Anda di halaman 1dari 4

7.Ny. Ami, 39 th riwayat Ca.

Cervix tipe sel squamos, tlh dilakukan histerektomi totalis


(uterus+ovarium) + khemoterapi & radiasi pd awal 2006 di RS Sardjito.
Pd bln Mei 2006 pasien sering pingsan, di bawa ke RS Raffles Singapura tgl 5 Mei
2006. Diketahui terdapat metastasis sel squamosa di paru dan otak dgn gejala
penurunan daya ingat, kejang, pusing, muntah, hemiparesis dextra. Kmd dpt
khemoterapi : Paclitaxel & Carboplatin.
Ternyata metastastasis makin progresif ke paru & liver. Diberi obat pilihan ke dua :
Irenotecan pd tgl 4 Juli 2006.
Ternyata terdapat resistensi thd irenotecan, dg penyebaran makin progressive ke
lengan kanan, leher kanan, thalamus kiri & liver yg luas. Kondisi pasien memburuk
dg episode kejang
Diskusi dg keluarga  perawatan palliative di Ind.
Terapi sekarang:
Dexamethason 4mg 4x1
Levetiracetam 500mg 2x1
Arcoxia ® 120mg 1x1 Utk bengkak (Etoricoxib)
Proceptine ® 20mg 1x1 Utk lambung (Omeprazole)
Ultracet ® prn (kombinasi) 4x1 (Tramadol 37,5 Paracet 325)
Kytril ® 1 mg 2x1 Utk Mual (Granicetron)
Metoclopramid 10 mg 4x1 Utk Mual
Diosper/Daflon ® (komb.) 2x1 Diosmin450mg Hesperidin50mg
Utk inflamasinya
Hyoscyamine bb 20mg 4x2 Nyeri perut
Dhactulose 10 syr 2x1 Utk Konstipasi (Lactulose)
Remeron ® 15 mg 1x1 Depresi/takut (Mirtazapin)
Xanax ® 0,5 mg 3x1 Kelelahan/takut
Stilnox ® 10 mg 1x1 Obat tidur Zolpidem
Apa Problem pasien ini ?
Bagaimana bila obat habis & tak ada sediaannya di Indonesia ?

Jawab
1. a. Problem pasien di atas adalah pasien sudah mendapat obat kanker tetapi
adanya obat kanker dan adanya resistensi dari obat kanker itu sendiri,
sebagaimana kita ketahui resistetensi muncul karena penggunaan obat yang
yang tidak sesuai siklusnya sehingga menyebabkan sel di dalam tubuh pasien
semakin progresif, sehingga diperlukan penyesuaian dosis untuk terapi lini kedua
dengan pertimbangan paremeter farmakokinetik dari obat itu sendiri sesudah
penggunaan obat lini pertama.

b. adanya terapi paliatif dapat mempanjang masa umur pasien kanker, tetapi
dalam hal ini perlu dilakukan penyesuaian dosis mengingat penyakit kanker
sendiri dapat menurunkan fungsi “ organ yang penting di dalam tubuh, maka dari
itu pengukuran seperti serum kreatini , dan albumin, serta fungsi ginjal dan hati
perlu dilakuakan, karena mengingat beberapa obat supportif penyakit kanker
sendiri dapat juga memperburuk fungsi hati dan ginjal. Seperti pada
leviteracetam yang mempunyai ikatan protein bond < 10 % yang memungkinkan
banyaknya obat yang bebas didalam tubuh sehingga dapat memicu toksik
didalam tubuh , serta juga dapat memperpanjang waktu eliminasi obat dengan
penyakit renal diseasse 6-8 jam, begitu juga pula omeprazole yang terikat dalam
protein plasma 95-96 % yang bisa dan arcoxia juga 92 % , mirtazapin 85% ,
zolpidam 92.5 % pada protein plasma, hal ini dapat memperburuk pasien
kanker, yang sedang terapi paliattif

c. tidak adanya data yang menyeluruh dari pasien sendiri seperti berat badan,
tinggi badan dan data – data yang mendukung lainya sehingga dapat menunjang
dalam terapi paliatif pada pasien ini

d. perlu adanya juga pengkajian interakti obat dengan obat lain , seperti
metokloprmid yang dapat inkompalbilitas dengan obat dexametason, sehingga
terjadi interaksi obat dengan obat yang lain yang dapat memicu Drug Related
Obat, seperti diketahui juga metoklopramid sendiri dapat mempunyai efek
samping yaitu ekstrapiramidal sindrom, sehingga perlu di lakukan pengkajian
yang menyeluruh, mengingat dalam hal ini digunakan sebagai obat antimual dan
muntah, teteapi juga adalah obat yang mempunyai efek samping yang lebih
ringan dari metoklopramid yaitu granisetron. Yang bisanya digunakan sebagai
obat anti mual dan muntah pada pasien kanker.

2. Jika memang sediaan tidak ada perlu dilakuakan pengkajian ulang mengingat
penurunan fungsi” tubuh pada pasien itu sendiri, jadi perlu dilakukan monitoring
obat yang menyeluruh terhadap semua fungsi tubuh pasien sehingga diharapkan
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan karena dilakukan perubahan sediaan obat
yang diberikan kepada pasien, jika sediaan obat tidak ada diindonesia ada
baiknya dilakukan penelusuran terlebih dahulu tentang kesamaan golongan obat
itu sendiri dapat memutuskan apakah obat dapat diganti atau tetap menunggu
obat yang utama mengingat terapi paliatif ini sendiri adalah sebagai terapi yang
dapat mempanjang umur pasien kanker itu sendiri.

Data pengobatan
1. Dexametason
imkompalbilitas: metoklopramide
farmakokinetik :
metebolisme : di hati
ekskresi : pengukuran T1/2 : 1.8-3.5 jam
2. Leviteracetam
distribusi: protein bond < 10%
eliminasi : increased terhadap orang tua atau gangguann fungi ginjal ; 6-8 jam
(penyesuaian fungsi dan dosis)
urine 66 %, biovaibilitas : 100%
3. Arcoxia
Distribusi : terikat 92% pada protein plasma (perlu penyesuaian dosis
Eliminasi : 25 % di fases, 70 % diurine , dan 2% persen tidak berubah (pen
4. Omeprazole
Absorpsi : 30-40 %
Distribusinya : protein plasma : 95-95% (penyesuaian dosis)
Eliminasi : urine (77%), fases (16-19%)
5. Ultracet
Biovaibilitasnya : 75 %
Distribusi : protein bond 20 % (Penyeusian Fungsi hati dan dosis)
Eliminasi: kurang dari 9% acetaminofen di temuakan obat tidak berubah dai
dalam tubuh
6. Granisetron
Protein bond : 65 %
Ekskresi: fases 38 %, urine 60 %
7. Hyoscyamine
Absorpsi : 100%
Distribusi : protein : 50 %
Eliminasi : secara garis besar ditemukan dalam urine tidak berubah
8. Lactulose
Absorpsi : <3 %
Metabolisme : as. Laktat ( perlu penyesuaian dosis hati mengingat penimbunan
as laktat dapat mempengaruhi fungsi organ)
Eliminasi : urine
9. Mirtazapin
Absorpsi : biovaibilitas : 50 %
Distribusinya : ikatan protein : 85 %
Metabolisme : inaktif
Eliminasi : urine 75%, fases 15%
10. Xanax
Absorpsi : 80%
Distribusi : protein : 80 %
Eliminasi : urine
11. Stilnox
Absorpsi : biovaibilitas 77 %
Distribusinya : protein : 92.5%
Ekskresi : urine 48-67%, fases 39-42 %

Anda mungkin juga menyukai