum pelayanan kesehatan diberikan,

utamanya untuk penggunaan pelayanan di rumah sakit. Beberapa cara kajian jenis

ini adalah case management, preadmission certification, outpatient

presertification, referral authorization and second opinion (Kongstvedt, 2009).

Concurrent review merupakan UR yang dilakukan ketika pelayanan

diberikan kepada pasien. Tekniknya yang digunakan adalah menilai Length of

stayed (LOS), Discharge planning dan continued stay Review. Retrospective

review adalah UR yang dilakukan setelah pelayanan diberikan kepada pasien.

Retrospective review umumnya dilakukan dengan claim review dan pattern

review. Claim review merupakan kajian terhadap klaim:apakah klaim sesuai

dengan paket manfaat yang disepakati atau apakah ada kekeliruan pada klaim.

Pattern review melakukan kajian terhadap pola pemanfaatan pelayanan

kesehatan sehingga diperoleh pola pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta

dan PPK serta pembiayaan pada msing-masing unit Penyedia Pelayanan

Kesehatan (Hendrartini, 2010b). Salah satu indikator mutu pelayanan kesehatan

dalam UR adalah kepuasan pasien (Hendrartini, 2009b)

Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya oleh BPJS Kesehatan

dilakukan melalui: a. pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan; b. pemenuhan

standar proses pelayanan kesehatan; dan c. pemantauan terhadap luaran kesehatan

Peserta
Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya, BPJS

Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari unsur

organisasi profesi, akademisi, dan pakar klinis. Rancangan Permenkes RI

Turunan Perpres No 12 Tahun 2013. Tim kendali mutu dan kendali biaya dapat

melakukan: 1. sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan

praktik profesi sesuai kompetensi; 2 . Utilization review dan audit medis;

dan/atau 3. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.

Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan kendali biaya dapat meminta

informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan

riwayat pengobatan Peserta dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis kepada

Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Asuransi kesehatan berkembang dimulai dengan solidaritas bersama yang

sifatnya kumpulan kecil semacam dana sehat, dana sakit, dan sebagainya. Usaha yang

kecil-kecil ini umumnya tidak memadai untuk berkembang karena sifatnya yang

sukarela dan besaran premi/iuran tidak dihitung secara memadai. Untuk mengatasi

kegagalan sistem asuransi kecil dan bersifat lokal terdapat dua modus besar yaitu

pengelolaan secara komersial dengan tingkat profesional yang tinggi dan pengelolaan

secara asuransi sosial yang bersifat wajib diikuti oleh semua orang dalam suatu

golongan.
Model asuransi sosial berkembang pesat di Eropa, dimulai di Jerman, dan

menyebar luas ke seluruh dunia. Sementara sistem asuransi kesehatan komersial lebih

berkembang di Amerika Serikat karena Amerika membatasi tumbuhnya asuransi

sosial untuk kecelakaan kerja dan asuransi kesehatan bagi orang tua saja.

Perkembangan asuransi komersial sesungguhnya didukung dengan adanya asuransi

sosial. Di Indonesia, perkembangan asuransi kesehatan dimulai dengan asuransi sosial

yaitu asuransi kesehatan pegawai negeri diikuti oleh asuransi sosial kecelakaan kerja,

dan dilanjutkan dengan asuransi sosial kesehatan bagi pegawai swasta.

Karena peraturan perundangan yang membolehkan opt out bagi pekerja

swasta, asuransi kesehatan sosial bagi pekerja swasta tidak berkembang sampai

Sistem Jaminan Sosial Nasional seabgai landasan menuju Asuransi Kesehatan

Nasional yang diselenggarakan secara konsekuen. Pada saat ini, masih terlalu dini

untuk menilai apakah SJSN akan mampu mewujudkan AKN. Namun demikian,

dengan UU APBN Penambahan yang memberikan jaminan perawatan di puskesmas

dan rumah sakit kelas III mulai bulan Juli 2005, AKN sesungguhnya sudah mulai

terwujud di Indonesia.

Hanya saja, kualitas pelayanan yang diberikan belum memuaskan banyak

pihak. Sementara itu, rancangan SJSN maupun AKN dengan jaminan perawatan kelas

III tidak menutup upaya asuransi kesehatan komersial sebagai suplemen atau

tambahan jaminan bagi penduduk yang memiliki pendapatan tinggi atau menghendaki

jaminan yang lebih memuaskan.

B. Saran
Pelayanan kesehatan kepada Peserta Jaminan Kesehatan yang di tanggulangi

oleh pemerintah harus memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek

keamanan pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta

efisiensi biaya.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1995. Pembinaan Bapel JPKM: Kumpulan Materi. Jakarta : Depkes RI.

Thabrany, Hasbullah. 2001. Asuransi Kesehatan di Indonesia. Depok : Pusat Kajian

Ekonomi Kesehatan FKMUI.

http://www.ptaskes.com/read/askessosial (diakses tanggal 26 desember 2013).

http://www.rodajaman.net/2013/08/menyambut-program-jaminan-kesehatan.html (diakses
tanggal 26 desember 2013).

Anda mungkin juga menyukai